5 Fakta membengkaknya utang luar negeri Indonesia
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) kembali merilis utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Maret 2014 sebesar USD 276,5 miliar atau tumbuh 8,7 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2013. Posisi ULN pada Maret 2014 terdiri dari ULN sektor publik sebesar USD 130,5 miliar dan ULN sektor swasta USD 146,0 miliar.
"Dengan perkembangan ini, pertumbuhan tahunan ULN pada Maret 2014 tercatat meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan Februari 2014 sebesar 7,5 persen year on year (yoy). Pertumbuhan ULN terus mengalami peningkatan sejak akhir tahun 2013 terutama didorong oleh ULN sektor swasta," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi, Tirta Segara dalam keterangan tulis, Jakarta.
Gubernur BI, Agus Martowardojo , mengatakan penerapan kebijakan quantitative easing The Fed dalam tiga tahun terakhir telah memicu peningkatan utang korporasi di Indonesia. "Korporasi-korporasi banyak mengambil kesempatan untuk mengeluarkan surat utang atau obligasi yang membuat cukup banyaknya peningkatan utang swasta," ungkapnya.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana utang negara dihitung? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang terlilit utang ratusan juta? Eko Pujianto merupakanpengusaha muda yang pernah mengalami keterpurukan karena terjebak utang ratusan juta.
-
Di mana Indonesia berada dalam daftar negara dengan anggaran riset terbesar? Menurut data dari Research and Development World (R&D World) 2022, negeri ini menempati peringkat ke-34 dari 40 negara.
Kekhawatiran Agus beralasan. Pasalnya, jika ekonomi dunia membaik, maka besar kemungkinan para investor akan menarik investasinya di Indonesia. Kejadian ini dikenal dengan capital outflow. Capital outflow membuat kebutuhan mata uang asing di Indonesia meningkat.
Peningkatan kebutuhan mata uang asing tentunya berimbas mengeringnya likuiditas valas di mana muaranya tak lain Rupiah kembali bakal melemah.
Lalu apa saja fakta dibalik tak berdayanya Indonesia lepas dari utang asing, di mana jumlahnya terus bertambah dari waktu ke waktu? Berikut merdeka.com mencoba merangkumnya.
Salah perbankan
Menteri Koordinator Perekonomian, Chairul Tanjung mengakui, utang luar negeri membengkak karena porsi utang swasta meningkat. Ini terkait terbatasnya kemampuan bank nasional memberikan pinjaman untuk pelaku usaha."Ini kita punya masalah utang luar negeri swasta yang meningkat. Kenapa? karena kalau swasta pinjam dolar ke luar negeri, cost lebih murah dibanding pinjam rupiah di Indonesia," ujar Chairul di Kantornya, Jakarta, Selasa (20/5).
Singapura pemberi utang terbesar
Dilansir dari situs resmi bank sentral, dari kelompok negara, Singapura masih jadi raja pemberi utang ke Indonesia dengan total USD 52 miliar atau sekitar Rp 594 triliun. Angka ini naik dari bulan sebelumnya yang hanya USD 51,3 miliar. Negara terbesar selanjutnya pemberi utang ke Indonesia adalah Amerika Serikat dengan jumlah USD 41,1 miliar.Negara selanjutnya adalah Jepang dengan total utang yang diberikan USD 35,1 miliar. Selanjutnya negara yang menjadi kreditur utang asing Indonesia adalah Belanda dengan total USD 13 miliar. Masih banyak negara menjadi kreditur utang luar negeri Indonesia yang totalnya di bawah USD 10 miliar, diantaranya adalah Australia, Austria, Belgia, China, Hong Kong, Inggris, Jerman, Korea Selatan dan lain sebagainya.
Utang besar buat ekonomi rentan guncangan
Bank Indonesia (BI) kembali mengingatkan, korporasi swasta termasuk BUMN untuk berhati-hati terhadap risiko nilai tukar dan kenaikan suku bunga global pasca pengurangan stimulus moneter (tapering-off) Federal Reserve AS. Sebab, ini dapat memicu peningkatan utang luar negeri (ULN) sektor swasta."Yang ingin saya sampaikan, mohon para pengelola korporasi, termasuk BUMN untuk betul-betul mengelola surat utang atau utang luar negeri dengan baik. Yang perlu diperhatikan bahwa jangan sampai terjadi mismatch," ujar Gubernur BI, Agus Martowardojo di Gedung BI.
Jumlah utang negara berkembang termasuk Indonesia jadi kekhawatiran dunia
Gubernur BI Agus Martowardojo menilai peningkatan jumlah utang negara berkembang menjadi kekhawatiran dunia. Pasalnya, pembengkakan utang tanpa pengelolaan baik membawa negara ke ambang krisis ekonomi."Sejauh ini tingkat utang luar negeri di negara-negara berkembang tengah menjadi sorotan internasional, terkait dengan jumlahnya yang signifikan," jelasnya.
Utang selalu menjadi masalah pemerintah baru
Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Raden Pardede menyatakan, peningkatan utang luar negeri Indonesia tidak berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.Meningkatnya utang luar negeri diyakini justru menjadi beban untuk pemerintahan yang baru. Pemerintahan mendatang harus membenahi kinerja ekspor impor sebagai bagian dari upaya menggenjot pendapatan sekaligus memangkas defisit transaksi berjalan. "Impor ekspor harus dibenerin," ucapnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Naiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaDalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaPerkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaUtang tersebut tumbuh sebesar 2,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebesar 0,2 persen (yoy) pada triwulan I-2024.
Baca SelengkapnyaULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,4 persen (yoy)
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus beralih ke sumber pembiayaan lain sebagai langkah diversifikasi.
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali karen hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang.
Baca SelengkapnyaMayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca Selengkapnya