5 Fakta Pembangunan Kilang di Indonesia, Terhambat Mafia Hingga Tercanggih Sedunia
Merdeka.com - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berambisi Indonesia bisa memiliki kilang baru. Namun, Presiden Jokowi mengaku kesal karena instruksinya soal pembangunan kilang minyak di Indonesia tak terealisasi.
"Sebetulnya saat pelantikan, habis pelantikan yang (periode) pertama, saya minta kilang ini segera dibangun. Tapi sampai detik ini dari lima (kilang) yang ingin kita kerjakan, satu pun tidak ada yang berjalan, satu pun (tidak ada)," ujar Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta.
Presiden Jokowi pun merasa heran selama 34 tahun, Indonesia tak pernah membangun kilang minyak. Padahal, apabila kilang minyak dibangun maka akan banyak komoditi turunan yang bisa dihasilkan. Salah satunya yaitu, petrokimia yang tak perlu impor lagi. Sebab, selama ini nilai impor petrokimia sebesar Rp323 triliun per tahun.
-
Kenapa Jokowi membangun pabrik minyak makan merah? Untuk itu, Jokowi membangun pabrik minyak makan merah agar dapat memberikan nilai tambah untuk petani dalam negeri.
-
Kapan Jokowi meresmikan pabrik minyak makan merah? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Pabrik Percontohan Minyak Makan Merah Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (14/3).
-
Kenapa Jokowi resmikan Bursa Karbon Indonesia? 'Karena memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita rasakan. Dan, kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,' kata Presiden Jokowi.
-
Mengapa Jokowi mendorong investasi di IKN? 'Investasi di IKN Nusantara ini adalah membeli masa depan,' ujar Jokowi di IKN, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (4/6). Oleh sebab itu, Jokowi menekankan pentingnya percepatan pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan bandara untuk mendukung aksesibilitas ke IKN.
-
Bagaimana Jokowi mendorong investasi di IKN? Jokowi juga menegaskan pentingnya dukungan investasi saat ini untuk mewujudkan visi pembangunan Ibu Kota Nusantara.'Jadi kalau mau investasi, sekali lagi, sekarang,' tegasnya.
-
Kenapa Jokowi prihatin dengan dominasi impor teknologi? Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya transformasi Indonesia dari konsumen menjadi produsen dalam industri teknologi global. Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun.
"Impor petrokimia ini gede sekali, Rp323 triliun impor kita petrokimia. Tiap hari jengkel kaya apa, coba triliun ya bukan miliar," ucap Jokowi.
Maka dari itu, Presiden Jokowi memerintahkan Kapolri Jenderal Idham Azis, Jaksa Agung ST Burhanuddin, serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengawasi pembangunan kilang minyak. Presiden Jokowi ingin proyek ini benar-benar terealisasikan. "Harus rampung, pekerjaan besar ini harus rampung," tegas dia.
Presiden Jokowi meminta Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati untuk mengawal pembangunan kilang minyak. Presiden Jokowi telah menyampaikan hal tersebut saat bertemu Ahok dan Nicke di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin 9 Desember 2019.
"Juga pembangunan kilang minyak, harus! Sudah 34 tahun enggak bisa bangun, kebangeten. Saya suruh kawal betul dan ikuti terus progresnya," ujar Presiden Jokowi.
Berikut sejumlah fakta dari rencana pembangunan kilang di Indonesia yang dirangkum oleh merdeka.com.
1. Tercanggih di Dunia
Proyek pembangunan kilang minyak PT Pertamina di Tuban menelan dana USD 15 miliar hingga USD 16 miliar atau sekitar Rp225,37 triliun. Pembangunan ini diperkirakan akan selesai pada 2026 mendatang.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pembangunan kilang minyak di lahan seluas 900 hektare ini, bakal memberi dampak besar bagi masyarakat di wilayah tersebut.
"Ini salah satu proyek prestisius dan sangat strategis dalam membangun kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Dampaknya juga tentu akan sangat besar dirasakan masyarakat sekitar proyek, khususnya Tuban dan sekitarnya," kata Nicke mengutip keterangan pers, Minggu (1/12).
Sebagai salah satu kilang tercanggih di dunia, Kilang Pertamina Tuban memiliki kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.
Kilang Tuban juga akan menghasilkan 4 juta liter avtur per hari serta produksi petrokimia sebesar 4.25 juta ton per tahun. Selain itu, bahan bakar minyak yang dihasilkan akan bersifat ramah lingkungan.
"Seluruh BBM yang diproduksi di Kilang Tuban memiliki standar terbaik di dunia yakni Euro5, yang sangat ramah dengan lingkungan," imbuhnya.
2. Naikkan Cadangan Devisa dan Pajak
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang mengatakan, dari sisi pendapatan negara, pembangunan kilang akan memberikan dampak signifikan bagi keuangan negara. Cadangan devisa akan meningkat hingga USD 12 miliar per tahun dan penerimaan pajak yang diprediksi mencapai USD 109 miliar.
"Selama ini Pertamina tercatat sebagai kontributor tertinggi bagi keuangan negara melalui pajak, dividen dan signature bonus serta pemasukan lainnya. Inilah salah satu dedikasi Pertamina sebagai perusahaan negara dalam mendukung keuangan negara yang sehat," kata Talullembang.
Pembangunan dan modernisasi kilang nasional akan menggairahkan industri dalam negeri yang sejalan dengan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mencapai 35 persen. Tentunya hal ini jadi peluang bagi industri dalam negeri untuk bermitra dengan Pertamina untuk menyukseskan megaproyek pembangunan dan pengembangan kilang.
"Belajar dari pengalaman, pembangunan kilang dampaknya sangat signifikan dalam membangun sebuah kota industri dan perdagangan dengan pesat," ujar Talullembang.
3. Serap Tenaga Kerja Super Besar
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang mengatakan pembangunan kilang juga akan membuka lapangan pekerjaan yang besar. Tercatat lapangan kerja akan tercipta untuk 172.000 orang, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak pekerjaan proyek sampai operasional berjalannya kilang.
"Dengan terbukanya lapangan pekerjaan masyarakat akan mendapatkan sumber penghasilan sehingga daya beli meningkat yang pada gilirannya akan mendorong kehidupan masyarakat yang sejahtera," jelasnya.
Dia mengungkapkan, perekonomian kota yang dibangun kilang juga akan tumbuh dengan cepat. Selain itu industri besar maupun kecil juga tumbuh signifikan. Sebab, keberadaan proyek tersebut juga akan menciptakan peluang usaha skala kecil.
VP Human Capital Management Downstream PT Pertamina Karantina Marhaeni menguraikan, kebutuhan tenaga kerja (manpower) dalam megaproyek pembangunan kilang terbilang cukup besar. Terhitung hingga Mei 2020, realisasi serapan tenaga kerja pada fase konstruksi di RDMP Balikpapan hingga 5.113 orang, RDMP Cilacap 300 orang dan GRR Tuban 300 orang.
"Seiring berjalannya waktu, secara keseluruhan serapan tenaga kerja mencapai 110 sampai 150 ribu karena masing-masing proyek menyerap antara 11 sampai 15 ribu tenaga kerja pada saat puncak," jelas Karan.
4. Pembangunan Kilang Terhambat Mafia
Deputi Bidang Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Purbaya Yudhi Sadewa, menyatakan terbengkalainya pembangunan kilang minyak Pertamina karena ada permainan mafia. Di mana, mafia tidak ingin Indonesia mampu produksi minyak mandiri dan lepas dari jerat impor.
"Pembangunan kilang terhambat. Kita anginnya kencang, karena kita berhadapan dengan mafia minyak ini," tegas dia melalui video conference via Zoom, Selasa (9/6).
Menurut anak buah Menko Luhut tersebut, keberadaan mafia migas dalam mega proyek pembangunan kilang Pertamina di Batam terasa begitu nyata. Misalnya, saat perusahaan migas ternama Sinopec asal China hendak berinvestasi untuk proyek Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) di Batam tiba-tiba tersandung masalah hukum.
Akibatnya, proyek tersebut tak berlanjut hingga tujuh tahun. "Artinya kita berhadapan dengan mafia minyak," terang dia.
Di sisi lain, Purbaya juga mengendus keberadaan mafia dalam berbagai mega proyek antara Pertamina dengan sejumlah perusahaan raksasa migas yang berujung pada kegagalan. Antara lain terputusnya kerjasama dengan perusahaan raksasa migas Aramco pada proyek kilang Cilacap.
Bahkan Pertamina disebutkannya sempat berkonflik dengan Overseas Oil and Gas (OOG) di proyek kilang Bontang. Untuk itu, pihaknya berjanji akan melakukan investigasi untuk membuktikan keterlibatan mafia dalam batalnya sejumlah kontrak kerjasama pembangunan kilang minyak Pertamina di berbagai daerah.
"Saya terlibat langsung dalam mengawal pembangunan kilang minyak di Balongan. Dan saya terus menekan mereka untuk tidak membatalkan investasinya," tegas dia.
5. Punya Kilang, Bangun Ketahanan Energi RI
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan sumber minyak mentah yang ada di Indonesia harus diolah di dalam negeri, dengan melakukan pembangunan dan peremajaan kilang. Sebab Indonesia akan mendapat manfaat jika kapasitas kilang dapat memenuhi kebutuhan.
Menteri Arifin mengungkapkan manfaat tersebut yaitu dapat meningkatkan ketahanan energi nasional karena tidak ketergantungan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari luar negeri.
"Kalau kita tidak punya kilang ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi, kalau short of supply mendadak kita terpaksa harus cari barang di pasar, harga mahal, kalau ada di sini kan stabil terus," tuturnya.
Dia melanjutkan, dengan mengelola minyak mentah dengan kilang di dalam negeri, maka dapat memangkas biaya pengadaan BBM. Selain itu, juga akan menciptakan nilai tambah karena akan membuka peluang untuk industri baru.
"Kemudian kalau kita beli terus dari orang lain, yang menikmati nilai tambah karena dia punya processing cost dan margin," tandasnya.
(mdk/bim)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi meminta jajaran menteri segera menindaklanjuti agar komitmen investasi dari China dapat terealisasi.
Baca SelengkapnyaMasalah utama di bidang migas yang dihadapi adalah produksi minyak yang saat ini masih sangat rendah.
Baca SelengkapnyaDana segar tersebut akan disalurkan untuk 6 proyek yang akan digarap di Tanah Air.
Baca Selengkapnya30 persen produk hasil pabrik Lotte Chemical Indonesia ditujukan untuk ekspor.
Baca SelengkapnyaIndonesia kaya dengan sumber daya alamnya, termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2022 hingga 2024, produksi atau lifting minyak Indonesia terus menurun, hanya mencapai sekitar 600.000 barel per hari,
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo mengatakan Indonesia dapat menjadi negara maju dalam tiga periode kepemimpinan ke depan.
Baca SelengkapnyaKinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.
Baca SelengkapnyaPasalnya, dengan kebijakan ini otomatis kegiatan ekspor hasil tambang akan dihentikan.
Baca SelengkapnyaJokowi tak ingin Indonesia hanya menjual bahan mentah tanpa nilai tambah.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut, produk mebel RI ada di peringkat 17. Sementara Vietnam ada di posisi 2 dan Malaysia 12.
Baca Selengkapnya"Proyek Tangguh Train 3 ini dibangun dengan investasi USD 4,83 miliar atau Rp72,45 triliun," kata Jokowi.
Baca Selengkapnya