5 Fakta perokok RI,ditegur Jokowi sampai buat konglomerat makin kaya
Merdeka.com - Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi rokok terbesar di Asia Tenggara atau ASEAN. Menurut SEACTA dalam buku Atlas Pengendalian Tembakau di ASEAN, perokok di Indonesia menguasai 50,68 persen dari negara-negara ASEAN lainnya.
Pada 2013, perokok laki-laki dewasa mencapai 66 persen dari total penduduk Indonesia, meningkat dari 2010 sebanyak 65,8 persen. Sedangkan proporsi perempuan perokok dewasa mencapai 6,7 persen, meningkat dari 2010 sebesar 4,1 persen.
Kerugian ekonomi akibat rokok tercatat cukup besar akibat hilangnya tahun produktif karena kematian prematur, sakit dan disabilitas. Faktor tersebut mengakibatkan kerugian sebesar Rp 235,4 triliun, total biaya rawat jalan dan rawat inap akibat penyakit tembakau sebesar Rp 5,35 triliun. Sehingga jumlah kumulatif kerugian ekonomi mencapai sebesar Rp 378,75 triliun.
-
Apa dampak buruk merokok? Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok merusak kolagen pada kulit, yang mengakibatkan kulit menjadi kusam dan munculnya keriput.
-
Siapa yang terkena dampak buruk dari merokok? Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif juga terkena dampak serius dari paparan asap rokok.
-
Apa efek buruk merokok bagi kesehatan? Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, mulai dari kanker paru-paru, penyakit jantung, hingga stroke.
-
Apa dampak dari perokok? Kebiasaan merokok ini dapat menyebabkan masalah paru-paru dan berkontribusi pada risiko stunting jangka panjang pada anak.
-
Bagaimana rokok merusak paru-paru? Setiap batang rokok mengandung ribuan zat kimia beracun, termasuk tar dan nikotin, yang dapat merusak jaringan paru-paru secara perlahan namun pasti.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan merokok sudah menjadi kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan masyarakat di Indonesia, termasuk bagi mereka yang pendapatannya kurang.
Menurutnya, pengeluaran untuk rokok adalah pengeluaran yang tidak perlu. Apalagi, lanjutnya, jika pendapatan tidak naik, sementara harga rokok melambung tinggi.
Berikut merdeka.com merangkum sejumlah fakta unik mengenai perokok di Indonesia.
Bisa beli rokok tapi tak mampu bayar rusun
Penghuni rumah susun di Jakarta diketahui menunggak pembayaran sewa. Data Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman DKI mencatat sejak Januari-Juni 2017 tunggakan mencapai Rp 32 miliar.Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah pun angkat bicara. Mantan Wali Kota Jakarta Pusat ini menyindir banyak warga rusun yang mampu membeli rokok tapi tidak mampu membayar rusun. Hal itu menurutnya sangat tidak masuk akal."Analogi saya sama rokok saja lah kalau teman-teman saudara kita ngerokok coba dipikirkan Rp 22.000 satu bungkus rokok, 10 kali Rp 220.000 kalau 4 minggu sudah Rp 840.000 hampir Rp 1 juta," ujarnya.
Perokok buat konglomerat makin kaya
Guru Besar Universitas Indonesia Hasbullah Tabrani menilai, di Indonesia, masyarakat miskin justru menyumbang harta yang membuat para konglomerat semakin kaya. Sumbangsih tersebut di kontribusikan melalui rokok yang mereka beli dari produksi konglomerat tersebut melalui warung-warung maupun toko ritel."Kita jadi orang miskin yang menyumbang ke orang kaya di Indonesia. Sumbangan itu setidaknya 60 persen untuk orang terkaya," ujarnya.Jika dikalkulasi, lanjut Hasbullah, uang yang dihabiskan oleh masyarakat miskin tersebut mencapai Rp 400 triliun per tahun. Padahal, uang tersebut seharusnya bisa digunakan untuk membangun 100.000 masjid dengan asumsi per masjid sebesar âRp 4 miliar.
Jokowi tegur perokok bisa beli rokok tapi tidak makanan bergizi
Presiden telah mendapatkan informasi bahwa rokok menempati peringkat kedua konsumsi rumah tangga miskin. Bahkan rumah tangga miskin lebih memilih belanja rokok dari pada belanja makanan bergizi."Dana yang dikeluarkan untuk tembakau 3,2 kali lebih besar dari pengeluaran telur, susu, 4,2 kali dari pengeluaran beli daging, 4,4 kali dari biaya pendidikan, dan 3,3 kali lebih besar daripada biaya kesehatan," kata Jokowi.Jokowi mengatakan, hal tersebut berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Apalagi, konsumsi produk tembakau dengan jumlah yang tinggi juga menyebabkan tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung negara masyarakat.
Perokok berhenti saat harga naik tak masuk akal
Per 1 Januari lalu harga rokok resmi naik akibat kenaikan cukai. Wangsa (20), yang merupakan konsumen rokok menganggap kenaikan hal tersebut tidak akan membebani. Menurutnya, kenaikan yang berkisar pada Rp 500 - Rp 1.000 tidak akan menghentikan para perokok aktif untuk membeli rokok."Kenaikan Rp 500 - Rp 1.000 masih enggak terlalu parah sih. Kita kan sudah biasa ngerasain barang naik. Naik Rp 1.000 masih banyak yang beli," ujarnya.Lanjutnya, pria yang bisa menghabiskan rokok 6 batang rokok per hari ini menilai jika pemerintah berniat mengurangi konsumsi rokok dan menaikkan pendapat negara melalui cukai, seharusnya kenaikan harga rokok sebesar 50 persen dari harga rokok eceran saat ini."Kalau naiknya Rp 7.500 atau setengah harga rokok rata-rata sekarang, mungkin akan kelihatan berkurangnya perokok. Apalagi yang masih pelajar. Duitnya mereka kan terbatas," tuturnya.
Perokok tak terpengaruh gambar seram pada bungkus
Gambar seram pada bungkus rokok kurang efektif mengurangi jumlah perokok di Indonesia. Namun hal itu ampuh untuk perokok pemula berusia 15 sampai 19 tahun yang mengalami peningkatan yang tinggi.Komnas Pengendali Tembakau, Dr Hakim menjelaskan gambar seram pada bungkus rokok itu hanya mampu untuk perokok pemula. Untuk gambar seram pada bungkus rokok itu kurang mempengaruhi perokok berat atau aktif. Alasannya karena mereka telah mengalami ketergantungan nikotin, tar dan lainnya yang terkandung dalam rokok tersebut.
Â
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Beban kesehatan yang dikeluarkan karena penyakit paru kronis itu jauh lebih besar dari pendapatan Bea Cukai," kata Budi.
Baca SelengkapnyaKenaikan tarif cukai rokok sangat berpengaruh pada keputusan seseorang untuk merokok, semakin mahal maka prevalensi perokok semakin bisa ditekan.
Baca SelengkapnyaRokok menjadi salah satu penyebab atau biang kerok kemiskinan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan hasil perhitungan dampak yang dilakukan oleh Indef dengan penerapan tiga skenario kebijakan terkait industri rokok.
Baca SelengkapnyaPengeluaran rumah tangga untuk kesehatan akibat konsumsi rokok secara langsung dan tidak langsung sebesar sebesar Rp34,1 triliun.
Baca SelengkapnyaPenurunan produksi industri rokok diakibatkan kenaikan cukai eksesif pada periode 2023–2024.
Baca SelengkapnyaKondisi penurunan produksi ini juga berdampak terhadap realisasi penerimaan negara dari CHT.
Baca SelengkapnyaAndry juga menyoroti aturan zonasi larangan penjualan rokok radius 200 meter dari satuan pendidikan yang masih rancu karena tidak disebutkan dengan jelas.
Baca SelengkapnyaMenghentikan kebiasaan merokok merupakan langkah krusial untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada paru-paru dan meningkatkan kualitas hidup.
Baca SelengkapnyaKenaikan cukai rokok yang tak terkendali juga dapat memunculkan berbagai rokok ilegal.
Baca SelengkapnyaAnak-anak yang memiliki orangtua perokok berisiko lebih besar mengalami stunting.
Baca SelengkapnyaDalam penyesuaian ke depan, yang didasari oleh alasan kesehatan masyarakat, perlu dilakukan secara hati-hati dan kalkulatif untuk menciptakan keseimbangan.
Baca Selengkapnya