5 Hal ini bikin generasi milenial sulit punya rumah
Merdeka.com - Investasi properti dapat memberikan keuntungan yang menggiurkan dari peningkatan harganya yang terjadi setiap tahun. Tak heran bila banyak yang menjadikan investasi jenis ini sebagai modal pensiun di hari tua.
Apalagi, kebutuhan tempat tinggal, terutama di lokasi strategis, kian hari semakin tinggi sehingga investasi properti ini dianggap tetap menjanjikan.
Sayangnya, masih banyak kaum muda atau milenial belum berani investasi properti. Banyak alasan mengapa milenial tidak memiliki rumah dan tidak mau berinvestasi properti.
-
Kenapa generasi milenial ingin rumah sendiri? Tips Punya Rumah Estetik dan Ramah Kantong untuk Anak Muda Saat ini, banyak anak muda yang memiliki keinginan memiliki rumah sendiri. Seiring dengan perubahan zaman, gaya desain rumah yang diminati masyarakat pun berubah.
-
Apa saja kebiasaan keuangan yang membuat milenial sulit? Berikut ini adalah empat kebiasaan yang sering membuat milenial mengalami kesulitan finansial, seperti yang dilansir oleh Merdeka.com dari laman yourtango.com pada Kamis (28/11/2024). 1. Kebiasaan untuk Menghindari Masalah Keuangan Menghindari masalah keuangan merupakan kebiasaan yang umum di kalangan milenial.
-
Kenapa rumah minimalis diminati generasi muda? Desain rumah minimalis menjadi kian diminati oleh generasi muda. Konsep hunian minimalis dipilih lantaran biaya pembuatannya yang lebih murah dibandingkan desain rumah konvensional.
-
Mengapa gen z dan milenial rentan terjerat investasi bodong? 'Sikap FOMO juga membawa generasi muda terjebak pada investasi bodong. Sementara tanpa pemahaman keuangan dan investasi yang memadai, kelompok ini justru banyak menjadi korban terhadap iming-iming yang menggiurkan. Mereka kerap meniru apa yang dilakukan oleh influencer maupun tokoh idolanya, termasuk saran terkait keuangan,' terang Friderica.
-
Apa yang membuat gen z dan milenial rentan terhadap investasi bodong? Generasi ini, kata Friderica merupakan kelompok yang rentan secara finansial dengan gaya hidup yang lebih banyak menghabiskan uang untuk kesenangan dibanding menabung maupun berinvestasi.
-
Siapa yang punya tips untuk rumah generasi milenial? Agustinus Michel, seorang TikToker dengan akun @paksugus mengatakan, sebagai generasi muda dirinya sangat memimpikan hunian idaman bagi keluarga kecilnya.
Selain bergaya hidup boros, mereka masih menunda memiliki properti, sebut saja rumah. Semakin ditunda akhirnya mereka benar-benar tidak bisa memiliki rumah karena harga rumah setiap tahun terus naik.
Berikut 5 hal yang menghambat generasi muda untuk memiliki rumah, seperti dikutip Halomoney.
Terlalu menganalisa harga
Generasi milenial kerap khawatir dalam mengambil keputusan untuk membeli properti, sehingga mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk meneliti dan melakukan analisis harga, dan terlalu lama membandingkan harga dengan fasilitas properti.
Sayangnya, hal tersebut tidak diiringi dengan keputusan untuk membeli rumah karena merasa belum memiliki pilihan yang tepat. Padahal properti memiliki banyak pilihan.
Jika saat ini Anda mencari rumah tapak atau residensial, cukup pastikan Anda membeli rumah di daerah yang memiliki akses mudah ke transportasi publik seperti busyway dan commuter line, jika Anda bekerja di Jakarta. Dari sisi jenis properti, Anda tidak harus membeli properti baru. Jika Anda takut kemahalan, coba saja membeli properti dengan cara lelang.
Anda juga perlu rajin melakukan riset pasar properti di daerah yang menjadi incaran. Selain itu, Anda sering mencari informasi dari para ahli atau agen properti yang cukup berpengalaman.
Bingung memilih jenis properti
Sebagian orang masih bingung untuk memutuskan memilih jenis properti yang cocok dengan kebutuhannya. Apakah membeli rumah atau apartemen yang masih di kawasan perkotaan.
Dengan membeli apartemen yang lokasinya masih di kawasan perkotaan, Anda akan mendapatkan unit hunian yang kecil, tapi lokasinya dekat dengan tempat Anda bekerja. Sedangkan jika Anda membeli hunian yang lokasinya jauh, Anda bisa mendapatkan tanah atau bangunan yang lebih luas.
Jangan lupa melihat biaya unit apartemen. Jangan sampai Anda terbebani biaya apartemen yang cukup banyak sehingga Anda mengalami masalah keuangan di kemudian hari.
Belum memiliki uang muka
Hambatan lainnya ialah milenial sulit mengumpulkan uang muka untuk membeli properti. Padahal mengumpulkan uang muka bisa dilakukan oleh siapa saja, asal ada kemauan untuk mengumpulkan secara perlahan. Apalagi jika Anda telah menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan.
Jika penghasilan bulanan Anda sebesar Rp 6 juta hingga Rp 8 juta per bulan, Anda bisa menyisihkan 30 persen dari penghasilan bulanan secara rutin. Dengan demikian, Anda bisa mendapatkan uang muka sebesar Rp 40 juta hingga Rp 50 juta dalam dua tahun.
Khawatir ditipu pengembang
Sebagian pembeli properti khawatir tertipu oleh agen atau pengembang. Mereka takut dana yang telah disetor ke agen dan pengembang raib. Selain itu, dana yang diberikan tidak digunakan untuk membangun unit properti sehingga unit yang telah dibeli tidak kunjung selesai dikerjakan.
Untuk mengantisipasi hal ini, Anda harus memastikan dana yang Anda setorkan selalu memiliki bukti penerimaan dana yang jelas. Jangan pernah mengirim dana ke rekening pribadi agen pribadi, hanya ke rekening perusahaan.
Selain itu, Anda bisa melihat rekam jejak pengembang. Apakah telah memiliki pengalaman cukup panjang dalam bisnis properti? Proyek apa yang telah selesai dan berjalan dengan baik atau sebaliknya? Jika memang banyak konsumen yang kecewa dengan pengembang, sebaiknya Anda menjauh dari pengembang tersebut dan membatalkan membeli properti milik pengembang tersebut.
Suku bunga kredit melonjak
Bagi Anda yang membeli properti dengan kredit, tentu khawatir suku bunga KPR akan melesat jika terjadi krisis ekonomi. Sebaiknya Anda selalu memantau perkembangan ekonomi. Sejak dua atau tiga tahun belakangan, inflasi tahunan masih rendah sehingga suku bunga bank masih stabil. Di tahun-tahun mendatang pun, belum ada proyeksi yang menyebutkan ekonomi Indonesia akan mengalami krisis. (mdk/azz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tidak semua generasi milenial berada dalam keadaan yang lebih buruk dibandingkan generasi boomer.
Baca SelengkapnyaAlhasil mereka merasa membeli rumah adalah hal yang paling sulit.
Baca SelengkapnyaAdik dari Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo mengungkap fenomena Gen Z dan millenial yang enggan punya anak.
Baca SelengkapnyaApa saja sih plus dan minus dari sewa rumah yang banyak jadi pilihan milenial?
Baca SelengkapnyaHal ini menegaskan peran penting generasi muda dalam menggerakkan pasar properti, terutama di tengah dinamika seperti pergeseran minat ke wilayah berkembang.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda di Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rendah.
Baca SelengkapnyaAda beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat khususnya anak muda terjebak pinjol, salah satunya karena kemudahan akses teknologi dan internet.
Baca SelengkapnyaPeluang untuk terjun ke sektor bisnis properti sangatlah menjanjikan. Ini karena backlog perumahan di Indonesia masih sangat tinggi.
Baca SelengkapnyaUmumnya, developer bodong berlomba-lomba memberikan penawaran menarik hingga melebihi batas kewajaran kepada calon konsumennya agar membeli properti.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data BPS mencatat di 2022 baru 60,66 persen rumah tangga di Indonesia yang menempati rumah yang layak.
Baca SelengkapnyaAgung Podomoro membangun Kota Podomoro Tenjo untuk menjawab tingginya permintaan konsumen terhadap hunian.
Baca SelengkapnyaSektor perumahan menjadi salah satu sektor yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan menggunakan banyak produk lokal.
Baca Selengkapnya