5 Jawaban tentang mengapa Premium saat ini sulit dicari
Merdeka.com - Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium saat ini tengah sulit dicari. Hal ini membuat masyarakat terpaksa membeli BBM yang lebih mahal.
Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Azam Asman bercerita ketika dirinya melakukan kunjungan ke Surabaya, ada lima SPBU tidak tersedia Premium.
Maka dari itu, dia meminta Pertamina tidak mengurangi pasokan Premium ke beberapa daerah. "Di Surabaya saya keliling 5 SPBU itu tidak ada (Premium). Cepat habis, seperti setan masuknya Premium itu," katanya.
-
Dimana harga BBM termahal di dunia? Biaya satu galon bahan bakar di Hong Kong mencapai Rp187.000.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Bagaimana Pertamina menentukan harga BBM? Dia menambahkan komposisi terbesar dalam menentukan harga BBM adalah harga ICP karena merupakan bahan baku. Jadi kalau harga ICP lebih tinggi dibandingkan nilai tukar maka harga ICP yang dominan menentukan harga BBM tersebut. 'Kalau keduanya bergerak naik (nilai tukar dan ICP), maka mempercepat penyesuaian harga BBM,' kata Tauhid.
-
Bagaimana cara Pertamina membantu mobil yang kehabisan BBM? 'Bekerja sama dengan aparat terkait, tim motorist Pertamina gerak cepat langsung mengirimkan BBM ke lokasi mobil yang mogok,' ucap Vice Presidenr Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Kapan harga BBM Pertamina diubah? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
Dengan tidak tersedianya Premium, dia menilai jika Pertamina memaksa masyarakat untuk menggunakan Pertalite dan Pertamax. Padahal pemerintah sendiri tidak mengklaim mengurangi menjual Premium.
"Kalau tidak menjual BBM tertentu dia akan dikeluarin (Pertamina). Secara tidak langsung memaksa memakai Pertalite dan Pertamax," ujarnya.
Atas permasalahan ini, pemerintah pun buka suara mengenai penyebab Premium sulit dicari saat ini. Berikut merdeka.com akan merangkumnya untuk pembaca.
Kuota Premium sengaja dikurangi
Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Hendry Ahmad, mengakui penurunan kuota jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) atau Premium untuk 2018 dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menjadi sebab Premium sulit dicari beberapa waktu terakhir.
"Di 2017 memang kuota Premium ditetapkan BPH Migas yang di luar Jamali (Jawa Madura Bali) atau BBM penugasan itu 12,5 juta KL. Tapi di 2018 ditetapkan kuota BBM penugasan di luar Jamali sejumlah 7,5 juta KL," kata Hendry.
Premium dikurangi diklaim akibat kesadaran masyarakat
Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Hendry Ahmad, mengungkapkan rendahnya realisasi di 2017 disebabkan masyarakat sudah banyak yang beralih ke BBM jenis lain yang non subsidi yaitu Pertalite dan Pertamax. Peralihan tersebut, lanjutnya, juga didukung oleh banyaknya kendaraan bermotor keluaran terbaru yang lebih cocok menggunakan bahan bakar dengan oktan lebih tinggi."Masyarakat sudah lebih sadar, performa mesin di 2000 ke atas itu sudah menuntut untuk optimalisasi performa mesinnya, dan itu memang terasa memang kalau menggunakan Premium," jelasnya.Hendry mengungkapkan salah satu pertimbangan menurunnya kuota BBM penugasan di 2018 adalah realisasi pada 2017 yang jauh di bawah kuota. Hendry mengatakan, di 2017, dari kuota JBKP sebesar 12,5 juta KL ternyata realisasinya hanya 5 juta KL."Dalam realisasi di 2017 untuk premium sekitar 5 juta KL, tapi BPH Migas berupaya untuk lebih mengamankan makanya kita lebihkan kuota tersebut jadi 7,5 juta KL (di 2018)," ujarnya.
Menko Luhut bantah Premium sengaja dikurangi
Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium kini mulai sulit ditemui di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) beberapa daerah. Hal ini memunculkan anggapan bahwa kelangkaan tersebut disengaja agar masyarakat beralih menggunakan bahan bakar Pertamax.Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan pun menepis isu tersebut. Dia mengatakan bahwa pemerintah selalu memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat, sehingga tidak mungkin menyusahkan masyarakat."Tidak juga lah, masa pemerintah nyusahin rakyatnya. Pemerintah selalu membuat sebaik mungkin agar masyarakat happy (bahagia)," kata Menko Luhut.
Pengusaha SPBU malas jual Premium
Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Hendry Ahmad, menjelaskan alasan SPBU malas menjual Premium karena margin atau keuntungan dari penjualan Premium sangat kecil. Perbedaan dengan margin bahan bakar jenis lain cukup jauh sehingga mereka lebih memilih menjual jenis bahan bakar lain seperti Pertalite dan Pertamax."Kedua, dari SPBU sendiri karena margin premium lebih kecil dari pertalite atau pertamax, premium marginnya Rp 280 per liter, kalau pertalite Rp 400," ujarnya.
Stok dikurangi agar cukup hingga akhir tahun
Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Hendry Ahmad, mengatakan bahwa pihaknya telah terjun langsung ke lapangan menyelediki penyebab sulitnya menemukan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium di beberapa daerah.Dia mengungkapkan ada dua hasil temuan, salah satunya yaitu penghematan stok Premium agar mencukupi sampai akhir tahun. "Indikasi di lapangan ada dua situasi yang terjadi, pertama ada beberapa wilayah yang karena kekhawatiran tidak cukup sampai akhir tahun mereka berusaha mengurangi," katanya.
Â
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, SPBU mini milik Pertamina ini hanya menjual Pertamax.
Baca SelengkapnyaSebelum SPBU dibuka antrean kendaraan pengantre sudah berjejer panjang, meskipun sudah dilakukan pembagian jalur antrean.
Baca SelengkapnyaEddy menyampaikan, kenaikan atau penyesuaian harga BBM non subsidi itu bisa dilakukan dengan memperhatikan daya beli masyarakat saat ini.
Baca SelengkapnyaPertamina mengimbau agar masyarakat membeli BBM sesuai dengan kebutuhan dan peruntukkannya.
Baca SelengkapnyaDaftar harga BBM di SPBU swasta yang naik per 1 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaPertamina ikut melakukan penyesuaian harga pada BBM non subsidi yang terdiri dari BBM gasoline, Pertamax Turbo dan Pertamax Green 95.
Baca SelengkapnyaHarga BBM Pertamax atau Ron 92 kini dibanderol Rp13.300 per liter dari sebelumnya Rp12.400 per liter.
Baca SelengkapnyaArifin tak menapikkan jika kenaikan harga minyak mentah dunia bakal semakin membebani pemerintah memberikan subsidi untuk sejumlah produk BBM.
Baca SelengkapnyaKini semua jenis SPBU di Indonesia seperti Pertamina, Shell hingga BP AKR Indonesia menaikkan harga BBM.
Baca SelengkapnyaTak hanya SPBU Pertamina, dan Shell yang mengalami kenaikan harga, harga BBBM di SPBU BP AKR mengalami kenaikan.
Baca SelengkapnyaPemerintah melalui kolaborasi tiga menteri yakni Menteri ESDM, Menteri Keuangan dan Menteri BUMN akan kembali mengkaji pembatasan pembelian jenis BBM.
Baca SelengkapnyaHarga Bahan Bakar Minyak (BBM) di semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mengalami penyesuaian.
Baca Selengkapnya