5 Kota Ini Pernah Bersinggungan dengan Penetapan Ibu Kota RI
Merdeka.com - Rencana pemindahan ibu kota terus digaungkan pemerintah. Di mana Kalimantan Timur, yakni sebagian berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, telah ditetapkan menjadi ibu kota baru Indonesia.
Dalam sejarahnya, rencana pemindahan ibu kota ini bukan pertama kali dilakukan di Indonesia. Bahkan, sejak zaman penjajahan, Indonesia sudah melakukan pemindahan ibu kota. Tak hanya itu, beberapa kota pun pernah dikaji untuk dijadikan ibu kota baru.
Berikut 5 kota di Indonesia yang pernah bersinggungan dengan penetapan ibu kota negara.
-
Apa saja daerah yang pernah jadi ibu kota Jawa Timur? Ibu Kota Jawa Timur Selain Bojonegoro, daerah lain yang pernah menjadi ibu kota Jawa Timur yakni Sepanjang (Sidoaro), Mojokerto, Kediri, Malang, Blitar, Jombang, Madiun, dan Nganjuk.
-
Apa nama wilayah Jakarta di masa awal? Siapa sangka jika Ibu Kota Jakarta dulunya hanya sebuah wilayah pelabuhan kecil dengan luas wilayah sekitar 125 KM persegi.
-
Bagaimana Palangka Raya dipersiapkan jadi ibu kota? Pemerintahan Soekarno pun jor-joran membangun sejumlah fasilitas di tengah kondisi negara yang baru saja merdeka. Beberapa bangunan yang didirikan di antaranya pusat kota seluas 10 x 10 kilometer persegi, gedung perkantoran, perumahan pegawai, sekolah, poliklinik, rumah sakit, pasar, hotel, dan pembangkit listrik.
-
Dimana ide kota kembar Jakarta - IKN berasal? Bambang menyampaikan, konsep twin cities ini awalnya dititipkan oleh ASPI kepadanya untuk disampaikan kepada pemerintah pusat.
-
Kapan pemukiman itu menjadi kota besar? Hasil penelitian menunjukkan pemukiman tersebut mulai mengalami proses urbanisasi sekitar 5000 tahun lalu dan berkembang menjadi kota besar pada periode sekitar 4000 tahun lalu.
-
Kenapa Banten Girang diduga sebagai ibu kota? Dilansir dari Indonesia.go.id, dari temuan sumber-sumber Portugis, Banten Girang sebenarnya merupakan ibu kota kerajaan tua.
Yogyakarta
Pemindahan Ibu Kota pertama terjadi hanya beberapa bulan Indonesia merdeka. Tepatnya pada 4 Januari 1946, Ibu Kota pindah ke Yogyakarta. Pemindahan pusat pemerintahan ke Kota Gudeg ini bukan tanpa alasan.
Saat itu, Belanda melancarkan agresi militer karena masih belum rela Indonesia lepas dari jajahan. Kala itu, keamanan Jakarta sebagai Ibu Kota pun terancam dengan kedatangan tentara Belanda yang membonceng pasukan Sekutu.
Pada 29 September 1945, Jakarta jatuh ke tangan militer Belanda. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII selaku penguasa Yogyakarta mengirim orang ke Jakarta untuk membawa usulan agar Ibu Kota pindah ke Yogyakarta.
Usulan itu disambut baik Presiden Sukarno. Kemudian pada 4 Januari 1946 atau kurang lebih enam bulan setelah merdeka, Ibu Kota resmi pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Apalagi Yogyakarta dikelilingi dua benteng alam, yakni Gunung Merapi di utara dan Samudra Hindia di selatan. Dua benteng alam itu membuat kota ini sulit ditaklukkan.
Bukittinggi
Bukittinggi, Sumatera Barat juga sama dengan Yogyakarta pernah jadi Ibu Kota Indonesia pada 19 Desember 1948. Pemindahan ini dilakukan karena Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda karena agresi militer II Belanda menyebut sebagai aksi polisional.
Saat itu, Presiden Sukarno yang seolah kebakaran jenggot memilih Bukittinggi sebagai Ibu Kota Indonesia di masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Sebab, di Bukittinggi ada Sjafrudin Prawiranegara yang memang disiapkan untuk memimpin PDRI jika para pemimpin pemerintahan tertangkap.
Sama seperti Yogyakarta, Bukittinggi juga dikelilingi oleh benteng alam. Ada Gunung Marapi di barat, Gunung Singgalang di selatan, serta Lembah Sianok di utara dan barat. Benteng-benteng alam ini tentu dapat melindungi Ibu Kota sekaligus pertahanan dari serangan militer musuh.
Bireuen
Kemudian ada nama Bireuen, Aceh. Kota ini juga pernah dipilih sebagai Ibu Kota Indonesia pada tahun 1948. Kota ini dipilih karena dianggap relatif aman. Apalagi secara geografis, Bireuen juga dikelilingi perbukitan yang menjadi benteng alam untuk melindungi pusat pemerintahan dari serangan musuh.
Meski begitu, Bireuen menjadi Ibu Kota hanya seminggu. Selama seminggu itu, sejak 18 Juni 1948, seluruh aktivitas dan kegiatan pemerintahan tetap dijalankan dan dipusatkan di jantung kota.
Selama itu, Presiden Sukarno menginap di kediaman Kolonel Hussein Joesoef di Bireuen. Dari rumah itu pula Sukarno atau Bung Karno mengendalikan roda pemerintahan.
Palangka Raya
Sebelum digaungkan oleh Pemerintahan Jokowi, rencana pemindahan ibu kota pernah digaungkan oleh Presiden Soekarno. Nama Kalimantan Tengah sudah disebut akan menggantikan Jakarta sebagai ibu kota negara pada tahun 1950-an.
Meski belum ditemukan bukti sejarah yang berisi pernyataan Sukarno tentang Palangka Raya bakal menjadi ibu kota negara, namun pemindahan itu kerap disebut oleh menteri-menteri Soekarno.
Meski demikian, niat Soekarno saat itu pupus lantaran perhelatan Asian Games pada 1962. Padahal, desain ibu kota di Palangkaraya telah dibuat dan Soekarno pun sudah meninjau daerah tersebut sebagai tindak lanjut.
"Namun tahun 1960-an ada yang menyebabkan ada hal yang membuat menangguhkan karena ada tawaran mengadakan Asian Games," kata Sejarawan Asvi Warnam dalam sebuah diskusi di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (24/8).
Kalimantan Timur
Presiden Joko Widodo memutuskan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur, sebagai ibu kota negara (IKN) baru. Kedua wilayah itu punya potensi masing-masing untuk mendukung kawasan IKN.
Kabupaten PPU berdiri 10 April 2002 dengan luasan wilayah 3.333 kilometer persegi, dan mempunyai empat kecamatan meliputi Sepaku, Penajam, Babulu dan Waru. Sampai tahun ini, PPU punya jumlah penduduk sekitar 160 ribu jiwa.
Sementara itu, Kutai Kartanegara ditetapkan sebagai kabupaten pada 1959 dengan luasan 27.263 kilometer persegi. Hingga saat ini, punya 18 kecamatan dan 225 kelurahan, dengan jumlah penduduk 655.127 jiwa pada tahun 2015.
Ibu Kota Kutai Kartanegara bernama Tenggarong, pernah menyandang kabupaten terkaya di Indonesia di masa kepemimpinan Bupati Syaukani Hasan Rais. Sebagian besar wilayah berada di pesisir seperti Kecamatan Samboja, Kecamatan Muara Jawa, Kecamatan Anggana serta Kecamatan Muara Badak yang kaya migas.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rencana untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta tersebut urung terwujud di era Presiden Soekarno.
Baca SelengkapnyaJakarta sudah beberapa kali mengalami perubahan nama.
Baca SelengkapnyaMerunut sejarahnya, ternyata DKI Jakarta pernah mengalami setidaknya 13 kali pergantian nama.
Baca SelengkapnyaKebijakan untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaPresiden RI pertama, Bung Karno sudah memiliki gagasan dan rencana untuk memindahkan ibu kota.
Baca SelengkapnyaAkhirnya setelah bertahun-tahun studi, Jokowi memutuskan ibu kota negara akan pindah.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil sendiri diangkat menjadi Kurator Ibu Kota Nusantara oleh Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaJokowi menekankan bahwa Ibu Kota Nusantara (IKN) bukanlah proyeknya.
Baca SelengkapnyaMantan Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan riset pertimbangan ibu kota pindah ke IKN.
Baca SelengkapnyaMasih banyak pihak yang menanyakan alasan pemindahan Ibu Kota ke IKN Nusantara.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, IKN secara hukum akan efektif menjadi ibu kota negara menggantikan Jakarta pada saat Keppres diterbitkan.
Baca SelengkapnyaSederet alasan Mahfud MD yang akan tetap melanjutkan pembangunan IKN.
Baca Selengkapnya