5 Pro kontra sikap pemerintah hapus subsidi Premium
Merdeka.com - Pemerintah telah resmi memutuskan menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium. Harga baru Premium saat ini menjadi Rp 7.600 per liter. Imbasnya, ke depan harga Premium bakal bergejolak fluktuatif laiknya Pertamax selama ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan kebijakan tersebut diambil untuk merespon merosotnya harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP), dan berdampak pada harga jual Solar yang ikut mengalami penurunan.
"Pemerintah masih merasa memberi subsidi tetap pada Solar Rp 1.000 per liter," ujarnya di Kantor Kemenko, Jakarta.
-
Kenapa pemerintah mau kurangi subsidi BBM? 'Jadi yang teman-teman pantas membutuhkan subsidi ini kita tentunya akan jaga. Jadi masyarakat yang ekonominya rentan pasti akan terus berikan, kita tidak mau naikan harganya,' tegasnya di Jakarta, Senin (5/8).'Tapi mungkin ada teman-teman juga yang ke depannya sebenarnya harusnya sudah enggak butuh lagi subsidinya, itu bisa diarahkan untuk tidak menggunakan,' kata Rachmat.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Kapan Pertamina turunkan harga BBM? Pada periode 1 November 2023, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Mengapa BPH Migas keluarkan regulasi tentang BBM subsidi? Untuk memastikan penyaluran BBM bersubsidi ini tepat sasaran dan tidak disalahgunakan, BPH Migas telah mengeluarkan regulasi mengenai pedoman pembinaan hasil pengawasan kepada penyalur.
-
Apa yang direvisi BPH Migas tentang BBM subsidi? Pertimbangkan Masukan Masyarakat Menurut Kepala BPH Migas Erika Retnowati, masukan dari masyarakat akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan revisi regulasi tersebut.
Menurut dia, patokan harga tersebut mengikuti penurunan ICP mendekati USD 60 per barel dengan kurs Rp 12.380 per dolar Amerika Serikat (AS). "Kami tetap memberikan subsidi untuk BBM jenis Solar demi kepentingan banyak orang. Subsidi cuma diberikan untuk Solar karena secara teori masih digunakan untuk kepentingan ekonomi," jelas dia.
Kepala BPH Migas, Andy Noorsaman mengatakan kemungkinan besar harga Premium akan kembali naik lantaran mengikuti tren harga minyak dunia yang juga diperkirakan mengalami peningkatan di pertengahan 2015 mendatang.
"Dengan begitu harga Premium bisa naik jadi sekitar Rp 9.000 per liter, Solar juga begitu meski ada subsidi solar Rp 1.000 per liter," ujarnya di Kantor Kemenko, Jakarta.
Keputusan pemerintah ini tentu menimbulkan polemik. Banyak yang mendukung atas kebijakan ini, namun, tak sedikit pula yang menolak.
Berikut merdeka.com akan merangkum pro dan kontra atas sikap plin plan pemerintah terkait subsidi BBM:
Kebijakan tulus bukan pencitraan
Keputusan pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp 900 per liter untuk premium, dan Rp 250 per liter untuk solar, ditanggapi beragam. Termasuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Apalagi, kebijakan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla menaikkan kemudian menurunkan harga BBM, dilakukan dalam kurun waktu satu bulan."Yang penting kebijakan ini benar tulus tidak karena pencitraan," tegas anggota Komisi VI DPR Fraksi Partai Demokrat, Sartono Hutomo saat dihubungi wartawan, Jakarta, Rabu (31/12).Menurutnya, sudah sepantasnya harga BBM turun sebagai respons atas turunnya harga minyak dunia. Tuntutan ini juga sudah disampaikan sebelumnya, di saat pemerintah menaikkan harga BBM November lalu."Prinsip kalau harga BBM turun baguslah, berarti mendengar suara-suara yang selama ini tidak setuju dengan kenaikan harga BBM dengan beberapa implikasinya," katanya.
Bisa tambah anggaran infrastruktur
Pemerintah memutuskan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium sebesar Rp 9.000 per liter dan solar Rp 250 per liter. Kebijakan ini berlaku 1 Januari 2015.Bank Indonesia (BI) apresiasi kebijakan pemerintah. Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan, penurunan harga sekaligus pencabutan subsidi BBM jenis premium, bakal mendorong pembangunan nasional. Pertumbuhan infrastruktur bakal semakin cepat karena pengalihan anggaran subsidi ke belanja modal."Negara bisa mempersiapkan belanja infrastruktur dan dapat dicairkan kalau APBN-P cepat efektif," kata Agus di Jakarta, Rabu (31/12).Agus juga meyakini, penghilangan subsidi untuk premium tidak mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Sebaliknya, anggaran negara lebih sehat, pembangunan lebih cepat."Kalau ada perubahan harga minyak dunia menjadi tinggi, tidak jadi beban, tidak jadi momok anggaran kita akibat subsidi energi berlebih. Sekarang jadi bisa lebih terukur," jelasnya.
Harga Premium bisa naik lebih tinggi
Di awal 2015, di tengah penurunan harga minyak dunia, pemerintah bergerak cepat mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium. Pencabutan subsidi di saat harga minyak minyak turun terbukti tak mendapat banyak resistensi dari masyarakat. Pasalnya, harga Premium justru turun karena murahnya harga minyak dunia. Di mana hampir mendekati USD 60 per barel atau jauh di bawah asumsi pemerintah di USD 105 per barel.Kini harga Premium berada di posisi Rp 7.600 per liter dari sebelumnya Rp 8.500 per liter. Masyarakat pun menyambut dingin kebijakan tersebut, salah satunya Priyo (42). Bapak tiga anak tersebut mengungkapkan jika BBM subsidi dicabut maka secara otomatis harga bahan bakar di Indonesia bakal mengikuti harga pasar."Saya pikir sama saja. Sekarang turun soalnya harga minyak lagi turun," ujar Priyono saat ditemui di SPBU kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (1/1).Untuk itu, Priyo menilai tidak menutup kemungkinan terjadinya kenaikan harga BBM jika harga minyak dunia merangkak naik."Lah nanti harga minyak dunia naik, ini (Premium) kan naik juga kan. Malah sepertinya bakal lebih mahal dari kenaikan yang kemarin sempet diumumin Jokowi," keluh pria yang sehari-hari bekerja sebagai konsultan hukum tersebut.
Pemerintah dinilai konyol soal BBM subsidi
Tanggal 17 November 2014, pemerintah sepakat untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi sebesar Rp 2.000 per liter. Harga premium menjadi Rp 8.500 per liter dan harga solar menjadi Rp 7.500 per liter.Harga baru tersebut mulai berlaku pada 18 November 2014 pukul 00.00 WIB di seluruh Indonesia. Kenaikan tersebut langsung diumumkan Presiden Joko Widodo di Istana Negara.Baru berjalan selama satu bulan, tanggal 31 Desember 2014, pemerintah sudah menurunkan harga BBM subsidi. Harga premium yang semula Rp 8.500 per liter turun menjadi Rp 7.600 per liter. Sementara, harga solar yang semula Rp 7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter.Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruan Sinungan mengatakan pemerintah sangat konyol mempermainkan harga BBM subsidi. Padahal, BBM subsidi menyangkut hajat hidup orang banyak."Pemerintah konyol, dari menaikkan dan menurunkan (harga BBM) dalam waktu yang singkat," ujar Shafruan kepada merdeka.com di Jakarta, Selasa (1/1).Menurut Shafruan, persoalan kuota BBM yang menjadi penyebab pemerintah menaikkan harga BBM tak masuk akal. Padahal, harga minyak dunia saat November lalu mengalami tren penurunan dan pemerintah malah menaikkan harga BBM subsidi."Kemudian, harga turun terus dan bisa dibilang hitungannya Premium di bawah Rp 8.000 per liter baru diturunkan. Harusnya pemerintah mikirkan itu. Kalau alasan kuotanya mau habis itu konyol," pungkas dia.
Pengusaha risau Premium dilepas ke pasar
Pemerintah telah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis premium sebesar Rp 900 per liter menjadi Rp 7.600 per liter. Rupanya harga tersebut merupakan harga asli premium sehingga, pemerintah tidak lagi mensubsidi harga BBM jenis RON 88 tersebut.Dengan begitu, pemerintah melepaskan harga premium ke pasaran. Hal tersebut merisaukan para pengusaha Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) lantaran dinilai membuka keran SPBU asing menjamur di dalam negeri."Itu konsekuensi. Ini yang agak merisaukan. Tetapi kita belum tau nih. Ini jadi bahan diskusi pengusaha spbu. Kita bakal mengambil sikap dari analisa mendalam," ujar Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi kepada merdeka.com di Jakarta, Kamis (1/1).Menurut dia, pemerintah harus mengeluarkan aturan untuk menjaga SPBU dalam negeri karena menjamurnya SPBU asing dengan adanya penerapan kebijakan tersebut. Eri menegaskan kondisi saat ini sangat tidak adil untuk pengusaha SPBU."Kami sudah mengingatkan pemerintah dan BPH Migas. Tidak mungkin pengusaha nasional dipertarungkan secara tidak seimbang dengan perusahaan multinasional yang sangat besar. Dengan kondisi yang tidak fair. Contohnya, Pertamina kan diwajibkan untuk beban sosial di seluruh nasional dan pelosok negeri, tetapi SPBU asing tidak ada kewajiban tersebut," kata dia.Eri menambahkan seharusnya pemerintah membuat aturan yang adil untuk pengusaha dan Pertamina. Aturan tersebut seperti pembangunan kilang untuk SpBU asing apabila investasi di Indonesia."Harus ada pembangunan infrastruktur dari spbu asing seperti bangun kilang. Dan ada resiprokal seperti Pertamina buat SPBU di luar negeri diperbolehkan. Kita bangun di luar negeri itu sangat dipersulit," pungkas dia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
SPBU Pertamina, Shell, BP Indonesia hingga Vivo Indonesia kompak menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) secara berkala per 1 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPenyesuaian harga BBM di setiap awal bulan mempertimbangkan sejumlah komponen.
Baca SelengkapnyaBP Diesel sebelumnya dijual Rp16.980 per liter menjadi Rp15.665 per liter.
Baca SelengkapnyaMelansir dari laman resmi BP AKR, jenis BBM BP 92 kini dibanderol Rp12.290 per liter dari Rp13.450 per liter atau turun Rp1.160 per liter.
Baca SelengkapnyaHarga ini berlaku untuk wilayah Jawa dan wilayah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen.
Baca SelengkapnyaLalu ada jenis BP Diesel yang sekarang dijual Rp14.860 per liter sebelumnya Rp15.340 per liter, atau mengalami penurunan sebesar Rp480 per liter.
Baca SelengkapnyaPertamina telah menaikkan harga Pertamax per 1 Oktober 2023 menjadi Rp14.000 per liter.
Baca SelengkapnyaPertamina ikut melakukan penyesuaian harga pada BBM non subsidi yang terdiri dari BBM gasoline, Pertamax Turbo dan Pertamax Green 95.
Baca SelengkapnyaHarga minyak mentah dunia terus menunjukan tren pelemahan hingga USD74,5 per barrel. Meski demikian, penurunan itu tidak diikuti oleh harga BBM Pertamina.
Baca SelengkapnyaHarga BBM jenis Pertamax, Pertamax Green 95, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex turun sedangkan untuk Pertalite atau BBM subsidi tidak berubah.
Baca SelengkapnyaJokowi menilai bahwa keputusan pemerintah terhadap harga BBM menyangkut hajat hidup orang banyak.
Baca SelengkapnyaMenurut Menteri ESDm, itu wajar dilakukan saat harga minyak dunia turun imbas gencatan senjata Israel dan Hamas.
Baca Selengkapnya