Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

69 persen industri dalam negeri tak siap hadapi pasar bebas ASEAN

69 persen industri dalam negeri tak siap hadapi pasar bebas ASEAN Industri. bahanbakar.com

Merdeka.com - Indonesia hingga kini dinilai belum siap untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN. Padahal, implementasi kebijakan ini sudah di depan mata, tepatnya akhir tahun ini.

Menurut data Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, sekitar 69 persen industri yang ada di Tanah Air masih jauh dari kata siap dalam menghadapi MEA.

"Sekitar 31 persen industri manufaktur telah mempunyai kemampuan untuk bersaing, sementara itu sekitar 69 persennya belum memiliki kesiapan tersebut," isi kutipan data BKF Kemenkeu yang dilansir merdeka.com di Jakarta, Sabtu (18/7).

Orang lain juga bertanya?

Belum siapnya puluhan industri manufaktur tersebut lantaran banyak faktor. Diantaranya adalah masih banyaknya bahan baku yang diimpor. Sedangkan untuk industri karet dalam negeri sangat sensitif dengan pergerakan harga di pasar dunia. Kemudian industri otomotif harus dapat menjaga pertumbuhannya serta menjadi basis produksi.

Tidak hanya itu, isu standardisasi kesehatan di negara lain juga menjadi masalah untuk impor. Selain itu tingginya bea masuk asesoris sepatu olahraga dari China, dan kondisi mesin yang sudah tua.

Data Kemenkeu juga menyebut upah buruh yang terus naik juga menjadi masalah. Kemudian ditambah kenaikan tarif listrik dan belum lancarnya pasokan gas untuk industri pupuk. Industri dalam negeri juga masih rentannya terhadap gejolak nilai tukar mata uang, dan masuknya konglomerasi di industri semen.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Natsir Mansyur mengaku sejauh ini pihaknya tidak ikut dilibatkan pemerintah khususnya Kementerian Teknis terkait kebijakan yang akan dibuat.

"Selama ini dalam hal kebijakan belum pernah saya lihat kementerian teknisnya melibatkan dunia usaha. Harusnya dilibatkan," ujar Natsir.

Natsir menilai pertumbuhan industri nasional kini 5 persen di bawah pertumbuhan ekonomi. "Sekarang industri itu lebih rendah pertumbuhannya daripada pertumbuhan ekonomi kita. Lebih rendah 5 persen dan itu sangat berbahaya, karena kalau industri kita turun, manufaktur turun maka yang harus dilakukan yakni pengurangan jam kerja dari 3 shift kemudian 2 shift terus jadi 1 shift itu artinya kan pengurangan tenaga kerja," tandasnya. (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Tolak Kenaikan UMP 10 Persen di 2025, Pengusaha Punya Hitungan Begini
Tolak Kenaikan UMP 10 Persen di 2025, Pengusaha Punya Hitungan Begini

Shinta menyebut, Apindo akan mengikuti kenaikan UMP mengacu pada regulasi yang berlaku. Yakni, Peraturan Pemerintah (PP) No.51/2023 tentang Pengupahan.

Baca Selengkapnya
Harga Jual Jauh Lebih Murah, Produk Impor Kini Rebut Pasar Produk Lokal
Harga Jual Jauh Lebih Murah, Produk Impor Kini Rebut Pasar Produk Lokal

Dengan murahnya barang impor itu, banyak pelanggan beralih. Alhasil, semakin banyak produk impor yang masuk ke Indonesia berdasarkan pada permintaan tadi.

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi Indonesia Terkini: Daya Beli Kelas Menengah Turun dan PHK Massal Berlanjut
Kondisi Ekonomi Indonesia Terkini: Daya Beli Kelas Menengah Turun dan PHK Massal Berlanjut

Pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah karena kebijakan struktural pemerintah.

Baca Selengkapnya
11.000 Tenaga Kerja Industri Tekstil Kena PHK Gara-Gara Aturan Baru Kementerian Perdagangan
11.000 Tenaga Kerja Industri Tekstil Kena PHK Gara-Gara Aturan Baru Kementerian Perdagangan

Tercatat ada 6 pabrik tekstil yang melakukan PHK akibat aturan baru yang diterbitkan Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya
Badai PHK Menghantui, Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan Bisa Jadi Solusi Sementara
Badai PHK Menghantui, Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan Bisa Jadi Solusi Sementara

PHK yang terjadi sebagian besar dipicu oleh krisis di berbagai lini pada sektor manufaktur.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Indonesia Diklaim Kuat tapi Ternyata Rapuh, Ini Buktinya
Ekonomi Indonesia Diklaim Kuat tapi Ternyata Rapuh, Ini Buktinya

Kinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.

Baca Selengkapnya
Kemnaker: Indonesia Hadapi Tantangan Kurang Tersedianya Lapangan Kerja
Kemnaker: Indonesia Hadapi Tantangan Kurang Tersedianya Lapangan Kerja

Sekjen Anwar menekankan, adanya job fair merupakan upaya yang sangat bermanfaat terhadap penciptaan peluang.

Baca Selengkapnya
Angka PHK di Indonesia Meningkat, Wamenaker Ungkap Penyebabnya
Angka PHK di Indonesia Meningkat, Wamenaker Ungkap Penyebabnya

Jumlah PHK di Jakarta pada Januari-Juni 2024 menembus 7.469 orang. Angka itu bertambah 6.786 orang atau 994% atau hampir 1.000% dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Kenaikan PPN 12 Persen Jadi Tertinggi di Asia Tenggara
Ternyata, Kenaikan PPN 12 Persen Jadi Tertinggi di Asia Tenggara

Kenaikan PPN dengan menggunakan single tarif dapat menyebabkan semakin menurunnya daya saing industri.

Baca Selengkapnya
Kecewa Kenaikan UMP 2024 Tak Sesuai Tuntutan, Kemnaker: Mogok Masal Bukan Solusi
Kecewa Kenaikan UMP 2024 Tak Sesuai Tuntutan, Kemnaker: Mogok Masal Bukan Solusi

Aksi unjuk rasa itu karena permintaan kenaikan upah minimum provinsi atau UMP 2024 sebesar 15 persen tidak dikabulkan.

Baca Selengkapnya
Miris Nasib Buruh Nikel di Morowali
Miris Nasib Buruh Nikel di Morowali

Temuan Rasamala Hijau dan Trend Asia mengungkap mirisnya hidup buruh di Proyek Strategis Nasional.

Baca Selengkapnya
Tren PHK Meningkat: 59.796 Korban di Indonesia, DKI Jakarta di Puncak
Tren PHK Meningkat: 59.796 Korban di Indonesia, DKI Jakarta di Puncak

Situasi ketenagakerjaan di Indonesia sedang menghadapi tantangan serius, dengan hampir 60 ribu pekerja yang di-PHK pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya