90 persen laporan keuangan UKM di Surabaya amburadul
Merdeka.com - Sekitar 90 persen pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Surabaya, Jawa Timur, laporan keuangannya amburadul. Alhasil, mereka pun sulit mengembangkan usahanya karena tidak bisa mendapat kredit usaha dari bank.
Melalui pelatihan para pelaku usaha ini dididik membuat manajemen usaha yang sehat. Pelatihan digelar di Hotel Premier Inn Juanda, Sidoarjo.
Menurut Koordinator dan Pendamping UKM Surabaya, Paring Waluyo, pelatihan yang digelar ini bertujuan untuk memfasilitasi para pengusaha pemula agar mampu membuat laporan keuangannya.
-
Apa saja syarat kredit UMKM di bank? Ketika mengajukan pinjaman, anda sudah berusia minimal 21 tahun atau sudah menikah, memiliki NPWP (untuk KUR Kecil), calon debitur memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) dibuktikan dengan kartu identitas berupa Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP), dan telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun.
-
Apa itu UMKM? UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis usaha kecil yang dijalankan oleh individu atau kelompok dengan modal terbatas, tetapi memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara.
-
Siapa yang mendapat bantuan modal UMKM? Mereka adalah mayoritas pedagang kecil yang mendapatkan modal bantuan Rp500 per orang. Beberapa pelaku UMKM yang mendapatkan bantuan antara lain adalah pedagang gorengan, nasi uduk, minuman, jajanan anak-anak dan para pemilik warung kecil di pinggir jalan.
-
Apa masalah TEMU dengan UMKM? Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.
-
Bagaimana cara Bank Jatim bantu UMKM? Sebab, emiten dengan kode BJTM itu berkomitmen mendukung program pemerintah, khususnya dalam rangka memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan daya saing UMKM, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
-
Dimana UMKM beroperasi? UMKM meliputi berbagai sektor ekonomi, termasuk kuliner, fashion, otomotif, dan jasa lainnya.
"Di Surabaya, hampir 90 persen teman-teman UKM ini tidak memiliki laporan keuangan. Selama ini, laporannya campur-baur. Antara pengeluaran usaha dengan pribadi jadi satu," kata Paring.
Dengan kondisi manajemen usaha yang amburadul itu, lanjutnya, sulit bagi UKM di Surabaya berkembang. Dengan laporan keuangan yang kacau, lembaga perbankan bisa mengidentifikasi usaha itu layak mendapat bantuan atau tidak.
"Kalau laporan keuangannya bagus, akan memudahkan pihak bank mengeluarkan kridit usahanya. Sehingga teman-teman UKM bisa mengembangkan usahanya. Tapi kalau tidak, akan sulit," katanya.
Dengan adanya pelatihan ini, Paring berharap para pelaku UKM di Surabaya bisa menata manajemen usahanya lebih baik dari sebelumnya.
Senada, Pemimpin Sentra Kredit Kecil BNI Cabang Surabaya, Hasan Supriadi mengatakan, para pelaku UKM yang sudah settel, akan diberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR), maksimal Rp 500 juta bagi pengusaha pemula.
"Setelah Rp 500 juta, meningkat. Kita kasih yang komersial. Nilainya bisa sampai Rp 1 miliar. Meningkat lagi di atas Rp 1 miliar, ini yang sudah komersial murni," ungkapnya.
Namun, katanya, tidak mudah mendapat KUR dari bank. Ada kriterianya. Si pengusaha pemula harus memiliki visibility, tapi belum memiliki syarat bankable. Artinya, lanjut Hasan, si pengusaha pemula harus mampu membuat administrasi pencatatan usaha.
"Tapi di sini (pengusaha pemula yang memiliki visibility) sangat kecil sekali. Tidak lebih dari 10 persen (90 persen amburadul). Laporan keuangan ini penting untuk mengukur analog kesehatan suatu usaha. Dari sini, pihak bank akan tahu seberapa besar kridit akan diberikan, atau tidak sama sekali," jelasnya.
Namun, selama bentuk usahanya itu ada, petugas bank akan membantu membuat neraca laporan keuangan untung-rugi. "Selama usahanya ada akan dibantu. Nah, dengan adanya pelatihan ini, diharapkan pengusaha pemula bisa meningkatkan usahanya," pungkasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Target penyaluran kredit perbankan UMKM hingga 30 persen sulit tercapai karena berbagai faktor. Sebab, ekspansi bisnis UMKM kini tengah melemah.
Baca SelengkapnyaSebanyak 29,2 juta pelaku UMKM saat ini belum memperoleh akses pembiayaan dari perbankan.
Baca SelengkapnyaMasih banyak UMKM Indonesia menghadapi kendala dalam adopsi teknologi digital.
Baca SelengkapnyaPemerintah akan mendata UMKM untuk menyusun kebijakan dan program pembangunan UMKM yang tepat sasaran dan efektif.
Baca SelengkapnyaKesenjangan antara kebutuhan kredit masyarakat dan penyaluran dana dari institusi keuangan masih tinggi.
Baca SelengkapnyaSekitar 30 juta UMKM belum mengakses pembiayaan perbankan.
Baca SelengkapnyaPadahal, lanjut Jokowi, dukungan kredit perbankan amat diperlukan pelaku UMKM dalam menjalankan maupun mengembangkan skala bisnisnya.
Baca SelengkapnyaMelihat penyaluran KUR yang stagnan, pihaknya memiliki tiga terobosan penting. Pertama meminta kepada pihak perbankan tak minta angunan.
Baca SelengkapnyaSumbang 40 Persen Ekonomi Wilayah ASEAN, UMKM Alami Hambatan Akses Kredit
Baca SelengkapnyaUMKM merupakan tulang punggung ekonomi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKemenkop UKM juga menemukan ada dana KUR yang diterima tidak sepenuhnya dipakai untuk modal usaha.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat, industri fintech menunjukkan kinerja yang baik.
Baca Selengkapnya