Abah Odil pilih dorong gerobak bubur daripada duduki kursi komisaris

Merdeka.com - Perjalanan hidup Ate Rushendi atau biasa dikenal akrab dengan sebutan Abah Odil membuat kita geleng-geleng kepala seakan tak percaya. Sebetulnya Abah Odil tak perlu bersusah payah mendorong gerobak bubur serta menjajakannya keliling kota Malang jika tetap berada di zona nyaman.
Salah satu keputusan penting dalam hidupnya diambil pada 2004, ketika dia menetapkan hati untuk berjualan bubur ayam khas Tasikmalaya. Abah mencoba melawan arus di tengah budaya warga Kota Malang yang identik dengan makanan bakso dan pecel. Saat itu belum banyak penjual bubur di Kota Malang.
"Oke lah bismillah kita jual bubur saja dah. Yakin peluang ada. Ini lho ada alternatif lain, tidak hanya nasi pecel. Ini lho ada bubur ayam khas Tasikmalaya, Jawa Barat," kata dia saat berbincang dengan merdeka.com, di Kota Malang, Kamis (1/4).
Dia memutuskan fokus menjalani bisnis yang benar-benar dirintis dari bawah. Dia mengumpulkan tekad dan keberanian untuk kemudian memutuskan melangkahkan kaki keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Padahal, saat itu Abah Odil sudah duduk di kursi empuk dengan jabatan yang prestisius sebagai komisaris perusahaan yang memiliki 500 karyawan.
Langkahnya pada 2005 itu tergolong berani. Dia meninggalkan kursi komisaris perusahaan dan rela menguras keringat mendorong gerobak bubur. Ibaratnya, dari semula berdasi dan jas mentereng, menjadi hanya berkalung handuk kecil. Alasannya sederhana.
"Karena ingin usaha saja, ingin seperti orang lain, melihat orang lain di jalan bisnis kelihatan enjoy gitu. Rasanya berbeda kalau ikut dengan orang lain," katanya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya