Ada Aksi 22 Mei, Rupiah Diramal Kembali Terdepresiasi
Merdeka.com - Aksi pada tanggal 22 Mei diperkirakan akan membuat nilai tukar Rupiah terdepresiasi atau melemah terhadap Dolar AS (USD). Hal itu diungkapkan oleh Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira.
Bhima menyebutkan Rupiah akan kembali mengalami koreksi. Seperti diketahui saat ini nilai tukar Rupiah sudah melemah selama beberapa waktu terakhir.
"Rupiah diperkirakan kembali alami koreksi ke 14.500-14.600 pasca 22 Mei," kata dia saat dihubungi Merdeka.com, Selasa (21/5).
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Kapan Redenominasi Rupiah direncanakan? Indonesia telah mencanangkan agenda redenominasi rupiah sejak tahun 2010, dan wacananya masih berlanjut hingga saat ini.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Kapan Redenominasi Rupiah akan diterapkan? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
Dia menjelaskan, ada beberapa hal mendasar yang membedakan kondisi pasca pemilu di tahun ini dengan 2014 silam.
"Kondisi saat ini berbeda dari tahun 2014 di mana optimisme pelaku pasar paska pemilu cukup tinggi. Ada harapan pemerintah di bawah Jokowi bisa mendorong ekonomi hingga tumbuh 7 persen," ujarnya.
Akan tetapi, menurutnya, saat ini investor tidak seoptimis dulu lagi sehingga Jokowi Effect tidak lagi terjadi pada pemilu tahun ini. Hal ini disebabkan tidak tercapainya angka pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sejak awal pemerintahan yaitu pada angka 7 persen.
"Tapi sekarang ekspektasinya tidak setinggi itu karena melihat tren 5 tahun terakhir ekonomi hanya mampu tumbuh 5 persen. Jokowi effect berkurang di mata investor," tutupnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan nilai tukar Rupiah terhadap Amerika Serikat (AS) pada Mei 2019 melemah 1, 45 persen. Karena dipengaruhi dampak ketidakpastian global serta pola musiman peningkatan permintaan valuta asing (valas).
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ternyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani klaim pergerakan Rupiah saat ini masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang utama Asia lainnya.
Baca SelengkapnyaRupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaAda dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaMelansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaPada Selasa (14/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaKebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.
Baca SelengkapnyaKinerja Rupiah yang masih baik tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan surplus neraca perdagangan barang.
Baca Selengkapnya