Ada Ancaman Resesi, Angka Pengangguran Berpotensi Naik
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali mengingatkan kondisi ekonomi dunia makin tidak pasti. Bahkan tahun 2023 Jokowi mewanti-wanti kondisi dunia dalam 'awan gelap' dan badai besar segera datang.
"Tahun ini sulit dan tahun depan, sekali lagi saya sampaikan akan gelap, dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi," kata Jokowi di Jakarta, Kamis (29/9) lalu.
Awan gelap yang dimaksud Jokowi ancaman resesi ekonomi. Kondisi ketidakpastian ini telah menyeret semua negara masuk jurang yang sama. Ekonomi global pun diperkirakan akan lesu.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
-
Kapan Jokowi menyampaikan pesan tentang pengelolaan anggaran? Jokowi menyampaikan alasan mengapa semua negara memiliki ketakutan terhadap hal-hal tersebut.'Karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja, beban fiskal itu akan sangat, sangat besar,' jelasnya.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang diingatkan Jokowi soal pengelolaan anggaran? Jokowi mengingatkan Pemda agar program-program harus berorientasi kepada hasil, sehingga ada return ekonomi.
-
Siapa yang membuat Presiden Jokowi gemas? Akhirnya, pertunjukan lucu Ameena sukses membuat semua orang terkesan, termasuk Presiden Jokowi yang menyaksikannya dari kursi utama.
-
Bagaimana Jokowi harap ekonomi Pohuwato berkembang? 'Semoga dengan adanya bandara ini ekonomi di Pohuwato bisa lebih berkembang lagi, muncul titik-titik pertumbuhan ekonomi baru,' ucap Jokowi.
Ekonomi yang lesu ini berpotensi menaikkan tingkat pengangguran sebagai akibat dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Mengingat penyebab resesi global ini salah satunya kenaikan tingkat suku bunga di berbagai negara sehingga terjadi kenaikan inflasi. Tingginya inflasi ini lah yang membuat produksi turun dan perusahaan melakukan penyesuaian.
"PHK ini sangat mungkin terjadi kalau suku bunga naik, tidak ada peningkatan skala usaha, inflasi tinggi ini bisa mengurangi produksi," kata Ekonom Indef Nailul Huda saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Senin (3/10).
Pada saat yang bersamaan, penyerapan tenaga kerja baru juga akan semakin sulit. Namun Huda menilai, tingkat pengangguran dari ancaman resesi global masih bisa dikendalikan. Ancaman PHK massal tidak separah ketika pandemi Covid-19 terjadi.
"Saya rasa tidak akan terlalu besar karena didorong permintaannya," kata Huda.
Asalkan, tingkat suku bunga bisa dinormalisasi tahun depan. Sekarang, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,25 persen. Tingkat suku bunga yang demikian masih memiliki celah pertumbuhan ekonomi walau tidak terlalu tinggi.
"Ada celah pertumbuhan dan tidak terlalu tinggi dan ini juga buat menekan inflasi yang masih cukup tinggi dan saya yakin pemerintah sudah menghitung ini," kata dia.
Butuh BLT untuk Tahan Dampak Resesi
Dalam kondisi ini, Huda menilai pemerintah harus bisa menjaga daya beli masyarakat. Caranya dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat yang paling terdampak dan masyarakat miskin. Belanja pemerintah diharapkan bisa menahan dampak resesi yang terlalu dalam.
"BLT ini bisa meminimalisir dampak resesi jadi daya beli masyarakat terjaga karena ada pengeluaran dari pemerintah," ujarnya.
Selain masyarakat miskin, pemerintah juga perlu memberikan dukungan kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor UMKM yang tidak membutuhkan barang impor sebagai bahan baku bisa menjadi penggerak ekonomi.
"UMKM yang memang tidak butuh barang impor ini harus bisa manfaatkan produk lokal dan paling penting daya beli ini butuh dana pemerintah, makanya ini pasti akan butuh porsi lebih pengeluaran pemerintah," tuturnya.
Dia mengingatkan, memasuki kuartal ketiga dan keempat 2023 sudah memasuki tahun politik. Pemerintah harus bisa mengatur anggarannya agar stabilitas tetap terjaga. Surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diharapkan digunakan untuk subsidi agar bus menjaga daya beli masyarakat.
"Surplus bisa dianggarkan ke pos anggaran yang bisa jaga daya beli masyarakat bisa bansos dan subsidi," pungkasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca SelengkapnyaAda beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaKestabilan ekonomi akan sulit dikembalikan jika sudah terganggu.
Baca SelengkapnyaJokowi mengimbau untuk tetap berhati-hati terhadap ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaMulai dari ancaman perubahan iklim, pelemahan ekonomi global, hingga konflik Rusia-Ukraina dan konflik Israel dan Hamas.
Baca SelengkapnyaIndonesia masih terus bertahan agar tidak masuk dalam kondisi resesi seperti yang dialami oleh negara maju.
Baca SelengkapnyaPelaksanaan KTT AIS ini merupakan salah satu komitmen Indonesia untuk bekerja sama di level yang lebih tinggi
Baca SelengkapnyaKemunculan otomasi dan AI ini membuat semua negara kesulitan untuk membuka lapangan pekerjaan baru bagi warganya.
Baca SelengkapnyaIndonesia juga menghadapi berbagai tantangan seperti, kekeringan panjang dan dunia yang penuh ketidakpastiaan.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta pemerintah daerah untuk waspada terhadap ancaman 'neraka' iklim.
Baca SelengkapnyaDalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaJika tidak diantisipasi, tren gelombang panas ini dapat mendorong inflasi. Ini karena kelangkaan bahan pangan akibat turunnya produksi.
Baca Selengkapnya