Ada Kemarau Panjang, BI Optimis Inflasi Tetap di Bawah 3,5 Persen
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) optimis bahwa angka inflasi di sepanjang 2019 ini tetap akan terkendali sesuai dengan proyeksi awal, yakni di bawah 3,5 persen. Proyeksi tersebut sudah memperhitungkan akan adanya potensi kemarau panjang yang melanda sejumlah kawasan di Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kemarau panjang memang membuatnya merevisi target awal inflasi yang sebesar 3,1 persen. Namun, dia tetap optimis inflasi tahun ini tetap berada di bawah 3,5 persen.
"Dulu kita bilang inflasi ini akan menuju ke batas bawah sekitar 3,1 persen. Sekarang mungkin sekitar 3,2 persen atau menuju 3,3 persen, karena ada dampak kemarau panjang. Tapi masih di bawah 3,5 persen," tutur dia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8).
-
Apa yang diprediksi BMKG tentang musim kemarau tahun ini? Musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. BMKG memprediksi musim kemarau 2023 ini akan dibarengi dengan fenomena El Nino.
-
Bagaimana BMKG memprediksi banjir di Bali? 'Peringatan dini cuaca wilayah Bali yang dibagikan oleh Kantor BBMKG Wilayah III pada Kamis (4/3) pada pukul 05.00 WITA dan 08.00 WITA menginformasikan wilayah Badung dan Denpasar berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hinga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,' ujarnya.
-
Kenapa kekeringan di Jateng tahun ini diprediksi tidak separah tahun lalu? Meski begitu, BMKG memperkirakan musim kemarau pada tahun 2024 tidak sebesar tahun 2023. Hal ini dikarenakan tahun 2023 akan terjadi El Niño, namun pada tahun 2024 tidak akan terjadi El Niño.
-
Bagaimana Banyuwangi menjaga inflasi? Salah satu programnya adalah menjamin ketersediaan bahan pangan melalui intervensi kepada petani hingga perbaikan jalan yang menjadi akses distribusi hasil pertanian.
-
Bagaimana Banyuwangi kendalikan inflasi? Diketahui, pemerintah pusat tahun ini memberikan reward dana insentif fiskal kinerja sebesar Rp 1 triliun yang penyerahannya dibagi dalam tiga periode. Insentif tersebut diberikan kepada daerah-daerah yang berkinerja baik berdasarkan penilaian Kementerian Dalam Negeri.
-
Bagaimana Mendagri mengendalikan inflasi di Indonesia? Bapak Presiden memerintahkan kepada kita untuk terus monitor dan dilaksanakan terus acara seperti ini, dan acara seperti ini banyak diapresiasi. Beliau sampai mengatakan bahwa di depan menteri yang lain, beliau menyampaikan bahwa hanya di Indonesia inflasi dikendalikan per minggu. Oleh karena itulah saya minta follow up rekan-rekan di daerah untuk betul-betul serius melaksanakan koordinasi inflasi.
Menurut catatan yang dibacakannya, tingkat Inflasi Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2019 tercatat sebesar 0,31 persen (month to month/mtm), menurun dibandingkan inflasi Juni 2019 yang sebesar 0,55 persen.
"Secara tahunan, inflasi Juli 2019 tercatat 3,32 persen year on year (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,28 persen (yoy)," jelas dia.
Inflasi yang terkendali ini disebutnya turut didorong oleh inflasi inti yang terjaga, didukung ekspektasi yang baik seiring dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia menjaga stabilitas harga, permintaan agregat yang terkelola, dan pengaruh harga global yang minimal.
Untuk itu, pemerintah telah berkoordinasi untuk memastikan pasokan bahan pangan di pasar tetap berjalan baik, sehingga dapat menjaga harga jualnya di pasaran. Hal tersebut dibuktikan dengan terjaganya pasokan beras yang dikelola oleh Perum Bulog.
"Terkait beras, bahwa stok dari Bulog mengenai beras lebih dari cukup," jelasnya.
Selain beras, ketersediaan cabai juga akan terjaga dengan adanya potensi panen dalam waktu 2 bulan ke depan. Terjaganya pasokan cabai lantas akan berdampak terhadap tingkat inflasi pada Indeks Harga Konsumsi (IHK).
"Insya Allah dalam 2 bulan ini (cabai) sudah mulai panen, khususnya di wilayah Semarang dan Sumatra Utara. Itu tentu saja akan mempengaruh dari kenaikan harga cabe terhadap IHK," tukas dia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebijakan suku bunga BI akan terus mempertimbangkan sejumlah faktor, terutama pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaKe depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaDiharapkan kinerja mata uang Rupiah terhindar dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik.
Baca SelengkapnyaPada bulan November 2024, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level enam persen.
Baca SelengkapnyaPemerintah perlu melanjutkan kebijakan konsolidasi fiskal dengan menjaga defisit.
Baca SelengkapnyaKeputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi pada sasaran 2,5±1 persen pada tahun 2024 dan 2025.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 utamanya berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 4,91 persen.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masih positif.
Baca SelengkapnyaDengan demikian, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility 7 persen.
Baca SelengkapnyaDari angka tersebut disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp120,9 triliun, bank Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp110,9 triliun.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca Selengkapnya