Ada Perang Dagang, Ekonomi Dunia Diprediksi Tetap Sehat Walau Tumbuh Melambat
Merdeka.com - Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Andrian Tanuwijaya, mengatakan naiknya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China merupakan hal yang mengejutkan pasar global. Sebab, sebelumnya negosiasi antara kedua negara berlangsung positif dan dikonfirmasi sendiri oleh pernyataan-pernyataan dari kedua delegasi.
"Perubahan sentimen yang drastis ini mengakibatkan market shock karena pasar global sebelumnya sudah semakin yakin kesepakatan akan tercapai segera," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/5).
Dia menambahkan, secara umum perekonomian global dalam kondisi relatif sehat, walaupun memang pertumbuhannya melambat. Data ekonomi dari Amerika Serikat dan China dua raksasa yang menjadi proksi ekonomi global mengafirmasi pandangan tersebut.
-
Bagaimana nilai pasar timnas meningkat? Total nilai pasar starting XI Skuad Indonesia bisa melampaui Rp350 miliar dengan kehadiran kedua pemain ini.
-
Bagaimana kemendag meningkatkan hubungan dagang antar negara? Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Kenapa AS khawatir dengan dominasi teknologi China? “Penelitian kami mengungkapkan bahwa China telah membangun fondasi untuk memposisikan dirinya sebagai negara adidaya sains dan teknologi terdepan di dunia.
-
Bagaimana kemendag memperkuat kerja sama dengan Tiongkok? Para menteri juga mencatat implementasi Program Kerja 2022-2026 untuk memperdalam kerja sama Perdagangan dan Ekonomi ASEAN China FTA, termasuk kerja sama finansial dan dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ASEAN dan dukungan Tiongkok untuk promosi ekspor produk ASEAN.
"Di Amerika Serikat data ketenagakerjaan tetap pada level yang kuat dengan klaim subsidi pengangguran yang membaik dan tingkat pengangguran yang menurun. Di China, data ekonomi juga membaik sejalan dengan stimulus yang dikeluarkan pemerintah untuk melakukan stabilisasi ekonomi," jelas dia.
"Data manufaktur China kembali ke zona ekspansi di bulan Maret dan April, setelah sebelumnya mengalami kontraksi tiga bulan berturut-turut. Pertumbuhan kredit di China juga membaik, didukung oleh stimulus fiskal dari pemerintah," imbuhnya.
Secara keseluruhan, kata dia, indikator ekonomi di kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi global tetap sehat walaupun melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Dia melanjutkan, dengan adanya perkembangan terakhir dari tensi perang dagang, pihaknya melihat negosiasi dagang dapat kembali memanjang dan volatilitas pasar pun berpotensi kembali meningkat. "Terlepas apakah skenario base case akan terjadi atau tidak, kami melihat pemerintah China sangat siap dan memiliki cukup ruang untuk melakukan stimulus tambahan untuk mengurangi dampak negatif dari tarif impor dan menopang pertumbuhan ekonominya," lanjut dia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaTensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan perekonomian global masih melemah saat ini
Baca SelengkapnyaKondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaSituasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan IMF karena kekhawatiran meningkat menjelang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaTanggapan Menko Airlangga saat Rupiah terus melemah seiring dengan serangan yang dilakukan Iran kepada israel.
Baca SelengkapnyaThe Economist sendiri menunjukkan bahwa harga barang atau jasa di Amerika yang jika dikonversi menjadi USD100, maka di China nilai tersebut hanya USD60 saja.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca Selengkapnya