Ada Rupiah Digital, Bagaimana Nasib Uang Kertas dan Logam?
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa keberadaan uang kertas maupun logam tetap berlaku dan tidak akan tergantikan. Meski nanti muncul uang rupiah digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC).
"CBDC di dalam implementasinya bisa dilakukan secara bertahap. Misalnya 20 persen dari uang beredar, tidak full menggantikan, tetap uang kertas uang logam dan digital itu," kata Calon Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung saat uji kepatutan dan kelayakan bersama Komisi XI DPR RI, Selasa (30/11).
Dia menegaskan, skema tersebut tentunya untuk mengurangi risiko, seperti gangguan pada sistem atau yang lebih buruk yakni mati listrik. "Kalau semua serba digital akan menjadi risiko besar sehingga harus dilakukan, harus tetap ada uang kertas uang logam," ujar Juda.
-
Apa itu Rupiah Digital? Rupiah Digital merupakan uang Rupiah yang memiliki format digital.
-
Mengapa BI mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Bagaimana teknologi informasi berkembang di Indonesia? Sejak diperkenalkannya radio, teknologi informasi terus mengalami perkembangan pesat yang mempengaruhi peradaban masyarakat informasi di Indonesia. Kemudian, dengan berkembangnya internet, teknologi informasi semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat.
-
Mengapa transaksi digital penting untuk ekonomi digital? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk digital ekonomi senilai 800 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp12.096,8 triliun.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Apa nama mata uang Indonesia? Rupiah merupakan nama mata uang Indonesia yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di seluruh wilayah Indonesia.
Juda mengungkapkan, transaksi digital di Indonesia semakin pesat. Hal itu tercatat dalam laporan tahunan Bank Indonesia 2021, di mana transaksi uang elektronik pada 2021 diperkirakan mencapai Rp40.000 triliun atau akan naik 41,2 persen secara tahunan.
Di sisi lain, BI juga memproyeksikan transaksi e-commerce pada tahun 2021 akan menembus Rp403 triliun atau tumbuh 51,6 persen, dan akan terus meningkat pada 2022 hingga Rp530 triliun atau tumbuh 31,4 persen secara tahunan.
Pembayaran Digital
Selain itu, BI juga memprediksi transaksi pembayaran digital banking pada 2021 naik 46,1 persen atau mencapai Rp40.000 triliun, dan akan terus naik pada tahun 2022 sebesar 21,8 persen atau setara Rp48.600 triliun.
Oleh karena itu, CBDC dinilai sangat penting untuk menjaga efektivitas kebijakan moneter dan menjaga stabilitas keuangan, serta mendorong inklusi keuangan, serta menjaga kedaulatan mata uang dari sebuah negara.
"CBDC pada dasarnya adalah uang rupiah digital. Penerbitan penting untuk menjaga kedaulatan mata uang dari sebuah negara. Dengan CBDC bank sentral tetap menjaga efektivitas kebijakan moneter dan menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong inklusi keuangan," pungkas Juda.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Transaksi digital di Indonesia semakin pesat. Hal itu tercatat dalam laporan tahunan BI 2021.
Baca SelengkapnyaBI mencatat kinerja transaksi digital tetap kuat di tengah ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaGenerasi Y, Z dan Alpha akan lebih dominan melakukan preferensi pembayaran secara digital sehingga mendorong peningkatan transaksi keuangan digital.
Baca SelengkapnyaPerry menuturkan transaksi uang elektronik (UE) meningkat 35,24 persen (yoy), sehingga mencapai Rp92,79 triliun.
Baca SelengkapnyaDalam industri keuangan, teknologi blockchain telah membuka jalan bagi konsep keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Baca SelengkapnyaTransaksi kartu kredit pada bulan yang sama tumbuh 19,6 persen (yoy) mencapai 39,7 juta transaksi.
Baca SelengkapnyaTransaksi digital banking tercatat 5.666,28 juta transaksi atau tumbuh sebesar 34,43 persen.
Baca SelengkapnyaKasan turut menekankan bahwa perdagangan aset kripto juga telah memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara pada sektor perpajakan.
Baca SelengkapnyaHingga Desember 2023, transaksi QRIS mencapai Rp225 triliun
Baca SelengkapnyaNilai transaksi digital banking mencapai Rp5.163 triliun.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia bersama beberapa bank sentral di dunia sedang mengkaji untuk mengembangkan Rupiah Digital atau sering dikenal dengan CBDC.
Baca SelengkapnyaJika ditotal dari Januari-Agustus 2023, total nilai transaksi aset kripto sebesar Rp86,45 triliun.
Baca Selengkapnya