Adaptasi dan Digitalisasi Kunci Tetap Produktif Selama Pandemi
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 telah membuat banyak usaha pelaku ekonomi kreatif terhenti. Meski demikian, masih ada juga yang mampu bertahan dan terus berkarya. Syaratnya, mereka mau beradaptasi dan bersedia melakukan transformasi digital.
Sutradara film Hanung Bramantyo sudah membuktikannya. Diceritakan Hanung, kebanyakan aktivitas pekerja seni terhenti seketika. Padahal, kata Hanung, saat pandemi mulai ramai diperbincangkan pada Maret lalu, Hanung tengah menjalankan tiga produksi film. Film dengan judul 'Tersanjung' (gala premier), 'Surga Tak Dirindukan 3' dan 'Ibunda'.
Dalam waktu bersamaan, Hanung mengatakan ada film berjudul Mekkah I'm Coming yang saat itu juga sedang diputar di bioskop. "Saat pandemi, semuanya berhenti total. Yang gala premier tidak jadi tayang sampai hari ini. Yang sudah tayang di bioskop langsung turun, drop karena tidak ada penonton. Yang sedang syuting seminggu lagi mau selesai harus berhenti," katanya dalam Dialog Produktif 'Industri Kreatif Melawan Hantaman Pandemi' di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), ditulis Rabu (16/12).
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana cara startup di Indonesia bertahan? Banyak perusahaan yang melakukan penghematan biaya untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Di mana UMKM Bontang terdampak pandemi? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Bagaimana cara mengatasi kekurangan talenta digital di Indonesia? Untuk mencapai jumlah itu dibutuhkan kolaborasi pentahelix. Model kolaborasi yang melibatkan lima unsur yaitu: Akademisi, Bisnis, Masyarakat, Pemerintah, Media.
Ketika dia mencoba memaksakan diri untuk melanjutkan syuting di Yogyakarta, masyarakat sekitar lokasi menolak kehadiran timnya. Apalagi, saat itu kebanyakan krunya berasal dari Jakarta, yang menjadi salah satu episentrum penyebaran Covid-19.
Hanung akhirnya tidak punya pilihan selain menghentikan syuting dan tetap tinggal dengan keluarganya di Yogyakarta hingga saat ini. "Sisi positif pandemi, saya semakin dekat dengan anak-anak saya. Tapi kebahagian itu hanya berlangsung dua sampai tiga minggu. Saya merasa kalau saya tidak berbuat sesuatu saya pusing, saya bisa gila," kenangnya.
Ketika kebosanannya memuncak karena harus berdiam diri di rumah selama berbulan-bulan, Hanung kemudian memutuskan untuk membuat film pendek bersama anak-anaknya dengan berbekal kamera ponsel.
Film pendek besutan Hanung dan anak-anaknya ini kemudian tayang di salah satu laman situs berbagi video. Gayung bersambut, film tersebut ditonton hingga 700.000 orang dan akhirnya dilirik sponsor. "Ternyata kreativitas muncul ketika diri kita terpenjara. Kepepet baru muncul," guraunya.
Pemerintah Sebut Banyak Pelaku Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Gagap
Hal ini diamini Juru Bicara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prabu Revolusi. Dia mengatakan ada dua tipe manusia yang sukses bertahan hidup ketika pandemi, manusia yang adaptif dan manusia yang melakukan transformasi teknologi.
Hal yang terjadi pada Hanung diakuinya merupakan contoh manusia yang sukses dalam melakukan transformasi digital. Namun sayangnya, kata Prabu, masih banyak para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif yang gagap menghadapi pandemi ini karena tidak mau beradaptasi dengan situasi pandemi dan tidak mau melakukan transformasi digital.
"PR-nya adalah masih banyak yang belum seperti itu, atau gagap ketika menghadapi pandemi ini. Kemenparekraf membuat program inkubasi untuk film maker agar tetap berproduksi, kita bantu dengan insentif, atau penulisan skenario di masa Covid-19," pungkasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski begitu, banyak startup yang mampu bertahan karena memiliki produk yang dibutuhkan masyarakat.
Baca SelengkapnyaSebanyak 60 persen perusahaan merasa kurang cocok bekerja dengan generasi Z.
Baca SelengkapnyaMasih banyak UMKM Indonesia menghadapi kendala dalam adopsi teknologi digital.
Baca SelengkapnyaBanyak pengusaha yang gulung tikar dan mengalami stres.
Baca SelengkapnyaAwalnya, keduanya dikenal sebagai pengusaha fesyen yang memiliki toko di Pasar Tanah Abang, Jakarta.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, tekadnya membangun bisnis di dunia digital memberikan kesempatan pada Benny raih omzet ratusan juta!
Baca SelengkapnyaDia menyadari, Meta dan banyak perusahaan teknologi lainnya telah mempekerjakan terlalu banyak orang.
Baca SelengkapnyaHadirnya ekonomi digital tidak melulu demi pemasukan negara. Manfaat ini juga dirasakan masyarakat yang ingin mengubah nasib hidupnya menjadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaPemerintah diharap bersikap responsif serta tepat sasaran, sehingga sektor padat karya tekstil ini bisa bertahan menghadapi turbulensi ekonomi.
Baca SelengkapnyaAturan ini diklaim akan mematikan usaha jasa kurir dan logistik domestik yang berujung PHK buruh.
Baca SelengkapnyaDi era saat ini, banyak pilihan investasi mulai dari saham hingga obligasi, yang memungkinkan pelaku bisnis untuk mengelola risiko dengan lebih baik.
Baca Selengkapnya