Agustus 2018, ekspor CPO Indonesia ke India tertinggi sepanjang sejarah
Merdeka.com - Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono mengatakan, sepanjang Agustus 2018, volume ekspor minyak sawit Indonesia sebesar 3,3 juta ton atau naik 2 persen dibandingkan dengan ekspor Juli 2018 sebesar 3,22 juta ton. Meski demikian, ekspor minyak sawit dan turunannya menurun 2 persen secara year on year.
"Secara year on year kinerja ekspor dari Januari-Agustus mengalami penurunan sebesar 2 persen atau dari 20,43 juta di Januari-Agustus 2017 turun menjadi 19,96 juta ton pada periode yang sama 2018," ujar Mukti melalui siaran pers di Jakarta, Rabu (3/10).
Mukti mengatakan, permintaan pasar global yang tinggi akan minyak sawit masih belum mampu mengerek harga CPO global. Sebaliknya harga CPO global yang rendah dimanfaatkan oleh trader untuk membeli sebanyak-banyaknya.
-
Bagaimana kelapa sawit menjadi komoditas ekspor? Pada 1919, komoditas kelapa sawit telah diekspor melalui perkebunan yang berada di pesisir Timur Sumatra.
-
Kapan impor kedelai Indonesia mencapai 2,32 juta ton? Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat, impor kedelai Indonesia sepanjang tahun 2022 mencapai 2,32 juta ton atau nilainya setara dengan USD 1,63 miliar.
-
Apa itu Minyak Inti Sawit? Minyak inti sawit atau yang juga dikenal dengan sebutan palm kernel oil adalah minyak nabati yang diekstraksi dari biji (inti) buah kelapa sawit (Elaeis guineensis).
-
Siapa yang membawa kelapa sawit ke Indonesia? Tanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
-
Kenapa kelapa sawit penting untuk perekonomian Indonesia? Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang penting untuk perekonomian Indonesia dan juga memiliki banyak kegunaan praktis dan kesehatan.
-
Kapan ekspor pertanian mencapai Rp. 616,35 Triliun? Begitupun di Tahun 2021 ekspor pertanian tercatat mencapai Rp. 616,35 Triliun meningkat 36,43 % jika dibandingkan tahun sebelumnya.
"Pembelian CPO dan produk turunannya Agustus ini paling tinggi dicatatkan oleh India sebesar 823 ribu ton, atau meningkat sekitar 26 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ini merupakan volume tertinggi sepanjang sejarah perdagangan minyak sawit Indonesia dengan India," jelasnya.
Peningkatan impor CPO dan produk turunannya juga dibukukan oleh China sebesar 26 persen, AmerikaSerikat 64 persen, Negara Afrika 19 persen dan Pakistan 7 persen. Di sisi berlawanan, Negara Uni Eropa mencatatkan penurunan impor CPO dan produk turunannya sebesar 10 persen dan diikuti Bangladesh sebesar 62 persen.
"Penurunan permintaan oleh Negara Uni Eropa karena masih tingginya stok minyak rapeseed dan minyak bunga matahari. Sementara Bangladesh mengalami penurunan yang drastis karena pada bulan sebelumnya telah melakukan impor yang tinggi sehingga stok menumpuk," jelasnya.
Di sisi produksi, sepanjang bulan Agustus 2018 produksi diprediksi mencapai 4,06 juta ton atau menurun sekitar 5 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 4,28 juta ton. Penurunan produksi selain karena faktor iklim dan pola produksi bulanan juga kemungkinan disebabkan petani tidak memanen dengan maksimal karena harga yang rendah.
"Namun, secara year on year produksi CPO dan PKO dari Januari-Agustus 2018 mencapai 30,67 juta ton atau membukukan kenaikan sebesar 19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 25,85 juta ton. Demikian juga halnya stok nasional masih cukup tinggi sehingga di beberapa tempat mempengaruhi perdagangan CPO/TBS."
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BPS melaporkan ekspor pertanian pada Agustus 2023 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaImplementasi B50 peluang baik bagi Indonesia, namun memiliki konsekuensi ekonomi yang juga besar.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan besi baja sempat dikeluhkan, karena nilai impor komoditas itu lebih dominan dibandingkan dengan ekspor.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaPerolehan ini lebih tinggi dibanding saat TEI ke-37 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaKacang hijau merupakan omoditas tanaman pangan yang banyak dibutuhkan baik dalam negeri dan luar negeri.
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada Juni 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaImpor non migas mencapai USD16,10 miliar ini juga mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen.
Baca SelengkapnyaBatu bara tetap masih menjadi komoditas utama ekspor Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalah satu tugas BPDPKS yaitu menghimpun dan mengembangkan dana perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dari pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaAngka ekspor Indonesia periode Agustus 2024, naik 5,97 persen.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.
Baca Selengkapnya