Airlangga: Inflasi September 2022 Masih Cukup Terkendali
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, realisasi inflasi Indonesia pada September 2022 sebesar 5,95 persen (yoy) masih cukup terkendali dibandingkan inflasi di berbagai negara yang relatif tinggi.
"Angka realisasi September ini juga lebih rendah dibandingkan perkiraan awal maupun konsensus Bloomberg yang sebesar 6 persen (yoy)," katanya di Jakarta, dikutip Antara, Senin (3/10).
Hal ini ditopang oleh deflasi harga pangan bergejolak atau volatile food yang sebesar minus 0,79 persen (mtm) berkat extra effort yang dilakukan pemerintah seperti gerakan tanam pangan, operasi pasar dan subsidi ongkos angkut. Sementara secara bulanan sebesar 1,17 persen terutama disumbang oleh kenaikan harga bensin, tarif angkutan dan solar namun masih tertahan oleh penurunan harga komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai.
-
Bagaimana Mendagri mengendalikan inflasi di Indonesia? Bapak Presiden memerintahkan kepada kita untuk terus monitor dan dilaksanakan terus acara seperti ini, dan acara seperti ini banyak diapresiasi. Beliau sampai mengatakan bahwa di depan menteri yang lain, beliau menyampaikan bahwa hanya di Indonesia inflasi dikendalikan per minggu. Oleh karena itulah saya minta follow up rekan-rekan di daerah untuk betul-betul serius melaksanakan koordinasi inflasi.
-
Apa kebijakan Airlangga Hartarto terkait investasi? “Selama ini Pemerintah Indonesia telah mendorong reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja, yang telah menciptakan iklim investasi yang kondusif sekaligus mendorong pemerataan pembangunan,“ tanggap Menko Airlangga.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Siapa yang memimpin pengendalian inflasi? 'Volatile food ini diperangi melalui TPIP. Nah, kebetulan tim pengendali inflasinya itu ketuanya Menko ekonomi. Wakilnya Gubernur BI.
-
Bagaimana cara pemerintah menekan inflasi? Lantaran yang paling penting adalah pertumbuhan inflasi intinya.Menurutnya, jika inflasi meningkat maka langkah yang dilakukan pemerintah adalah menekan inflasi dengan mengendalikan harga pangan (volatile food). Sebab, harga pangan menyumbang cukup besar terhadap inflasi.
Inflasi September sebesar 1,17 persen (mtm) itu merupakan tertinggi sejak Desember 2014 sebesar 2,46 persen (mtm) karena saat itu inflasi didorong dari penyesuaian harga bensin dan solar yang dilakukan pada 17 November 2014.
Berdasarkan komponen, inflasi harga diatur pemerintah atau administered prices mengalami inflasi sebesar 6,18 persen (mtm) sehingga inflasi tahun kalendernya mencapai 11,99 persen (ytd) dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 13,28 persen (yoy).
"Bensin memberikan andil sebesar 0,89 persen sedangkan solar memberikan andil 0,03 persen," ujar Airlangga.
Penyesuaian harga BBM juga mendorong kenaikan harga pada berbagai tarif angkutan seperti tarif angkutan dalam kota dengan andil 0,09 persen dan tarif angkutan antar kota dengan andil 0,03 persen. Kemudian juga tarif angkutan roda dua online dengan andil 0,02 persen dan tarif angkutan roda empat online dengan andil 0,01 persen.
Menurut Airlangga, inflasi tarif angkutan diperkirakan masih akan dirasakan pada Oktober seiring beberapa daerah belum melakukan penyesuaian tarif. Meski demikian, diharapkan dampaknya tidak akan terlalu besar dengan mempertimbangkan daerah mulai dapat menjalankan program pengendalian inflasi termasuk bantuan di sektor transportasi maupun logistik.
Bantuan itu dapat menggunakan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) maupun belanja wajib sebesar 2 persen Dana Transfer Umum (DTU). Sementara itu, inflasi harga pangan bergejolak yang tercatat mengalami deflasi sebesar minus 0,79 persen (mtm) atau 9,02 persen (yoy).
Aneka komoditas hortikultura yang memberikan andil deflasi tertinggi yakni bawang merah, cabai merah dan cabai rawit dengan masing-masing sebesar minus 0,06 persen, minus 0,05 persen dan minus 0,02 persen.
Penurunan harga disebabkan tercukupinya pasokan seiring masih berlangsungnya musim panen raya di berbagai daerah sentra produksi. Untuk beras masih mengalami kenaikan pada September dan memberikan andil inflasi 0,04 persen sehingga seluruh daerah diimbau untuk meningkatkan pelaksanaan operasi pasar maupun program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) bersama Bulog setempat.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Batas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.
Baca SelengkapnyaMeskipun Rupiah anjlok sejak awal tahun, Menko Airlangga tetap optimis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 di angka 5 persen.
Baca SelengkapnyaAirlangga menyatakan, peluang Indonesia masuk ke jurang resesi sangatlah kecil.
Baca SelengkapnyaInflasi Indonesia juga lebih rendah dibandingkan Eropa, yakni sebesar 5,3 persen.
Baca SelengkapnyaAngka ini masih berada dalam target pemerintah 1,5-3,5 persen. Sementara inflasi bulanan (month-to-month) pada Oktober 2024 sebesar 0,08 persen.
Baca SelengkapnyaArtinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masih positif.
Baca SelengkapnyaInflasi di berbagai negara saat ini, terutama negara maju sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta kementerian/lembaga beserta kepala daerah terus berkolaborasi untuk menjaga level inflasi sesuai sasaran pemerintah.
Baca SelengkapnyaPerekonomian Indonesia mampu membuktikan diri menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbaik di dunia.
Baca SelengkapnyaSebagai contoh, Mendag menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini berada di atas rata-rata negara dunia, dengan terjaga di kisaran 5 persen.
Baca SelengkapnyaKinerja apik ini tak lepas dari terjaganya tren pemulihan ekonomi nasional hingga memasuki akhir tahun 2023.
Baca Selengkapnya