Akibat Corona, Bank Indonesia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2020 di 2,3 Persen
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 2,3 persen. Wabah virus corona faktor utama terkoreksi dalamnya pertumbuhan ekonomi.
Prediksi itu merupakan skenario berat dari hasil diskusi antara Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Berdasarkan laporan Gugus Tugas Penanganan Covid-19, virus corona akan mencapai puncaknya pada bulan Juni dan Juli. Sehingga pertumbuhan ekonomi pun terkoreksi lebih dalam.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Kapan gelombang puncak Covid-19 di Indonesia? Data Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada dua kali gelombang puncak yang menghantam Indonesia selama kurun 3 tahun terakhir ini.Gelombang pertama pada 15 Juli 2021 akibat varian Delta dengan rata-rata laporan positif harian 16.041 kasus, dan 16 Februari 2022 oleh varian Omicron sebanyak 18.138 kasus.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 7%? 'Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi,' ujar Bahlil saat Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat, Kamis (17/7).
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
"Skenario berat itu 2,3 persen pertumbuhan ekonomi di 2020," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (9/4).
Pada kuartal pertama, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi di angka 4,7 persen. Kemudian mengalami penurunan cukup dalam di kuartal kedua hingga 1,1 persen.
Lalu pada kuartal tiga naik tipis menjadi 1,3 persen. Lalu kembali naik di kuartal keempat sebesar 2,4 persen. "Itulah yang kemudian disepakati bersama dan itu jadi acuan," kata Perry.
Prediksi itu yang menjadi dasar berbagai stimulus diberikan pemerintah ke berbagai sektor. Setidaknya pemerintah menyuntikan dana hingga Rp 405 triliun dalam menanggulangi dampak wabah virus corona.
Akibatnya defisit fiskal untuk pertama kalinya lebih dari 3 persen dari PDB. Yakni 5,7 persen di tahun 2020.
Menkeu Sudah Siap dengan Kemungkinan Terburuk Rupiah Sentuh 20.000/USD
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan nilai tukar Rupiah akibat dampak pandemi virus corona atau Covid-19 bisa mencapai Rp17.500 per USD di tahun ini. Sementara dalam skenario beratnya bisa mencapai Rp20.000 per USD.
Proyeksi tersebut juga lebih tinggi dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 yang hanya berada di kisaran Rp14.400 per USD.
"Kemungkinan terburuknya Rupiah bisa mencapai Rp20.000 per USD," kata Sri Mulyani dalam video conference, di Jakarta, Rabu (1/4).
Dia menambahkan, inflasi pada tahun ini juga diproyeksi meningkat hingga 5,1 persen untuk skenario sangat berat. Sementara 3,9 persen untuk skenario berat. Angka ini juga jauh di atas target sebesar 3,1 persen dalam APBN 2020.
Tak hanya itu, beberapa yang juga terkoreksi amat mendalam yakni di sektor konsumsi rumah tangga, Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), konsumsi pemerintah, investasi dan juga ekspor impor.
Secara rinci, konsumsi rumah tangga dalam skenario terburuk akan anjlok menjadi 1,6 persen di tahun ini dan skenario berat hanya 3,22 persen. Dalam APBN 2020, konsumsi rumah tangga ditargetkan 5,0 persen.
Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) diperkirakan juga anjlok menjadi -1,91 persen untuk skenario terburuk dan -1,78 persen untuk skenario berat. Konsumsi pemerintah diperkirakan hanya tumbuh 3,73 persen di skenario terburuk, dari target dalam APBN 2020 sebesar 4,3 persen.
Laju investasi juga diperkirakan turun menjadi 4,22 persen dalam skenario terburuk, dari target dalam APBN 2020 sebesar 6 persen. Ekspor bahkan diperkirakan -15,6 persen dalam skenario terburuk tahun ini, dari target dalam APBN 2020 sebesar 3,7 persen. Begitu juga dengan impor yang turun hingga menjadi -16,65 persen, dari target dalam APBN 2020 sebesar 3,2 persen.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 diramal tumbuh 5,11 persen.
Baca SelengkapnyaBI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen (yoy), yang disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski perekonomian dunia melambat.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tak mencapai target pemerintah karena dipengaruhi gejolak ekonomi global.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaSektor konsumsi dan sektor perdagangan jadi faktor lambatnya pertumbuhan ekonomi di semester II tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 utamanya berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 4,91 persen.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut, hal ini juga sejalan dengan tingkat inflasi global yang diperkirakan masih tinggi di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaDua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia diprediksi tumbuh rata-rata 4,9 persen selama 2024-2026.
Baca Selengkapnya