Alumni ITB: Buat kilang apung di Masela, RI jadi kelinci percobaan
Merdeka.com - Alumni Institut Teknologi Bandung yang tergabung dalam Forum angkatan tujuh tiga (Fortuga-ITB) mengkritik kecenderungan pemerintah memilih kilang terapung untuk pengembangan proyek Lapangan Gas Abadi-Masela. Sebab, itu dinilai tak menguntungkan bangsa Indonesia.
"Bagi warga Maluku dan Indonesia Timur, pabrik LNG di atas kapal, tak pernah berlabuh sekalipun dalam mimpi mereka. Bak wahana luar angkasa terapung ratusan kilometer jauh dari daratan, dihuni dan dikelola entah oleh siapa dan hasilnya entah dibawa kemana, sementara mereka tetap tertinggal dibanding anak bangsa Indonesia lainnya," Demikian isi siaran pers Fortuga ITB, Selasa (6/10).
Adapun Forum itu diisi tokoh terkenal semacam Alhilal Hamdi (eks Menakertrans); Suwito Anggoro (eks CEO Chevron Indonesia); Yoga Suprapto (eks Dirut LNG Bontang); Fathor Rahman (eks Tenaga Ahli Kepala BP Migas); dan Ali Herman Ibrahim (eks Direktur PLN).
-
Kenapa pertambangan minyak di Tamiang gagal? Alhasil, bisnis tersebut tidak berjalan baik karena Tamiang bukan wilayah yang cocok untuk pertambangan.
-
Kenapa Pertamina bangun terminal LPG di Bima dan Kupang? 'Terminal LPG Bima dan Kupang akan mendukung terwujudnya availability, accessibility, dan affordability energi khususnya LPG di wilayah NTB dan NTT. Penyelesaian PSN ini menjadi penting karena besarnya manfaat ketersediaan energi yang berkeadilan bagi masyarakat bahkan sampai pelosok,' jelas Riva.
-
Apa kendala pengembangan migas di Indonesia Timur? Namun, untuk kembangkan Indonesia timur perlu banyak inisiatif. Salah satunya dari sisi penyediaan infrastruktur. “Akses market juga penting, infrastruktur di timur berbeda dengan di Indonesia bagian barat. Kalau di barat sudah ada bahkan tersambung ke Singapura, ada juga ke Pulau Jawa. Sementara di timur sedikit infrastruktur, hanya dihubungkan oleh LNG. Sementara market juga belum ada, belum banyak industri di sana (Indonesia timur),“ paparnya.
-
Apa yang dilakukan BPH Migas di Papua Barat Daya? 'Kami tentu ingin mengetahui kondisi terkini dari penyediaan dan pendistribusian BBM, khususnya untuk area Papua dan Maluku dengan ragam tantangan yang dimiliki. Hingga saat ini, kondisi stok BBM di Papua Barat Daya dalam kondisi aman,' tutur Erika saat ditemui di Fuel Terminal Sorong, Sorong, Provinsi Papua Barat Daya, Rabu (10/07/2024).
-
Dimana kapal itu tenggelam? Kapal penangkapan ikan KM Dewi Jaya 2 yang mengangkut 37 orang dari Muara Baru, Jakarta tujuan Lombok, Nusa Tenggara Barat tenggelam di perairan Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan (Sulsel).
-
Mengapa landas kontinen yang tenggelam dianggap tidak produktif? Landas kontinen Australia yang kini terendam dianggap tidak produktif secara lingkungan dan sebagian besar diabaikan oleh masyarakat adat asli.
Proyek kilang apung gas alam cair (LNG), menurut mereka, seolah-olah pemerintah tak memiliki pilihan yang lebih baik. Padahal, proyek pencairan gas alam Masela terapung dengan kapasitas 7,5 juta ton per tahun bakal menghadapi dua tantangan.
Yakni, kestabilan operasi karena goyangan kapal dan keselamatan operasi disebabkan peralatan yang berdekatan satu sama lain.
"Sulit membayangkan Indonesia hanya menjadi kelinci percobaan. Sedangkan berapapun besarnya investasi yang ditanam akan dibayar selama puluhan tahun oleh anak cucu kita melalui skema Cost Recovery."
Selain Indonesia, sebagai ilustrasi, Shell Floating LNG Prelude juga sedang dibangun di Australia. Meski kapasitasnya separuh LNG terapung Masela, namun panjangnya mencapai hampir 500 meter, lebar 75 meter dan berat terisi 600 ribu ton.
"Itu bakal berwujud seperti badan kapal terbesar di dunia. setara 4 kali tinggi Monas dan 5 kali lebih berat dari kapal induk Amerika, USS Nimmitz."
Fortuga ITB mengusulkan agar pengembangan Blok Masela dilakukan lewat pembangunan jalur pipa laut ke darat melalui palung Selaru-Tanimbar. Biaya investasinya hanya sebesar USD 16 miliar, lebih murah ketimbang terminal terapung yang mencapai USD 22 miliar.
"Kami sudah melakukan berbagai penelitian, kajian dan perhitungan ulang serta membandingkan beberapa proyek pengembangan migas di darat dan laut dalam seperti di Gulf of Mexico, North Sea, Afrika-Eropa (Medgaz Pipeline), Rusia – Turki (pipa gas Laut Hitam), Australia dan Indonesia." (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut video pelaut Indonesia yang membongkar kejanggalan pelayaran Rohingya ke Tanah Air.
Baca SelengkapnyaKebijakan hilirisasi di Indonesia tetap menarik bagi investor asing.
Baca SelengkapnyaKampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.
Baca SelengkapnyaDi era modern saat ini ternyata di Indonesia masih ada salah satu kawasan yang tidak dialiri listrik.
Baca SelengkapnyaTerjadi kondisi yang menimbulkan persaingan antara daerah.
Baca SelengkapnyaPabrik yang berada di sisi Sungai Ciliwung itu saat ini masih disegel dengan garis kuning milik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaHarris menyampaikan Indonesia akan memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir pertama pada tahun 2023. Adapun, kapasitas PLTN tersebut sekitar 320 megawatt.
Baca Selengkapnya