Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ambil contoh nasi padang, JK jelaskan beda sekarang dan krisis 98

Ambil contoh nasi padang, JK jelaskan beda sekarang dan krisis 98 Jusuf Kalla. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Kondisi ekonomi nasional saat dihantam krisis moneter 1998 masih membekas di ingatan rakyat Indonesia. Tidak heran ketika pekan lalu Rupiah menembus angka Rp 13.000 per USD atau tercatat yang terburuk sejak 1998, bayang-bayang kekhawatiran terulangnya krisis muncul di depan mata.

Pemerintahan baru di bawah komando Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berulang kali mencoba meyakinkan rakyat dan pelaku usaha, kondisi ekonomi saat ini masih baik dan tidak sama dengan kondisi saat terjadi krisis di 1998.Saat ditemui merdeka.com di ruang kerjanya kemarin, Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan perbedaan kondisi ekonomi saat ini dengan ketika terjadi krisis 17 tahun lalu.

"Yang harus dilihat, Rupiah 13.000 sekarang dengan Rupiah 13.000 lebih dari 10 tahun yang lalu berbeda. Apalagi anda bandingkan dengan krisis 1998. Saat itu sampai kita krisis Rp 15.000. Rp 13.000 sekarang kira-kira sama dengan Rp 7.000 zaman dulu. Ya jadi jangan samakan Rupiah waktu krisis 98 dengan Rupiah sekarang," ujar Jusuf Kalla kepada merdeka.com.

Untuk mempermudah memahami perbedaan nilai Rupiah saat ini dan ketika krisis 1998, JK sapaan akrabnya, menjelaskan dengan mengambil contoh nasi padang. "Kalau Anda punya Rp 13.000 tahun 98, Anda bisa makan berdua dengan nasi padang. tapi kalau Rp 13.000 sekarang, 1 porsi saja belum tentu cukup. Jadi jangan samakan nilainya dulu dengan sekarang, tidak bisa, beda," jelasnya.

Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini menuturkan, secara umum Rupiah berada dalam posisi netral. Salah satu pihak yang sumringah dengan pelemahan Rupiah adalah eksportir.

"Untuk importir tentu agak berat juga. Tapi secara umum justru kita perlu banyak ekspor, justru kita ingin kurangi defisit, sehingga dengan Rupiah 13.000 itu bagi ekonomi kita sebenarnya tidak menjadi soal," ucapnya.

Anjloknya nilai tukar Rupiah membuat barang-barang impor mengalami lonjakan harga. Namun JK tidak khawatir kondisi ini akan memberatkan pemerintah yang tengah gencar membangun infrastruktur. Tidak dipungkiri, bahan-bahan untuk proyek infrastruktur kebanyakan didatangkan dari negara lain alias diimpor.

Wapres tenang lantaran harga komoditas ikut mengalami penurunan. Termasuk harga bahan untuk kebutuhan infrastruktur. "Jangan lupa harga-harga di dunia ini juga sudah turun luar biasa. Harga baja contohnya. Itu harga baja 2 tahun lalu USD 1.000, USD 1200 dolar per ton. Sekarang sekitar USD 500, begitu juga dengan yang lainnya. Infrastruktur, biaya infrastruktur ya baja, kalau semen ada di sini, makanya kemarin diturunkan harganya. Begitu juga yang lain-lainnya, aspal juga diturunkan harganya. Jadi memang rupiahnya naik tapi harga bahan untuk infrastruktur menurun luar biasa," tutupnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gerindra Ungkap Isi Pertemuan Prabowo dan Surya Paloh
Gerindra Ungkap Isi Pertemuan Prabowo dan Surya Paloh

Keduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.

Baca Selengkapnya
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,

Baca Selengkapnya
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19

Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global

Tensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.

Baca Selengkapnya
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri

Jokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.

Baca Selengkapnya
Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo
Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo

Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.

Baca Selengkapnya
Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Kondisi Ekonomi AS yang Mengecewakan
Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Kondisi Ekonomi AS yang Mengecewakan

Data pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Jepang dan Inggris Jatuh ke Jurang Resesi, Erick Thohir: Ekonomi Indonesia Bakal Tetap Tinggi
Ekonomi Jepang dan Inggris Jatuh ke Jurang Resesi, Erick Thohir: Ekonomi Indonesia Bakal Tetap Tinggi

Saat ini saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,05 persen, lebih tinggi dari banyak negara di dunia.

Baca Selengkapnya