Arcandra Klaim Sumbangan Migas Pada Defisit Neraca Perdagangan Semester I Mengecil
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Mei 2019 mengalami defisit sebesar USD 2,14 miliar. Defisit neraca perdagangan secara kumulatif ini dituding karena kegiatan impor minyak dan gas (migas) yang masih tinggi.
Adapun total nilai ekspor migas selama periode tersebut menyentuh angka USD 5,34 miliar, dengan jumlah impor migas lebih tinggi sebesar USD 9,08 miliar. Sehingga secara kumulatif, neraca perdagangan di sektor migas masih defisit USD 3,74 miliar.
Namun begitu, Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, tak sependapat dengan argumen itu. Sebab, dia mengatakan, nominal defisit pada Januari-Mei 2019 masih lebih kecil dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar USD 2,86 miliar.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Kapan deflasi di Indonesia terjadi? Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa Indonesia mengalami deflasi lagi pada bulan September 2024.
-
Kenapa PT Timah rugi tahun 2023? 'Produksi menurun ditambah parah lagi harga jual timah juga menurun sehingga pendapatan itu jomplang jauh sekali,' kata Virsal dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Jakarta, Selasa (2/4). Pada saat yang sama, kata dia, beban operasional perusahaan masih tetap tinggi. Sehingga ada perbedaam cukup besar antara pendapatan dan beban operasional tadi.
-
Apa penyebab kerugian PT Timah di tahun 2023? Virsal mengatakan penyebab terbesar kerugian tersebut karena harga timah di pasar global tengah mengalami penurunan. Alhasil, pendapatan yang dicatatkan PT Timah Tbk ikut turun.
-
Kenapa DPR menilai pengembalian kerugian negara dari kasus korupsi masih kecil? Selama ini, kata dia, penanganan kasus korupsi terlalu mengedepankan hukum pidana sebagai alat penyelesaiannya.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
"Semester ini, sektor non migas itu defisitnya berkurang dari USD 2,86 miliar menjadi USD 2,14 miliar. Berarti semester I 2019 lebih baik daripada 2018," ujar dia di Gedung Kementerian ESDM, seperti dikutip Sabtu (13/7).
Arcandra melanjutkan pemerintah juga telah melakukan berbagai upaya untuk menekan defisit neraca migas. Salah satunya lewat pengembangan dan penggunaan Biodiesel 20 persen (B20) yang diklaim dapat mengurangi impor solar.
"Faktor yang mempengaruhi adalah B20, karena B20 tahun ini full steam, PSO (Public Service Obligation) dan non PSO. Itu penyumbang utama bahwa impor kita berkurang," seru dia.
Sebagai catatan, realisasi penyerapan B20 hingga semester awal 2019 mencapai 2,9 juta Kilo Liter (KL), masih lebih rendah dibanding periode serupa tahun lalu yang sebesar 3,1 juta KL.
Lebih lanjut, Arcandra juga mengutip upaya PT Pertamina (Persero) dalam mengubah pencatatan status minyak mentah yang didapat dari sumur yang dikelola di luar negeri, dari sebelumnya berkategori impor menjadi devisa masuk.
"Penyumbang kedua adalah dari entitlement pemerintah, entitlement kontraktor asing. Dari sekitar 200.000 entitlement tersebut, 135.000 itu sudah dibeli oleh Pertamina. Sisanya belum. Itu juga penyumbang untuk mengurangi defisit," tuturnya.
Dia pun mengingatkan, bahwa masih ada satu pencapaian positif di sektor ESDM, yakni surplus USD 10 miliar untuk subsektor mineral dan batubara (minerba). "Sektor ESDM bukan hanya migas, tapi juga mineral, minerba. Kita itu positif, USD 10 miliar dalam satu semester. Jadi sektor ini masih menyumbang positif surplus (neraca perdagangan) untuk sektor ESDM," tandas dia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu KencanaSumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
NPI pada triwulan I 2024 mencatat defisit USD6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar USD140,4 miliar.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus USD1,31 miliar atau sekitar Rp20,01 triliun
Baca SelengkapnyaSurplus neraca perdagangan bulan Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.
Baca SelengkapnyaPendapatan negara sampai 12 Desember 2023 tercatat mencapai Rp2.553,2 triliun.
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaRealisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).
Baca SelengkapnyaAPBN pada Juli mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen dari PDB.
Baca SelengkapnyaMeskipun terjaga positif selama 38 bulan beruntun, Sri Mulyani melihat tren ekspor dan impor mulai terjadi pelemahan.
Baca Selengkapnya