Arief raup Rp 60 juta/bulan dari kemalasan mahasiswa ke toko buku
Merdeka.com - Buku mata kuliah saat ini bukan hanya bisa dibeli di toko buku dekat kampus ataupun toko-toko buku besar. Saat ini, buku kuliah juga dijual melalui belanja daring atau e-commerce.
Bisnis jual buku kuliahan tersebut memang tersegmentasi. Namun, sangat laku di pasaran. Apalagi, melihat budaya anak kuliah yang kebanyakan jarang mengunjungi toko buku.
Arief Mai Rakhman yang hobi membaca buku pun akhirnya terjun ke dunia bisnis jual beli online melalui bukalapak.com untuk menawarkan buku-buku kuliahan. Toko yang dinamakan 'Beta Buku' ini laris manis setelah dijual di bukalapak.com.
-
Buku apa yang paling laris di Indonesia? Diterbitkan pada tahun 1936, buku ini membanggakan prestasi luar biasa dengan penjualan lebih dari 15 juta eksemplar dan menjadi salah satu buku terlaris di Indonesia.
-
Kenapa buku-buku ini laris di Indonesia? Berbagai genre dapat dijelajahi, baik melalui toko fisik maupun platform online.Tak hanya itu, dunia literasi Indonesia semakin diperkaya dengan munculnya penulis-penulis baru yang menawarkan karya-karya terbaik mereka.
-
Bagaimana cara buku-buku ini bisa laris? Buku ini bukan sekadar kumpulan pemikiran serius, tetapi juga mampu memberikan candaan yang membuat pembaca tertawa.
-
Apa yang dilakukan Arief setelah bisnisnya gagal? Seorang teman di pondok pesantren tempat Arief menimba ilmu berseloroh agar dirinya bangkit bersama anak yatim dan dhuafa. Arief kemudian keliling untuk mencari dhuafa yang perlu ditolong.
-
Apa hasil perjuangan Arifin? Pengorbanan Arifin yang gigih bertempur di depan markas Kempeitai membuahkan hasil. Kelompok pejuang tanah air berhasil melucuti senjata para tentara Jepang. Tak hanya itu, para tentara Jepang juga digiring masuk ke Penjara Surakarta.
-
Apa yang Arief Rohman harapkan dari bukunya? 'Dari santri bisa bermanfaat untuk masyarakat. Siapapun dalam profesi apapun santri harus bisa jadi solusi, bukan jadi problem. Santri harus memberikan sesuatu yang dirasakan faedahnya dan manfaatnya untuk masyarakat luas,' kata Arief.
Bahkan, buku yang telah dijual oleh Arief mencapai 4.000 buku dengan omzet Rp 60 juta per bulannya. "Alhamdulillah saat ini saya melayani 15-20 transaksi setiap hari dengan omzet sekitar Rp 60 juta per bulan," ujar dia kepada merdeka.com di Jakarta, Selasa (14/4).
Arief berharap bisnisnya dapat memberikan manfaat bagi setiap lapisan masyarakat. Apalagi, di era yang serba digitalisasi, di mana e-book juga sudah banyak diperjualbelikan secara online.
Namun, Arief tetap yakin kalau bisnis jualan buku fisik secara online masih tetap diminati banyak orang. Menurut dia, masih banyak yang terbiasa membaca buku secara fisik, lebih nyaman dan mudah.
Oleh karena itu, pria kelahiran Deli Serdang ini menyikapi persaingan di bisnis onlinenya ini dengan memberikan pelayanan terbaik. Mulai dari pengiriman dan ketersediaan buku, jumlah dan variasi judul dengan harga kompetitif.
"Saat ini saya ada partner sekaligus partner hidup, Dewi Perwita Sari, penasehat sekaligus motivator. Ada juga teman yang bantu packing dan kirim barang. Ini semua baru berjalan dua bulanan," kata dia.
Arief menyadari bisnis yang digelutinya tengah mengalami tren pertumbuhan positif. Kondisi ini mensyaratkan dirinya untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya. Dengan begitu, dia harus meningkatkan kejeliannya menangkap peluang yang ada, selalu fokus, kreatif dan memberikan terbaik pada bisnis yang digelutinya, pelanggannya dan masyarakat sekitar.
"Ini semua untuk mewujudkan mimpi saya menjadi penjual buku online besar di Indonesia, kalau bisa sih ingin menyaingi Amazon," pungkas dia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski sepi pembeli dan harus panas-panasan saat menjual pulpen tersebut, Ahmad mengaku tak ingin menyerah.
Baca SelengkapnyaMasuk tahun ajaran baru sekolah, buku tulis mulai banyak diburu orang tua murid.
Baca SelengkapnyaOrang tuanya tidak cukup nyaman untuk dijadikan tempat berkeluh kesah.
Baca SelengkapnyaDari hasil berjualan sapu ijuk, ia menyisihkan 4 ribu rupiah setiap harinya dan berhasil membangun sekolah gratis untuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaDia tiba di Bekasi tahun 2000, dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaKarena tak kunjung mendapatkan pekerjaan, satu waktu, sang ibu menghubungi Mela dan memintanya untuk kembali ke kampung halaman, Pangandaran.
Baca SelengkapnyaToko buku lawas di gang Jalan Dewi Sartika ini masih terus eksis hingga kini.
Baca SelengkapnyaDosen bisnis di Bandung sukses berwirausaha dengan berjualan ayam geprek.
Baca SelengkapnyaDia memulai usaha Kue Lumpur Bakar Fayakun terhitung sejak pertengahan bulan Maret 2024, dengan modal sekitar Rp1 juta.
Baca SelengkapnyaUsahanya dimulai saat Faisal resign dari tempat kerjanya, lalu memutuskan mulai belajar usaha untuk mendapat pemasukan.
Baca SelengkapnyaMenjelang dimulainya tahun ajaran 2023/2024, berbagai perlengkapan sekolah banyak diburu warga.
Baca Selengkapnya