Asal Usul Singapura Bisa Jadi Negara Penentu Harga BBM
Merdeka.com - Singapura saat ini menjadi pusat perdagangan minyak dunia (oil trading hub). Dengan kata lain, The Lion City ini disebut sebagai negara pasar energi.
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Archandra Tahar mengatakan, Singapura menjadi titik penting dari alur terbentuknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tingkat konsumen. Sebab Singapura menjadi tempat berkumpulnya penjual dan pembeli (trader) minyak dunia.
"Kalau kita mau belajar sejarah, sebelum merdeka pada tahun 1965, Singapura sudah dipilih oleh perusahaan minyak Shell Belanda menjadi pusat distribusi BBM di Kawasan Asia," ungkap Arcandra dalam akun instagramnya @arcandra.tahar, dikutip Jumat, (14/10).
-
Bagaimana Singapura bisa memiliki harga BBM yang mahal? Penerapan tarif pajak yang lebih tinggi telah menaikkan harga minyak di negara kecil tersebut.
-
Dimana Shell memiliki SPBU? Perusahaan yang bergerak di bisnis hulu dan hilir migas ini rupanya memiliki lebih dari 170 SPBU di Indonesia.
-
Bagaimana Shell masuk ke bisnis SPBU di Indonesia? Peresmian ini menjadi momen penting karena menandai kembalinya perusahaan minyak internasional ke sektor ritel BBM di Indonesia setelah lebih dari 40 tahun.
-
Apa produk unggulan Shell di Indonesia? Produk-produk unggulan seperti Shell V-Power dan Shell Diesel Extra menjadi pilihan favorit konsumen di Indonesia.
-
Apa yang ditawarkan Shell di SPBU nya? SPBU Shell tidak hanya menawarkan bahan bakar berkualitas, tetapi juga memberikan pengalaman berbeda bagi para pelanggan, seperti fasilitas modern dan layanan pelanggan yang prima.
-
Kapan Shell pertama kali membuka SPBU di Indonesia? Setelah masa kolonial, Shell kembali beroperasi di Indonesia dengan membuka Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) pertamanya pada tahun 2005 di Lippo Karawaci, Tangerang.
Dia bercerita, Shell membangun tempat penyimpanan (storage), pencampuran (blending) dan pengisian BBM (bunkering) untuk kapal-kapal yang lewat selat Malaka dan sekitarnya. Secara geografis letak Singapura memang sangat strategis.
"Kapal-kapal yang berlayar dari Eropa dengan tujuan Asia Timur akan melintasi Singapura," katanya.
Sebenarnya sebagai pusat distribusi BBM, peran sebagai penyedia storage, blending dan bunkering sudah cukup bagi Singapura untuk menarik kapal-kapal yang lewat untuk singgah. Namun, satu peran yang tercecer untuk mendaptkan nilai tambah yang optimal, yakni belum adanya kilang minyak (refinery).
"Maka, dari tahun 1961 sampai 1973 Singapura membangun lima refinery sekaligus," kata dia.
Datangkan Minyak dari Timur Tengah
Untuk memenuhi kebutuhan minyak mentah yang diolah oleh refinery, Singapura mendatangkannya dari negara negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, UAE dan Qatar. Setelah diolah oleh refinery, BBM yang dihasilkan dijual ke negara-negara sekitar seperti Jepang, Hong Kong, China, Australia dan Indonesia.
Hanya dalam waktu 12 tahun, Singapura sukses membangun 5 refinery sekaligus. Keberhasilan pembangunan kilang-kilang tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor yang saling mendukung.
"Beberapa di antaranya berkaitan dengan kejelian Singapura dalam melihat peluang di kawasan Asia," katanya.
Arcandra mengatakan keberhasilan pembangunan kilang tidak terlepas dari peran Pemerintah Singapura. Pemerintah jeli melihat peluang dan mengeksekusi dengan baik lewat kebijakan yang tepat.
Kesuksesan kebjikan di satu sektor tergantung juga dari dukungan dari sektor lain terutama sektor keuangan dan perpajakan. "Indahnya sebuah sinergi," ungkapnya.
Dari ekosistem yang terbentuk di bidang perdagangan minyak dan BBM, lahirlah pusat perdagangan komoditi lain seperti bahan tambang dan mineral. Ini lah yang menjadi cikal bakal Singapura tumbuh menjadi pusat industri keuangan, IT dan pendidikan.
Semua Berkat Insentif Pajak Pemerintah
Di sisi lain, Arcandra menyebut Jepang membutuhkan BBM yang sangat besar untuk menunjang kegiatan ekonomi pasca perang dunia kedua. Selain itu, pasukan Amerika Serikat (AS) yang sedang bertempur dengan Vietnam membutuhkan BBM yang sangat besar.
"Bayangkan lebih dari 20 persen BBM yang dihasilkan refinery di Singapura ini dibeli oleh pasukan AS," kata dia.
Tingginya permintaan BBM kala itu nyatanya bukan jadi faktor utama keberhasilan pembangunan kilang-kilang di Singapura. Ternyata, kunci utamanya ada pada insentif pajak yang diberikan negara kepada investor yang membangun kilang ini.
"Menurut literatur yang kami pelajari, yang menjadi kunci utamanya adalah adanya insentif pajak," kata dia.
Dia menuturkan, Singapura membebaskan pajak selama 5 tahun pertama beroperasi. Bagi pelaku usaha, insentif pajak ini bisa mempercepat pengembalian modal. Sehingga keekonomian projek menjadi sangat baik.
Berkat dukungan tersebut, Singapura pun berhasil memainkan peran sebagai pusat distribusi BBM di Asia. Tak berhenti di situ, Singapura banyak mengambil peluang ketika harga BBM jatuh.
Singapura melihat peluang lain untuk memajukan sektor energi mereka dengan membangun pusat perdagangan minyak dunia di Singapura. Sampai pertengahan tahu 1980-an, pusat perdagangan BBM sudah terbentuk di Singapura.
Tarik Trader Minyak dari Tokyo dengan Insentif Pajak
Hanya saja, kala itu pusat perdagangan minyak mentah (crude) masih dipegang oleh Tokyo. Biaya berbisnis di Tokyo waktu itu sangat tinggi.
Kondisi ini diperparah sulitnya mendapatkan likuiditas (uang) dari Bank. Sehingga pusat perdagangan minyak mentah perlahan berpindah ke Singapura. Namun keadaan itu tidak serta merta menjadikan Singapura sebagai pusat perdagangan minyak mentah di Asia.
"Apakah cukup situasi yang kurang mendukung di Tokyo mampu membuat para trader minyak berpindah ke Singapura? Ternyata tidak," kata dia.
Faktanya campur tangan pemerintah Singapura yang mempercepat penyatuan dua pusat perdagangan tersebut. Pemerintah Singapura kembali memberikan insentif pajak kepada para pengusaha dengan tarif pajak yang hanya 10 persen.
"Aktivitas perdagangan minyak dan BBM hanya dikenakan pajak 10 persen," kata dia.
Kebijakan ini pun sukses mendorong Singapura meraih posisinya saat ini. Ditambah dengan kemudahan dan kepastian berusaha. Tentunya ini membuat para trader berbondong-bondonglah pindah ke Singapura.
"Kesulitan dalam hal likuiditas di Tokyo mampu dicarikan jalan keluarnya di Singapura," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perusahaan multinasional asal Belanda ini dikabarkan akan menutup operasinya di sektor ritel bahan bakar di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSelain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.
Baca SelengkapnyaPertamina dan Petronas ambil alih 35 persen participating interest milik Shell.
Baca SelengkapnyaDi era pendudukan Belanda, industri ini menjadi sangat penting dalam memasok bahan bakar kendaraan militer mereka.
Baca SelengkapnyaShell menjadi salah satu perusahaan paling berharga di dunia.
Baca SelengkapnyaSalah satu kilang minyak tertua di Indonesia ini dulunya sangat berperan penting dalam memasok bahan bakar bagi tentara sekutu saat melawan Jepang.
Baca SelengkapnyaDua negara tersebut tengah bersekutu untuk segera merampungkan pembangunan Special Economic Zone (SEZ) di kawasan Johor, Malaysia Selatan.
Baca SelengkapnyaInsentif berbasis waktu juga dapat mempercepat monetisasi proyek.
Baca SelengkapnyaPT Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama Petronas Masela telah sukses mengakuisisi kepemilikan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited di Blok Masela, Maluku
Baca SelengkapnyaShell menegaskan tetap fokus pada kegiatan operasional.
Baca SelengkapnyaDulu saat pedagang Arab berlayar hingga ke Pulau Weh, mereka menamakan Sabang dengan kata 'Shabag' yang berarti gunung meletus.
Baca SelengkapnyaDaftar harga BBM terbaru di seluruh SPBU Indonesia per 1 Februari 2024.
Baca Selengkapnya