Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bank Dunia desak pemerintah segera rampungkan revisi DNI

Bank Dunia desak pemerintah segera rampungkan revisi DNI bank dunia. worldbank.org

Merdeka.com - Isu belum selesainya revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) menjadi sorotan Bank Dunia. Kebijakan itu dipercaya akan menumbuhkan investasi tahun depan, ketika pertumbuhan sektor riil stagnan, sedang pasar keuangan terancam melambat.

Ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop, menuturkan, tantangan pemerintah adalah memastikan dukungan, supaya aliran modal asing tetap lancar, bahkan kalau perlu meningkat. Sebab, nyatanya selama ini, porsi Penanaman Modal Asing (PMA) walaupun mencetak rekor sebetulnya masih kalah dibanding negara lain.

"Tiga tahun terakhir memang realisasi investasi asing menggembirakan, tapi sebetulnya PMA yang diperoleh Indonesia belum banyak, jika dibandingkan potensi investasi di negara ini yang melimpah ruah," ujarnya di Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta, Senin (16/12).

Orang lain juga bertanya?

Diop membandingkan realisasi investasi PMA Indonesia sepanjang semester I 2013 yang masih di bawah, Vietnam, China, India, Malaysia, ataupun Singapura. Sebagai gambaran, Negeri Tirai Bambu sepanjang enam bulan pertama tahun ini mendapatkan suntikan modal asing sebesar USD 1,98 miliar (setara Rp 750 triliun). Sebaliknya, di periode yang sama, Indonesia hanya meraup Rp Rp 132,2 triliun.

"Bahkan, capaian Indonesia tak sampai separuh dari China. Ini merupakan sinyal bahwa Indonesia butuh lebih banyak PMA, dalam waktu dekat," kata Diop.

Topik pilihan: BRI | BPR

DNI, menurut Bank Dunia, tetap merupakan instrumen yang memadai untuk menggenjot partisipasi modal asing di Tanah Air. Sebab, tambahan investasi akan mengamankan ketersediaan dana eksternal, artinya, bisa semakin menurunkan defisit neraca akun berjalan yang selama ini menghantui Indonesia.

"Revisi DNI ini penting untuk direalisasikan segera. Meski tantangannya, selain itu, pemerintah Indonesia perlu sekaligus melancarkan hambatan berusaha, sehingga menciptakan pesan positif bagi dunia usaha," ungkap Diop.

Dalam laporan triwulanan terbaru Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diproyeksikan melambat. Produk Domestik Bruto (PDB) diramalkan cuma tumbuh 5,3 persen, di bawah capaian 2013 sebesar 5,6 persen. Rata-rata inflasi tahunan diperkirakan mencapai 6,1 persen, dengan defisit APBN 2,1 persen, serta defisit neraca berjalan 2,6 persen.

Menanggapi saran Bank Dunia, Kepala BKPM, Mahendra Siregar, memastikan DNI akan segera selesai dalam waktu dekat. Pihaknya sudah merampungkan diskusi dengan pengusaha maupun kementerian/lembaga terkait, soal bidang usaha mana yang boleh dibuka buat asing. Cuma dia belum tahu, kapan pertemuan yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa itu akan digelar.

"Untuk DNI, kami hanya tinggal menunggu rapat koordinasi saja dari kantor menko perekonomian," ujarnya.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Rupiah Melemah, DPR Ingatkan Jangan Terlena Data Inflasi Rendah
Rupiah Melemah, DPR Ingatkan Jangan Terlena Data Inflasi Rendah

Sebab inflasi rendah tidak bisa diartikan sebagai terkendalinya harga kebutuhan pokok rakyat.

Baca Selengkapnya
Banggar Sebut Nilai Tukar dan Suku Bunga SBN Tahun 2025 Masih Bisa Turun
Banggar Sebut Nilai Tukar dan Suku Bunga SBN Tahun 2025 Masih Bisa Turun

Banggar DPR RI meyakini pemerintah dapat menurunkan target nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya
Dirut BNI: Risiko Geopolitik Masih Tinggi, Dunia Dihadapkan Konflik Rusia-Ukraina dan Timur Tengah
Dirut BNI: Risiko Geopolitik Masih Tinggi, Dunia Dihadapkan Konflik Rusia-Ukraina dan Timur Tengah

Apalagi kata Royke, IMF dan World Bank memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi global akan lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Prediksi Dua Agenda Besar Ini Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat
Pemerintah Prediksi Dua Agenda Besar Ini Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Menurut pemerintah, deflasi saat ini dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasar global akibat konflik internasional.

Baca Selengkapnya
Sektor Keuangan Tunjukkan Tren Penurunan, Ketua Banggar Minta Pemerintah Adaptif
Sektor Keuangan Tunjukkan Tren Penurunan, Ketua Banggar Minta Pemerintah Adaptif

Said mencontohkan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus melemah.

Baca Selengkapnya
Banggar Minta Pemerintah Ubah Asumsi Rupiah di Bawah Rp16.000
Banggar Minta Pemerintah Ubah Asumsi Rupiah di Bawah Rp16.000

Said mengaku persoalan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negeri Paman Sam ini kerap membuat sakit kepala.

Baca Selengkapnya
Ini Saran Ketua Banggar untuk Perkuat Rupiah
Ini Saran Ketua Banggar untuk Perkuat Rupiah

Said menyebut grafik transaksi kurs Indonesia dalam jangka panjang cenderung melemah.

Baca Selengkapnya
Bank Dunia: Pemilu 2024 Bisa Perlambat Momentum Pertumbuhan Ekonomi
Bank Dunia: Pemilu 2024 Bisa Perlambat Momentum Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh rata-rata 4,9 persen selama 2024-2026.

Baca Selengkapnya
Jangan Lengah, Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bisa Jadi Bumerang Bagi Indonesia
Jangan Lengah, Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bisa Jadi Bumerang Bagi Indonesia

The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.

Baca Selengkapnya
Rupiah Mulai Menguat, Begini Saran Anggota DPR
Rupiah Mulai Menguat, Begini Saran Anggota DPR

Nilai tukar rupiah terus menguat dalam dua hari terakhir

Baca Selengkapnya
Ini Usulan Ketua Banggar DPR RI untuk Kebijakan Fiskal 2025
Ini Usulan Ketua Banggar DPR RI untuk Kebijakan Fiskal 2025

Ketua Banggar, Said Abdullah, berharap pemerintah setuju target pertumbuhan tahun depan minimal 5,4 persen.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Minta Bank Sentral di Dunia Tak Tiba-Tiba Naikkan Suku Bunga, Ini Alasannya
Pemerintah Minta Bank Sentral di Dunia Tak Tiba-Tiba Naikkan Suku Bunga, Ini Alasannya

Bank of England di Inggris dan The Fed di Amerika Serikat menurunkan suku bunga acuan.

Baca Selengkapnya