Bank Dunia: Pemulihan Ekonomi di Asia Timur dan Pasifik Alami Kemunduran
Merdeka.com - Laporan Bank Dunia East Asia and Pacific Fall 2021 Economic Update menyebutkan negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP) diprediksi akan bertumbuh 2,5 persen. Angka itu hampir dua poin persentase lebih rendah daripada yang diperkirakan pada April 2021.
"Pemulihan ekonomi negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik kini berubah," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Manuela Ferro dalam pernyataanya, Selasa (28/9).
Laporan tersebut juga menujukan, negara-negara kawasan EAP juga mengalami penurunan tenaga kerja dan partisipasi tenaga kerja. Sementara sebanyak 24 juta penduduk tidak dapat lepas dari kemiskinan pada tahun 2021.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Dimana negara berkembang di benua Asia? Negara Berkembang di Benua Asia Bhutan, Kazakstan, Mongolia, Armenia, Afghanistan, Bangladesh, Brunei, Kamboja, China, India, Korea Utara, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, Palestina.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
-
Bagaimana ekonomi RI bisa tumbuh 6,22% sampai 2045? 'Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045,' kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
"Walaupun pada tahun 2020 kawasan EAP berhasil mengendalikan COVID-19 ketika kawasan-kawasan lainnya di dunia sedang berjuang, peningkatan angka COVID-19 di tahun 2021 telah mengurangi prospek pertumbuhan untuk 2021. Namun demikian, kawasan ini muncul secara lebih kuat dari krisis sebelumnya dan dengan kebijakan yang tepat, dapat melakukannya kembali," jelasnya.
Kerusakan akibat melonjaknya kembali dan bertahannya COVID-19 kemungkinan akan menghambat pertumbuhan dan menambah kesenjangan selama jangka panjang. Kegagalan dari perusahaan-perusahaan yang seharusnya sehat menyebabkan hilangnya aset tak berwujud yang berharga, sedangkan perusahaan-perusahaan yang masih bertahan menunda investasi yang produktif.
Perusahaan-perusahaan yang lebih kecil mengalami dampak terparah. Meskipun sebagian besar perusahaan menghadapi kesulitan, perusahaan-perusahaan yang lebih besar kemungkinan akan mengalami penurunan yang lebih kecil dalam penjualan mereka. Perusahaan-perusahaan ini kemungkinan besar mengadopsi teknologi canggih dan menerima dukungan dari pemerintah.
Rumah tangga juga mengalami kesulitan, khususnya rumah tangga miskin, di mana mereka memiliki kemungkinan lebih besar untuk kehilangan penghasilan, mengalami kerawanan pangan yang lebih besar, memiliki anak-anak yang tidak ikut serta dalam kegiatan pembelajaran, dan terpaksa menjual aset-aset terbatas yang mereka miliki.
Akibatnya, bertambahnya stunting, pengikisan modal manusia dan hilangnya aset-aset yang produktif akan menghambat penghasilan dari rumah tangga tersebut di masa depan. Meningkatnya kesenjangan antar perusahaan juga dapat meningkatkan kesenjangan antar pekerja.
"Percepatan vaksinasi dan pengujian untuk mengendalikan infeksi COVID-19 dapat membangkitkan kegiatan ekonomi di negara-negara yang sedang berjuang pada awal pertengahan pertama tahun 2022, dan menggandakan angka pertumbuhan pada tahun berikutnya," kata Ekonom Utama Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo.
Laporan ini juga memperkirakan bahwa kebanyakan negara di kawasan EAP, termasuk Indonesia dan Filipina, dapat memvaksinasi lebih dari 60 persen penduduk mereka pada pertengahan pertama tahun 2022. Meskipun hal itu tidak menghilangkan terjadinya infeksi, vaksinasi dapat mengurangi angka kematian secara signifikan, sehingga kegiatan ekonomi dapat dilakukan lagi.
Akan tetapi, kawasan EAP perlu melakukan upaya serius dalam empat bidang yang menangani COVID yang berkepanjangan: mengatasi keraguan tentang vaksin dan keterbatasan kapasitas distribusi untuk mencegah terjadinya angka cakupan yang terus bertahan [plateauing coverage); meningkatkan pengujian, pelacakan dan isolasi untuk mengendalikan infeksi; meningkatkan produksi vaksin regional untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan impor; dan memperkuat sistem kesehatan untuk mengatasi berkepanjangannya penyakit ini. Bantuan internasional dibutuhkan untuk mendukung upaya nasional di seluruh bidang ini, khususnya di negara-negara dengan kapasitas yang terbatas.
Selain mengendalikan COVID-19, strategi yang komprehensif dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan dan memastikan adanya pertumbuhan yang inklusif. Laporan ini mengidentifikasi penyebaran teknologi yang dipercepat sebagai kemungkinan sisi positif dari krisis yang dapat mendorong produktivitas, mendemokratisasi pendidikan dan mentransformasi lembaga-lembaga negara.
Akan tetapi, reformasi yang saling melengkapi juga penting. Memperlengkapi perusahaan-perusahaan dengan keterampilan untuk penerapan teknologi dalam usaha mereka harus disertai dengan keterbukaan dalam perdagangan dan investasi, serta dengan kebijakan persaingan usaha yang memperkuat dorongan bagi perusahaan-perusahaan untuk mengadopsi teknologi baru.
Implementasi reformasi yang sudah lama tertunda di bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan relevansi kurikulum dapat memastikan akses yang lebih luas ke manfaat teknologi pembelajaran baru.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
ADB merilis proyeksi perekonomian di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaEkonomi kawasan Asia Tenggara diramal turun karena kinerja eskpor tergangggu.
Baca SelengkapnyaBI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen (yoy), yang disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaLoyonya perekonomian China dipengaruhi oleh terus melemahnya permintaan domestik. Kondisi ini diperparah oleh kinerja properti yang masih belum menggembirakan.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaNegara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini tumbuh 2,3 persen pada periode April-Juni atau kuartal kedua 2024.
Baca SelengkapnyaSituasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia diprediksi tumbuh rata-rata 4,9 persen selama 2024-2026.
Baca Selengkapnya