Bank Dunia prediksi PDB Indonesia tumbuh 5,3 persen di 2018
Merdeka.com - Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Rodrigo Chaves memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) rill Indonesia mencapai 5,1 persen pada tahun 2017 dan tumbuh 5,3 persen pada tahun 2018. Hal itu didorong perekonomian global yang mendukung serta kondisi domestik yang lebih kuat.
"Kuatnya perekonomian domestik ini juga disebabkan oleh reformasi perekonomian yang terus berlanjut dan secara bertahap mulai memberikan dampak," kata Rodrigo, di Energy Builiding, Jakarta, Selasa (3/10).
Lanjutnya, konsumsi swasta diproyeksikan menguat dengan didorong kenaikan dan peningkatan lapangan kerja. Sementara investasi swasta akan mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga BI baru-baru ini yang berdampak pada penurunan biaya pinjaman, perbaikan lingkungan bisnis, dan peningkatan investasi publik bidang infrastruktur.
-
Bagaimana Menko Perekonomian ingin memperkuat kerja sama ekonomi? "Di KTT India nanti Indonesia akan terus berupaya menjalin kerja sama dengan negara-negara lainnya dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang ekonomi. Sehingga nantinya pembangunan akan terus terjadi dan masyarakat akan sejahtera," tutur Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.
-
Apa yang dilakukan Pertamina untuk atasi dampak ekonomi global? Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina secara intens terus memantau perkembangan terkini dan dampak memanasnya geopolitik terhadap rantai pasok energi global. Nicke menyebut fluktuasi minyak dunia akan kian dinamis pasca meningkatnya ketegangan yang terjadi di timur tengah.'Kita akan terus meningkatkan upaya mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pegendalian biaya, pemilihan komposisi crude yang optimal, pengelolaan inventory yang efektif, peningkatan produksi high-yield products dan efisiensi di semua lini operasional,' ujar Nicke.
-
Kenapa Pertamina perlu antisipasi gejolak ekonomi global? Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barel.'Harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat,' lanjut dia.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Kenapa perdagangan di Banten berkembang? Keberadaan Banten yang terhubung langsung ke Samudra Hindia melalui Selat Sunda membuatnya jadi pintu masuk jalur perdagangan yang strategis.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
Sektor eksternal diharapkan dapat memberikan kontribusi positif mengingat perekonomian global semakin kuat. Walaupun kontribusi ini sebagian akan diimbangi oleh tukar perdagangan (terms of trade) yang diproyeksikan menurun, karena adanya penurunan harga batu bara.
"Defisit neraca berjalan diperkirakan akan melebar dari 1,7 persen pada tahun 2017 menjadi 1,8 persen pada tahun 2018," ujarnya.
Dia menuturkan, konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkat pada tahun 2018, namun defisit kembali akan tetap terjaga karena peningkatan kinerja penerimaan terkait pertumbuhan ekonomi dan reformasi perpajakan.
"Sebagai sinyal atas komitmennya pertumbuhan ekonomi dan reformasi perpajakan terhadap disiplin fiskal, APBN 2018 yang diusulkan oleh pemerintah yang menyiratkan defisit sebesar 2,2 persen dari PDB, suatu sinyal yang jelas menyatakan bahwa kehati-hatian fiskal mendapat perhatian yang tinggi," jelas Rodrigo.
Risiko eksternal terhadap perkiraan perekonomian (outlook) mencakup beberapa faktor, yaitu adanya ketidakpastian global jika Bank Sentral Amerika Serikat (the Fed) menyimpang dari perkiraan normalisasi kebijakan moneter dan neracanya yang dilakukan bertahap, pelemahan harga komoditas yang terus berjalan, dan implementasi kebijakan proteksionis oleh negara-negara maju yang akan memiliki dampak negatif pada pertumbuhan global.
"Perekonomian Indonesia cukup bergantung pada pendanaan eksternal, baik publik maupun pihak swasta, dan oleh karena itu tetap sensitif terhadap volatilitas arus modal global," katanya.
Tambahnya, momentum reformasi yang sudah berjalan juga penting dipertahankan karena kesenjangan dalam modal fisik, manusia, dan kualitas kelembagaan masih cukup besar.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski perekonomian dunia melambat.
Baca SelengkapnyaBI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen (yoy), yang disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaPerry Warjiyo mengungkapkan, kinerja ekonomi Indonesia yang tetap kuat di tengah ketidakpastian global didukung oleh bauran kebijakan BI dan pemerintah.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia diprediksi tumbuh rata-rata 4,9 persen selama 2024-2026.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi capai 5,1 persen tahun ini.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia melihat inflasi di Amerika Serikat mendekati inflasi jangka menengah.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III-2023 sebesar 4,94 persen (yoy), lebih rendah dari periode yang sama di tahun 2022 sebesar 5,17 persen.
Baca SelengkapnyaDia menekankan bahwa dinamika harga batu bara di masa depan akan sangat tergantung pada kebijakan pemerintah.
Baca SelengkapnyaBatu bara tetap masih menjadi komoditas utama ekspor Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga optimis target pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen tahun ini tercapai, meski sejumlah harga komoditas unggulan terus mengalami penurunan.
Baca Selengkapnya