Bank Dunia revisi pertumbuhan global 2016 menjadi 2,4 persen
Merdeka.com - Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan global menjadi 2,4 persen dari prakiraan pada bulan Januari, yakni 2,9 persen. Langkah ini diambil akibat beberapa sebab seperti melambatnya pertumbuhan di negara-negara maju, harga komoditas tetap rendah, lemahnya perdagangan global, dan arus modal yang berkurang.
Menurut laporan terbaru Global Economic Prospects, negara berkembang dan negara berkembang pengekspor komoditas berupaya keras beradaptasi terhadap jatuhnya harga minyak dan komoditas utama lain, dan ini menjadi penyebab separuh dari revisi pemangkasan. Pertumbuhan di negara-negara tersebut tahun ini diproyeksikan 0,4 persen, jauh lebih rendah dari proyeksi pada bulan Januari sebesar 1,2 persen.
"Pertumbuhan yang lambat ini kembali menegaskan betapa pentingnya bagi negara untuk menerapkan kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan mereka yang hidup dalam kemiskinan ekstrim," kata Presiden Kelompok Bank Dunia Jim Yong Kim dalam keterangan tertulisnya pada merdeka.com di Jakarta, Rabu (8/6).
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 7%? 'Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi,' ujar Bahlil saat Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat, Kamis (17/7).
-
Kenapa kemenko perekonomian perlu tingkatkan pertumbuhan ekonomi? Pertumbuhan (ekonomi) pertahun 5% tidaklah cukup. Jadi kita butuh tumbuh 6% sampai 7%. Namun salah satu yang menjadi catatan yaitu ICOR (Incremental Capital Output Ratio) kita di tahun ini terlalu tinggi yaitu 7,6. Ini artinya bahwa investasi yang kita masukkan belum terlalu optimal,“ tutur Menko Airlangga.
-
Mengapa jumlah penduduk Indonesia diprediksi terus melambat? Pertumbuhan penduduk periode 2020-2045 rata-rata sebesar 0,67 persen setiap tahun. Artinya jumlah penduduk Indonesia terus melambat setiap tahun
-
Kenapa target pertumbuhan ekonomi penting? Sehubungan dengan itu, salah satu manfaat yang dirasakan pemerintah ketika terjadi pertumbuhan ekonomi adalah pembangunan dan pemerataan infrastruktur masyarakat dapat dilaksanakan secara cepat karena pendapatan per kapita sudah melonjak.
"Pertumbuhan ekonomi adalah motor utama pengurangan kemiskinan. Karena itu kami prihatin ketika pertumbuhan di negara-negara pengekspor komoditas berkurang akibat tekanan terhadap harga komoditas."
Negara berkembang yang mengimpor komoditas lebih tahan daripada negara pengekspor, meski keuntungan dari turunnya harga energi dan komoditas lain belum terlalu terasa. Pertumbuhan mereka diproyeksikan sebesar 5,8 persen pada 2016, berkurang sedikit dari angka 5,9 persen pada 2015, seiring dengan rendahnya harga energi dan mulai pulihnya ekonomi negara-negara maju yang telah mendukung kegiatan ekonomi.
Di antara negara-negara berkembang yang besar, pertumbuhan China diperkirakan berkisar antara 6,7 persen pada 2016 setelah tahun lalu berada di angka 6,9 persen. Ekspansi ekonomi India yang besar diperkirakan akan stabil di angka 7,6 persen. Brazil dan Rusia diproyeksikan berada pada resesi yang lebih dalam dibanding prakiraan Januari. Afrika Selatan diperkirakan tumbuh sekitar 0,6 persen pada 2016, 0,8 persen lebih lambat dibanding proyeksi pada bulan Januari.
Menurut laporan Global Economic Prospects, peningkatan signifikan dalam sektor kredit swasta, didorong oleh suku bunga rendah dan meningkatnya kebutuhan pembiayaan, yang belakangan ini semakin tinggi, ikut mempertajam potensi risiko bagi beberapa negara berkembang.
"Seiring dengan upaya negara-negara untuk mengatasi tantangan, negara-negara di Asia Timur dan Tenggara tumbuh solid, seperti halnya negara-negara berkembang pengimpor komoditas di seluruh dunia," kata Ekonom Utama dan Wakil Presiden Senior Bank Dunia, Kaushik Basu.
"Namun, satu perkembangan yang perlu diantisipasi adalah pesatnya tingkat hutang swasta di beberapa negara berkembang. Saat tren pinjaman melonjak, tidak mengherankan jika tingkat pinjaman macet, sebagai bagian naiknya pinjaman sebanyak empat kali lipat."
Dalam situasi pertumbuhan yang melambat ini, ekonomi global menghadapi risiko-risiko lebih besar, diantaranya pelambatan lebih lanjut pada negara-negara berkembang, perubahan besar pada sentimen pasar finansial, stagnasi pada negara-negara maju, periode rendahnya harga komoditas yang lebih lama dari perkiraan, risiko geopolitis berbagai negara, dan kekhawatiran terhadap efektivitas kebijakan moneter dalam mendorong pertumbuhan.
Laporan ini memperkenalkan cara untuk mengkaji risiko-risiko terhadap proyeksi global dan menemukan bahwa situasinya lebih condong ke penurunan dibanding proyeksi bulan Januari lalu.
"Prospek pertumbuhan yang lambat di negara-negara berkembang akan memperlambat, atau bahkan memutar balik kemajuan yang telah dicapai dalam mengejar tingkat pendapatan agar setara dengan negara-negara maju," kata Direktur Group Economic Development Prospects, Ayhan Kose.
"Namun, selama tiga tahun terakhir, beberapa negara berkembang pengimpor komoditas mampu mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan."
Sementara, pertumbuhan di Asia Timur dan Pasifik diproyeksikan tidak mengalami revisi dan melambat di angka 6,3 persen untuk tahun 2016, dengan ekspansi China yang diperkirakan menurun ke angka 6,7 persen, sebagaimana proyeksi bulan Januari.
Di luar China, pertumbuhan kawasan ini diproyeksikan tumbuh sebesar 4,8 persen pada 2016, tidak berubah sejak 2015. Prakiraan ini didukung asumsi pelambatan yang terukur di China, yang diikuti oleh reformasi struktural dan stimulus kebijakan yang diperlukan.
Pertumbuhan di kawasan ini diperkirakan ditopang oleh naiknya sejumlah investasi di beberapa negara besar (Indonesia, Malaysia, Thailand), dan konsumsi tinggi yang didukung oleh rendahnya harga komoditas (Thailand, Filipina, Vietnam).
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaBI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen (yoy), yang disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia diprediksi tumbuh rata-rata 4,9 persen selama 2024-2026.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaPerekonomian di China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, masih menunjukkan kinerja yang lemah
Baca SelengkapnyaSituasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia melihat inflasi di Amerika Serikat mendekati inflasi jangka menengah.
Baca SelengkapnyaSektor konsumsi dan sektor perdagangan jadi faktor lambatnya pertumbuhan ekonomi di semester II tahun 2024.
Baca SelengkapnyaADB merilis proyeksi perekonomian di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski perekonomian dunia melambat.
Baca Selengkapnya