Bank Indonesia Diprediksi Tak akan Turunkan Suku Bunga Acuan
Merdeka.com - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menyebut bahwa Bank Indonesia (BI) sudah tidak lagi memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Level BI 7 Day Reverse Repo Rate yang saat ini berada di level 3,5 persen dinilai sudah maksimal menjadi suku bunga terendah sepanjang masa.
"Saya perkirakan BI tidak punya ruang turunkan suku bunga acuan," katanya dalam acara diskusi Mendobrak Inersia Pemulihan Ekonomi, Selasa (27/4).
Piter mengatakan, meskipun neraca perdagangan maupun Rupiah menunjukkan perbaikan di tahun ini, namun kondisi global masih menjadi tantangan bagi bank sentral. Salah satunya kenaikan imbal hasil US Treasury.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana nilai pasar timnas meningkat? Total nilai pasar starting XI Skuad Indonesia bisa melampaui Rp350 miliar dengan kehadiran kedua pemain ini.
-
Apa yang menjadi tantangan ekonomi global bagi BRI? Tantangan Perlambatan Ekonomi Global Sejak Tahun Lalu Berbagai tantangan ketidakpastian ekonomi, seperti kondisi perekonomian yang dihantui resesi dan perlambatan ekonomi global sejak tahun lalu.
-
Apa yang membuat cadangan devisa RI meningkat? 'Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak. Faktor lainnya, jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.'
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
Sebab menurut dia, jika imbal hasil US Treasury terus mengalami kenaikan, sementara suku bunga diturunkan, maka ini akan memberikan selisih yang melebar.
"Nampaknya itu enggak cukup tutup risiko investasi dalam negeri, sehingga mendorong keluarnya investasi asing, khususnya portofolio," ujarnya.
Piter melanjutkan, ke depan bank-bank sentral dunia justru akan melakukan normalisasi alias menaikkan kembali suku bunga acuan. Hal ini dilakukan seiring dengan pemulihan ekonomi yang juga mulai terjadi.
"Dan jika mereka lakukan normalisasi atau tappering, sebakan ada tekanan ke rupiah dan harus direspons oleh BI dengan menaikkan suku bunga," jelasnya.
Namun menurut Piter, suku bunga BI ke depannya akan cenderung tetap hingga ada tappering off dari bank sentral AS. Selain itu, suku bunga yang stabil juga masih diperlukan demi mendukung pemulihan ekonomi di Tanah Air.
"Ke depan saya perkirakan suku bunga akan cenderung tetap dalam rangka support pemulihan ekonomi nasional dan BI nampaknya sudah enggak ada ruang turunkan suku bunga acuan," jelasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia tetap akan menjalankan bauran kebijakan untuk menjaga geliat ekonomi nasional di tengah situasi tak menentu saat ini.
Baca SelengkapnyaKe depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaKebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.
Baca SelengkapnyaKondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca Selengkapnya