Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bank Indonesia: Pandemi Buat Defisit Fiskal Negara Maju Melebar Sampai 10 Persen

Bank Indonesia: Pandemi Buat Defisit Fiskal Negara Maju Melebar Sampai 10 Persen Gedung Bank Indonesia. Merdeka.com / Dwi Narwoko

Merdeka.com - Pandemi Covid-19 memaksa berbagai negara di belahan dunia untuk memperbesar defisit fiskal, mempercepat quantitative easing dan menurunkan suku bunga acuan kredit. Ini dilakukan karena pandemi Covid-19 mematikan perekonomian dengan cara membatasi pergerakan manusia.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengatakan, negara maju memperlebar defisit fiskal mencapai 10 persen. Sedangkan negara berkembang memperlebar defisitnya antara 4 persen sampai 6 persen.

"Defisit fiskal di berbagai negara maju sudah sampai 10 persen. Kalau negara emerging ini sekitar 4 sampai 6 persen," kata Doddy dalam Webinar Menakar Efektivitas Stimulus Ekonomi, Jakarta, Selasa (4/5).

Orang lain juga bertanya?

Doddy mengatakan, saat ini Indonesia telah memperlebar defisit fiskal hingga 5,7 persen. Selama tahun 2020 bank Indonesia telah melakukan quantitative easing hingga 4,7 persen. Lalu hingga Februari 2021 sudah tembus 5 persen.

"Quantitative easing dari BI sendiri tembus angka 5 persen dari awal pandemi Februari 2020 sampai dengan posisi yang terakhir," kata dia.

Penurunan suku bunga kredit juga dilakukan berbagai negara di dunia. Secara global penurunan suku bunga tiap negara berkisar antara 50 bps sampai 300 bps. Penurunan suku bunga acuan ini akan terus dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Sayangnya penurunan suku bunga berbalik dengan permintaan pembiayaan. Berbagai negara kawasan mengalami penurunan permintaan kredit perbankan seperti Eropa Selatan dan kawasan Eropa Barat. Pelemahan permintaan kredit ini tidak hanya disebabkan pandemi, melainkan sebagai dampak perang dagang di tahun 2019.

"Masalah proteksi perdagangan yang jadi warna dan ekonomi 2019 ini melemah tetapi juga di pucuk 2019 dan ekonomi awal 2020 ini ekonomi sudah membaik," kata dia.

Return to Asset

Saat ini, dalam konteks perbankan sudah mengalami return on asset. Hal ini terjadi di banyak negara karena fenomena pelemahan ekonomi. Penyaluran kredit juga masih terbatas kepada sektor-sektor yang masih memiliki prospek.

"Sehingga uang itu mengalir masuk sektor yang kasih returnnya signifikan, paling tidak di properti atau surat berharga," kata dia mengakhiri.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah

Per Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani: Defisit APBN 2023 Sebesar Rp347,6 Triliun, Lebih Baik Dibanding 2019 dan 2020
Sri Mulyani: Defisit APBN 2023 Sebesar Rp347,6 Triliun, Lebih Baik Dibanding 2019 dan 2020

Pada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.

Baca Selengkapnya
Luhut: Profil Ekonomi Indonesia Terbaik Kedua di G20, tapi Masyarakat Tak Sadar dan Kritik Sana-Sini
Luhut: Profil Ekonomi Indonesia Terbaik Kedua di G20, tapi Masyarakat Tak Sadar dan Kritik Sana-Sini

Luhut menyayangkan bahwa sebagian masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa pemerintah sudah melakukan hal yang baik.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Indonesia Satu dari Sedikit Negara dengan Pemulihan Ekonomi yang Cepat
Jokowi: Indonesia Satu dari Sedikit Negara dengan Pemulihan Ekonomi yang Cepat

Data IMF per Juni 2023 menunjukkan ada 36 negara yang berada dalam tekanan ekonomi akibat beban utang yang meningkat.

Baca Selengkapnya
Utang Pemerintah Tembus Rp8.041 Triliun, Menko Airlangga: Masih Aman Terkendali
Utang Pemerintah Tembus Rp8.041 Triliun, Menko Airlangga: Masih Aman Terkendali

Batas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.

Baca Selengkapnya
Bayar Utang Program PEN, Anggaran BI Tahun 2024 Bengkak Rp29,29 Triliun
Bayar Utang Program PEN, Anggaran BI Tahun 2024 Bengkak Rp29,29 Triliun

Defisit tersebut disebabkan total pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan total penerimaan.

Baca Selengkapnya
Analisis LSI Denny JA: Selama 10 Tahun Jokowi, Peringkat PDB Indonesia di Dunia Naik Menjadi Nomor 16
Analisis LSI Denny JA: Selama 10 Tahun Jokowi, Peringkat PDB Indonesia di Dunia Naik Menjadi Nomor 16

Pertumbuhan PDB selama 10 tahun Jokowi memperlihatkan pencapaian positif bagi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali
Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali

Perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh 5,11 persen di tengah pelemahan ekonomi global.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Prediksi Dua Agenda Besar Ini Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat
Pemerintah Prediksi Dua Agenda Besar Ini Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Menurut pemerintah, deflasi saat ini dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasar global akibat konflik internasional.

Baca Selengkapnya
Penjelasan Kemenkeu Rasio Utang Prabowo-Gibran Seperti Pandemi Covid-19
Penjelasan Kemenkeu Rasio Utang Prabowo-Gibran Seperti Pandemi Covid-19

Prabowo mengakui manajemen utang perlu dilakukan dengan hati-hati.

Baca Selengkapnya
Ada Ketegangan Geopolitik, BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,9 Persen
Ada Ketegangan Geopolitik, BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,9 Persen

Ekonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.

Baca Selengkapnya
Ketua Banggar Minta Pemerintah Tak Terlena Pertumbuhan Ekonomi Terus di 5 Persen
Ketua Banggar Minta Pemerintah Tak Terlena Pertumbuhan Ekonomi Terus di 5 Persen

Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir tidak beranjak dari angka 5 persenan.

Baca Selengkapnya