Bank Indonesia: Tanpa intervensi, Rupiah bisa anjlok hingga 15 persen
Merdeka.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, mengatakan depresiasi atau pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS dari awal tahun atau secara year to date (ytd) mencapai 8 persen. Tanpa intervensi bank sentral, pelemahan Rupiah bisa mencapai 15 persen.
"Intervensi valas (valuta asing) besar. Januari sampai akhir bulan, 8 persen depresiasi. Kombinasi (kebijakan) itu, kalau tak ada, depresiasi bisa sampai 15 persen. Kalau tak ada kenaikan suku bunga, depresiasi juga besar," ujarnya di hadapan ratusan pengusaha yang mengikuti Seminar Nasional bertajuk Peran Serta Dunia Usaha Dalam Membangun Sistem Perpajakan dan Moneter Yang Adil, Transparan dan Akuntabel dilangsungkan di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Jumat (14/9).
Dody mengungkapkan, BI selaku otoritas moneter sudah melakukan tugasnya sebaik mungkin. Antara lain menaikkan suku bunga acuan hingga 125 basis poin (bps) dalam kurun waktu empat bulan terakhir. Serta melakukan intervensi besar-besaran.
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Kapan deflasi di Indonesia terjadi? Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa Indonesia mengalami deflasi lagi pada bulan September 2024.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Apa nama mata uang Indonesia? Rupiah merupakan nama mata uang Indonesia yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di seluruh wilayah Indonesia.
Anjloknya Rupiah juga dikatakan sebagai imbas dari banyaknya defisit yang saat ini tengah dialami oleh Indonesia. Mulai dari defisit neraca perdagangan hingga defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD).
Untuk jangka panjang, Dody berharap ekspor bisa ditingkatkan supaya membantu daya tahan Rupiah di kemudian hari. "Jangka menengah dan panjang, ekspor dorong, impor subtitusi dan masuk ke arah pariwisata."
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Melansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaKebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaSaat ini, permasalahan yang muncul di industri dalam negeri menurunnya permintaan akibat menipisnya jumlah kelas menengah.
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaGubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar Rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.
Baca SelengkapnyaMenyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Baca SelengkapnyaNilai tukar (kurs) Rupiah berada di level Rp15.618 per USD.
Baca SelengkapnyaMata uang Rupiah dilevel Rp16.097 atau menguat 3 point pada penutupan perdagangan sore ini.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaShinta menilai mebijakan devisa hasil ekspor (DHE), local currency transaction (LCT), SRBI, dan SVBI belum dapat menjaga nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaMengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Baca Selengkapnya