Bank Indonesia yakin rakyat akan terbiasa harga BBM naik turun
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardodjo menyambut baik kebijakan pemerintah mencabut subsidi Premium dan menerapkan kebijakan subsidi tetap untuk Solar sebesar Rp 1.000 per liter.
Dalam pandangannya, kebijakan ini akan ampuh menekan inflasi sepanjang tahun ini yang dipatok Bank Indonesia 4 plus minus satu persen.
"Kebijakan ini saya sambut baik sekali, karena kalau diambil pada waktu tepat pada minyak dunia turun langsung membuat yang tadinya subsidi BBM bersifat fleksibel, bisa tetap. Ini bisa menekan inflasi," ucap Agus di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (19/1).
-
Bagaimana cara pemerintah menekan inflasi? Lantaran yang paling penting adalah pertumbuhan inflasi intinya.Menurutnya, jika inflasi meningkat maka langkah yang dilakukan pemerintah adalah menekan inflasi dengan mengendalikan harga pangan (volatile food). Sebab, harga pangan menyumbang cukup besar terhadap inflasi.
-
Siapa yang dapat mengendalikan inflasi? Saat inflasi tinggi, bank sentral sering kali menaikkan suku bunga untuk memperlambat pengeluaran dan investasi, yang membantu mengurangi tekanan inflasi.
-
Bagaimana Mendagri mengendalikan inflasi di Indonesia? Bapak Presiden memerintahkan kepada kita untuk terus monitor dan dilaksanakan terus acara seperti ini, dan acara seperti ini banyak diapresiasi. Beliau sampai mengatakan bahwa di depan menteri yang lain, beliau menyampaikan bahwa hanya di Indonesia inflasi dikendalikan per minggu. Oleh karena itulah saya minta follow up rekan-rekan di daerah untuk betul-betul serius melaksanakan koordinasi inflasi.
-
Apa yang dilakukan Kemendag untuk menurunkan inflasi? 'Apa yang kemendag lakukan? kita kata kuncinya adalah turun langsung ke pasar, kita memantau secara intensif melalui SP2KP di 671 pasar di 503 kab/kota. Kalau ada pasokan terlambat kita koordinasi,' ujarnya.
-
Bagaimana Pertamina jaga harga BBM tetap kompetitif? 'Termasuk kita juga lakukan efisiensi sehingga bisa menghemat biaya produksi, hasilnya BBM Pertamina tetap kompetitif,' tambah Fadjar.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
Sejak 1980 hingga 2014, tekanan inflasi secara tahunan masih sangat tinggi. Salah satu faktor penyebabnya, pengelolaan anggaran subsidi tidak sehat.
"2005 ke 2014 inflasi kita naik 17 persen, tahun lalu 8,3 persen. Itu karena penyesuaian harga BBM dan harus dinaikkan karena harga minyak dunia tinggi dan memberikan tekanan pada fiskal. Sekarang tidak begitu karena mengikuti pasar, masyarakat akan terbiasa," tambah Agus.
Dengan dicabutnya subsidi Premium dan subsidi tetap untuk Solar, masyarakat dinilai bisa menghitung sendiri pengeluaran mereka sehingga tidak menimbulkan gejolak pada harga barang yang menyebabkan inflasi bertambah.
"Risiko ini sekarang minimum. Jadi ketahuan subsidi BBM cuma Rp 17 triliun untuk 17 juta kilo liter solar. Dampak inflasi sudah minimum, harga tersesuaikan dua minggu. Menyesuaikan pola konsumsi masyarakat," tutupnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan demikian, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility 7 persen.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen demi menjaga stabilitas Rupiah.
Baca SelengkapnyaSejumlah badan usaha swasta penyedia BBM semisal Shell Indonesia dan BP AKR terus mendongkrak harga bensinnya.
Baca SelengkapnyaPerry menjelaskan keputusan ini diambil agar tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability.
Baca SelengkapnyaMelansir data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperjualbelikan direntang Rp16.417 per dolar AS.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaGubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar Rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.
Baca SelengkapnyaPada bulan November 2024, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level enam persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.
Baca SelengkapnyaDiharapkan kinerja mata uang Rupiah terhindar dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik.
Baca SelengkapnyaDengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca Selengkapnya