Banyak Negara Terancam Krisis Ekonomi dan Kesehatan, Bagaimana dengan Indonesia?
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 yang terus melandai di beberapa negara menyisakan kekhawatiran akan terjadinya krisis kesehatan di dunia. Selain itu, krisis kesehatan juga dipicu adanya perang antara Rusia dan Ukraina. Krisis kesehatan dipicu kekurangan pangan dikhawatirkan dapat memberi ancaman kesehatan yang sama bagi dunia seperti pandemi Covid-19.
Direktur Eksekutif Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria, Peter Sands mengatakan, naiknya harga pangan dan energi, sebagian dipicu oleh perang di Ukraina, dapat membunuh jutaan orang baik secara langsung maupun tidak langsung.
"Kekurangan pangan terjadi dalam dua cara. Pertama, Anda memiliki tragedi orang yang benar-benar mati kelaparan. Tetapi kedua adalah Anda memiliki fakta bahwa seringkali lebih banyak orang yang kekurangan gizi, dan itu membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit yang ada," kata dia ditulis reuters dikutip Antara, Rabu (8/6).
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Mengapa polusi menjadi penyebab utama kematian di negara berkembang? Di negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah, polusi menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat Non Communicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular.
-
Apa saja penyakit kritis yang meningkat? Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik (jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, dan lainnya) di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di tahun 2022.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Kenapa inflasi tinggi merusak daya beli? Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali dapat merusak daya beli masyarakat, menyebabkan ketidakpastian ekonomi, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Waktu yang sama, Bank Dunia juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global hampir sepertiga menjadi 2,9 persen untuk 2022. Ini menjadi indikasi bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah menambah kerusakan akibat pandemi Covid-19. Dampaknya, banyak negara sekarang menghadapi resesi.
“Perang di Ukraina telah memperbesar perlambatan ekonomi global dan pertumbuhan yang lemah dan inflasi yang berlarut-larut," kata Bank Dunia dalam laporan Prospek Ekonomi Global,.
Presiden Bank Dunia, David Malpass mengatakan, pertumbuhan global bisa turun menjadi 2,1 persen pada 2022 dan 1,5 persen pada 2023, mendorong pertumbuhan per kapita mendekati nol, jika risiko penurunan terwujud. Malpass mengatakan, pertumbuhan global sedang dihantam oleh perang, penguncian Covid-19 baru di China, gangguan rantai pasokan dan meningkatnya risiko stagflasi dan periode pertumbuhan lemah serta inflasi tinggi yang terakhir terlihat pada 1970-an.
"Bahaya stagflasi cukup besar hari ini," tulis Malpass dalam kata pengantar laporan tersebut.
"Pertumbuhan yang lemah kemungkinan akan bertahan sepanjang dekade karena investasi yang lemah di sebagian besar dunia. Dengan inflasi yang sekarang berjalan pada level tertinggi selama beberapa dekade di banyak negara dan pasokan diperkirakan tumbuh lambat, ada risiko bahwa inflasi akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama."
Ancaman Krisis Ekonomi
Antara 2021 dan 2024, laju pertumbuhan global diproyeksikan melambat sebesar 2,7 poin persentase, kata Malpass, lebih dari dua kali perlambatan yang terlihat antara 1976 dan 1979.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa kenaikan suku bunga yang diperlukan untuk mengendalikan inflasi pada akhir 1970-an begitu curam. Sehingga memicu resesi global pada 1982, dan serangkaian krisis keuangan di pasar negara-negara emerging market dan berkembang.
Ayhan Kose, direktur unit Bank Dunia yang menyiapkan prakiraan tersebut, mengatakan bahwa ada ancaman nyata pengetatan kondisi keuangan yang lebih cepat dari perkiraan dapat mendorong beberapa negara ke dalam jenis krisis utang yang terlihat pada 1980-an.
Meskipun ada kesamaan dengan kondisi saat itu, ada juga perbedaan penting, termasuk kekuatan dolar AS dan harga minyak yang umumnya lebih rendah, serta neraca yang umumnya kuat di lembaga keuangan besar.
Untuk mengurangi risiko, kata Malpass, pembuat kebijakan harus bekerja untuk mengoordinasikan bantuan untuk Ukraina, meningkatkan produksi pangan dan energi, dan menghindari pembatasan ekspor dan impor yang dapat menyebabkan lonjakan harga minyak dan pangan lebih lanjut.
Dia juga menyerukan upaya untuk meningkatkan pengurangan utang, memperingatkan bahwa beberapa negara berpenghasilan menengah berpotensi berisiko; memperkuat upaya penanggulangan Covid; dan mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon.
Pertumbuhan Negara Maju
Pertumbuhan di negara-negara maju diproyeksikan melambat tajam menjadi 2,6 persen pada 2022 dan 2,2 persen pada 2023 setelah mencapai 5,1 persen pada 2021.
Pertumbuhan AS diperkirakan turun menjadi 2,5 persen pada 2022, turun dari 5,7 persen pada 2021, dengan zona euro mengalami pertumbuhan 2,5 persen setelah 5,4 persen.
Negara-negara emerging market dan berkembang diperkirakan mencapai pertumbuhan hanya 3,4 persen pada 2022, turun dari 6,6 persen pada 2021, dan jauh di bawah rata-rata tahunan sebesar 4,8 persen yang terlihat pada 2011-2019.
Ekonomi China diperkirakan tumbuh hanya 4,3 persen pada 2022 setelah tumbuh 8,1 persen pada 2021.
Dampak negatif dari perang di Ukraina akan lebih dari mengimbangi dorongan jangka pendek yang diperoleh eksportir komoditas dari harga energi yang lebih tinggi, dengan perkiraan pertumbuhan 2022 direvisi turun di hampir 70 persen dari negara-negara emerging market dan berkembang.
Ekonomi regional Eropa dan Asia Tengah, yang tidak termasuk Eropa Barat, diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 2,9 persen setelah tumbuh sebesar 6,5 persen pada 2021, sedikit rebound ke pertumbuhan 1,5 persen pada 2023. Ekonomi Ukraina diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 45,1 persen dan Rusia 8,9 persen.
Pertumbuhan diperkirakan melambat tajam di Amerika Latin dan Karibia, mencapai hanya 2,5 persen tahun ini dan melambat lebih lanjut menjadi 1,9 persen pada 2023, kata bank tersebut.
Timur Tengah dan Afrika Utara akan mendapat manfaat dari kenaikan harga minyak, dengan pertumbuhan diperkirakan mencapai 5,3 persen pada 2022 sebelum melambat menjadi 3,6 persen pada 2023, sementara Asia Selatan akan melihat pertumbuhan 6,8 persen tahun ini dan 5,8 persen pada 2023.
Pertumbuhan Afrika Sub-Sahara diperkirakan akan sedikit melambat menjadi 3,7 persen pada 2022 dari 4,2 persen pada 2021, kata Bank Dunia.
Kondisi Indonesia
Kementerian Keuangan menyatakan Bank Dunia melalui laporannya bertajuk Global Economic Prospect June 2022 menilai bahwa ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang paling kuat di tengah situasi risiko global saat ini.
"Perekonomian Indonesia terus menunjukkan resiliensi di tengah gejolak global yang terjadi," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Pacaribu di Jakarta, Rabu.
Penilaian Bank Dunia ditunjukkan melalui prediksinya terhadap ekonomi Indonesia yang akan berada di level 5,1 persen pada 2022 atau hanya turun 0,1 persen dari proyeksi sebelumnya. Dalam laporan GEP June 2022, Bank Dunia menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia akan mendapat dorongan dari kenaikan harga komoditas.
Penurunan prediksi ekonomi Indonesia terjadi di tengah penurunan perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,9 persen pada tahun ini akibat eskalasi berbagai risiko.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi global itu turun 1,2 persen dari proyeksi sebelumnya pada Januari lalu akibat risiko global khususnya perang di Ukraina. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh Bank Dunia pun akhirnya terjadi secara luas di berbagai negara baik kelompok negara maju maupun berkembang.
Febrio menyatakan pemerintah akan terus menjaga situasi agar tidak terjadi lonjakan pandemi agar kepercayaan masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi terus terjaga.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mendorong vaksinasi yang kini sudah mencapai 74,2 persen populasi untuk dosis pertama dan 62,1 persen untuk dosis lengkap.
Tak hanya itu, APBN juga akan terus diarahkan menjadi instrumen penting dalam merespon dinamika ekonomi termasuk menjadi peredam syok untuk memastikan terlindunginya daya beli masyarakat.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo memandang perkembangan dinamika geopolitik dan geostrategis global yang begitu cepat pengaruhnya terhadap suatu negara.
Baca SelengkapnyaApakah Indonesia termasuk yang dilanda kerawanan pangan?
Baca SelengkapnyaDibantu PBB, Indonesia Bangun Sistem Kesehatan yang Tahan Terhadap Perubahan Iklim
Baca SelengkapnyaJokowi memaparkan, 77 juta ton stok gandum yang berhenti di Ukraina karena perang.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan masalah pangan dalam negeri masih terjadi.
Baca SelengkapnyaPrabowo memberi bukti nyata dampak yang dirasakan dunia akibat perang di Ukraina.
Baca SelengkapnyaMulai dari ancaman perubahan iklim, pelemahan ekonomi global, hingga konflik Rusia-Ukraina dan konflik Israel dan Hamas.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian global memberikan pengaruh terhadap industri sawit di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKekeringan sudah melanda sebagian wilayah Indonesia.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga minyak akan berpengaruh besar pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Baca SelengkapnyaJumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza bertambah menjadi 17.177 sejak 7 Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca Selengkapnya