Banyak Uang Palsu Beredar, BI Sarankan Pedagang Beralih ke Transaksi Nontunai
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Barat menyebut bahwa transaksi uang palsu di pasar tradisional cukup tinggi dibandingkan tempat lain. Plt Penyelia Perkasan Kantor Perwakilan BI Jawa Barat Tri Septiadi menyarankan kepada para pembeli dan pedagang pasar tradisional untuk melakukan transaksi nontunai.
"Hal tersebut kita lakukan untuk meminimalisasi peredaran uang palsu di kalangan pedagang yang bisa merugikan," ujarnya saat ditemui di Pasar Ciawitali, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Rabu (11/3).
Saat ini, para pedagang bisa menggunakan jasa keuangan apapun untuk bisa melakukan transaksi nontunai dan bisa menerima pembayaran dari jasa keuangan manapun. Dengan begitu, para pedagang tinggal menyiapkan atau memperlihatkan QRcode untuk media pembayaran para pembeli.
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Kenapa uang kuno dijual ke Bank Indonesia? Namun perlu diketahui, tidak semua uang kuno, dapat dijual di Bank Indonesia, pasalnya BI hanya menyediakan layanan penukaran untuk uang edaran tahun tertentu, seperti yang diumumkan pada 2018 untuk uang keluaran 1998-1999.
-
Kenapa uang palsu di Garut diedarkan? Polisi menangkap dua pelaku atas dugaan membuat dan mengedarkan uang palsu,“ katanya, dikutip dari ANTARA, Senin (14/8).
-
Uang palsu apa yang diedarkan? Disampaikan Kepala Polsek Leles, AKP Agus Kustanto, keduanya mengedarkan uang imitasi dengan pecahan Rp10 sampai Rp100 ribu.
-
Apa modus penipuan yang terjadi di BRI? Adapun salah satu modusnya adalah melalui aplikasi yang tidak resmi atau bodong yang membuat korban dengan sadar memberikan persetujuan untuk mengizinkan aplikasi tersebut mengakses aplikasi SMS.
-
Apa penipuan yang marak terjadi saat ini? Beredar unggahan di media sosial terkait tawaran pinjaman bagi nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) hanya dengan menghubungi nomor WhatsApp.
"Bank Indonesia saat ini sudah menstandarkan kode QR standar pembayaran nasional dengan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) Pedagang yang punya nomor rekening juga bisa meminta QRcode ke pihak bank dan menjadi media pembayaran pembeli. Jadinya nanti terintegrasi," katanya.
Meski demikian, ia menjelaskan bahwa transaksi tunai tetap akan terjadi sehingga para pedagang harus semakin teliti saat menerima uang karena ancaman uang palsu akan terus terjadi. Meski semakin identik antara uang asli dengan yang palsu, ia memastikan tetap ada perbedaan.
"Namun memang idealnya para pedagang ini bertransaksi nontunai, karena selain bisa meminimalisasi transaksi menggunakan uang palsu, ini juga bisa lebih aman karena uangnya langsung masuk akun atau rekening sehingga lebih aman saat terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, seperti kejahatan atau ancaman lainnya," tutupnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Melakukan penukaran uang dipinggir jalan berisiko merugikan masyarakat atas potensi peredaran uang palsu.
Baca SelengkapnyaPuteri juga mengingatkan BI untuk terus mempermudah akses penukaran uang.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Sulawesi Tenggara menemukan uang lembar palsu sebanyak 363 lembar pecahan Rp50.000 dan Rp100.000.
Baca SelengkapnyaMelakukan penukaran di layanan resmi dijamin keaslian uangnya.
Baca SelengkapnyaMasyarakat bisa menukar uang baru di pasar tradisional hingga modern.
Baca SelengkapnyaDigandeng Polri, Begini Cara BI Cek Keaslian Uang Palsu Rp22 M yang Ditemukan di Jakbar
Baca SelengkapnyaIndra mengatakan, kunci dari lancarnya transaksi kedua model pembayaran itu salah satunya terletak pada fitur.
Baca SelengkapnyaSebelum menukar uang rupiah masyarakat terlebih dahulu melakukan pemesanan tukar uang melalui aplikasi Pintar atau melalui laman penukaran uang BI.
Baca SelengkapnyaBI mempersiapkan sebesar Rp 197,6 triliun uang layak edar (ULE) untuk memenuhi kebutuhan penukaran uang jelang Lebaran.
Baca SelengkapnyaBSI meminta nasabah tidak menukar uang baru secara berlebihan dan menukarkan kembali kepada pihak ketiga.
Baca SelengkapnyaSeribu cara dilakukan untuk memanipulasi angka inflasi.
Baca Selengkapnya