Baru Lulus Kuliah, Berikut Tips Agar Cepat Dapat Kerja di Tengah Pandemi
Merdeka.com - Para lulusan perguruan tinggi tahun 2020 atau yang dikenal sebagai "kelas Covid-19" memiliki tantangan sendiri dalam mencari kerja. Sebab, mereka dipaksa untuk menjalani sebagian besar tahun senior mereka dan memasuki pasar tenaga kerja yang secara historis tidak dalam kondisi normal.
Menurut survei terbaru dari Monster terhadap 1.500 orang dewasa AS yang berusia 18-24 tahun, 45 persen dari lulusan kelas musim semi 2020 masih mencari pekerjaan. Sebesar 68 persen khawatir calon pemberi kerja akan menilai dengan tidak baik kesenjangan dalam resume mereka yang disebabkan oleh pandemi.
Mengutip dari CNBC, sebanyak 69 persen lulusan perguruan tinggi baru dan yang akan datang bahkan mengatakan mereka siap menerima gaji yang lebih rendah sebagai akibat dari pandemi.
-
Apa tantangan Gen Z di dunia kerja? Generasi Z mengalami tantangan berat di dunia kerja saat ini. Stigma dengan individu yang kurang kompetitif cukup melekat pada generasi kelahiran 1997-2012 ini. Meskipun memiliki latar pendidikan mentereng, tak menjamin Generasi Z mudah diterima kerja.
-
Bagaimana Gen Z bisa mengatasi kesulitan mencari kerja? Devie Rahmawati, peneliti dari program hubungan masyarakat Universitas Indonesia, mengatakan pemerintah harus berinvestasi lebih banyak dalam program vokasional yang mengajarkan karir yang penting bagi bangsa.
-
Apa masalah sarjana dalam mencari kerja? Meskipun tingkat pengangguran laki-laki di Amerika Serikat tergolong rendah dibandingkan beberapa dekade terakhir, Colflesh termasuk di antara laki-laki yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, atau bahkan berhenti mencari pekerjaan.
-
Mengapa Gen Z kesulitan cari kerja? Beberapa orang percaya bahwa Generasi Z mengalami kesulitan dalam pasar kerja karena mereka dianggap terlalu selektif dan membutuhkan dalam hal pekerjaan.
-
Kenapa Gen Z sulit mempertahankan pekerjaan? Salah satu kritik paling umum terhadap Gen Z secara umum adalah kurangnya motivasi yang dirasakan. Semua orang, mulai dari Generasi Milenial hingga Generasi Baby Boomer, gemar membicarakan keengganan Gen Z untuk bekerja 'keras' demi apa yang ingin mereka capai dalam hidup tanpa perlu menjelaskan alasannya.
-
Siapa yang kesulitan mendapatkan pekerjaan? Indira adalah bagian dari kelompok generasi terbesar di Indonesia, Generasi Z, yang mencakup lebih dari 74 juta orang, atau 27,9 persen dari populasi Indonesia, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012.
"Kami benar-benar mulai melihat dampak pandemi pada dua angkatan kelulusan terakhir. Gangguan tersebut tidak hanya tercermin dalam kenyataan bahwa hampir setengah dari kelas tahun lalu masih mencari pekerjaan, tetapi hampir tiga perempat dari mereka yang mendapatkan pekerjaan mengaku menerima pekerjaan yang tidak sesuai karena putus asa," kata Scott Blumsack, SVP of research and insights dari Monster selaku penyelenggara survei.
Banyak lulusan tahun lalu yang masih mencari pekerjaan
Dikatakan jika implikasi jangka panjang para lulusan ini belum terlihat. Tetapi manajer perekrutan dan perekrut perlu menyadari kemunduran dan ekspektasi dari anggota terbaru dari angkatan kerja saat mereka meningkatkan perekrutan di kuartal 2 dan memasuki paruh kedua tahun ini.
Di antara calon lulusan perguruan tinggi, 77 persen diantaranya berencana untuk bekerja freelance atau melakukan pekerjaan sementara. Dan 73 persen mengatakan mereka sebelumnya telah menerima pekerjaan "karena putus asa". Sedangkan 45 persen lainnya menunjukkan bahwa mereka melakukannya karena sangat membutuhkan uang.
Kemudian 20 persen menyatakan bahwa mereka melakukannya karena kebutuhan untuk melunasi pinjaman mahasiswa (student loans). Meskipun ekonomi telah pulih secara signifikan selama beberapa bulan terakhir, pengangguran di kalangan kaum muda masih tetap tinggi.
Tingkat pengangguran AS saat ini berada pada angka 6 persen secara keseluruhan, tetapi angka berada pada 10,3 persenuntuk kategori orang dewasa usia 20-24, dan 13,3 persen di antara orang dewasa usia 18-19.
Berdampak signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan di masa depan
Lulusan perguruan tinggi memberitahu Monster bahwa mereka yakin pandemi telah memundurkan tujuan karier mereka rata-rata enam bulan. Menurut National Bureau of Economic Research, individu mengalami 70 persen dari keseluruhan pertumbuhan upah mereka selama 10 tahun pertama memasuki dunia kerja.
Para individu yang lulus ke dalam resesi hanya mendapatkan 9 persen lebih sedikit selama tahap awal karir mereka. Sehingga, berdampak signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan di masa depan.
Dalam makalah tahun 2019 berjudul "Recession Graduates: The Long-lasting Effects of an Unlucky Draw", Peneliti Stanford Hannes Schwandt menunjukkan bahwa "di usia paruh baya, lulusan (di tengah) resesi mendapatkan lebih sedikit saat bekerja lebih banyak dan mereka cenderung tidak menikah dan lebih mungkin tidak memiliki anak."
Schwandt juga menemukan bahwa lulusan di tengah resesi memiliki angka kematian yang lebih tinggi ketika mencapai usia paruh baya. Peningkatan angka kematian ini terutama berasal dari penyakit yang terkait dengan perilaku tidak sehat seperti merokok, minum minuman keras, dan pola makan yang buruk.
"Secara khusus, kami menemukan risiko kematian yang jauh lebih tinggi akibat overdosis obat-obatan dan apa yang disebut 'kematian karena keputusasaan' di antara mereka yang meninggalkan sekolah," jelasnya.
Langkah apa yang harus dilakukan?
"Lulus di tengah resesi, memberikan efek besar pada orang-orang yang bertahan selama sebagian besar karir mereka. Orang yang lulus dalam resesi tidak pernah benar-benar mengejar (ketertinggalan)," tegas dia.
Deming sendiri lulus dari program PhD setelah Resesi Hebat dan mengatakan dia ingat betapa sulitnya pasar kerja bahkan untuk seseorang dengan gelar yang lebih tinggi.
"Jika Anda melihat karir anak muda, bahkan di saat-saat normal, rata-rata pekerja memegang sekitar 10 pekerjaan sebelum usia 40 tahun. Dan untuk kaum muda khususnya, cara mendapatkan pekerjaan yang Anda inginkan dan mendapatkan gaji yang Anda inginkan adalah sering pindah. Itu benar-benar berlaku untuk orang-orang yang lulus di masa-masa sulit," jelas dia.
"Anda tidak bisa selalu (menjadi) pemilih sesuka Anda tentang pekerjaan pertama di saat-saat seperti ini. Tetapi waspadalah terhadap peluang untuk menaiki tangga di awal karier Anda. Bekerja keras, lakukan pekerjaan dengan baik, tetapi juga mencari peluang untuk naik dan beralih ke hal-hal yang mungkin lebih cocok untuk Anda," tambah Deming.
Itulah cara Anda keluar dari perangkap lulus ke dalam resesi. Itu 72 persen lulusan baru dan yang akan datang, mengakui kepada Monster bahwa mereka bersedia pindah untuk suatu pekerjaan. Ini tampaknya banyak yang mungkin siap untuk mengikuti saran Deming.
Reporter: Priscilla Dewi Kirana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Intip strateginya biar nggak kelamaan galau waktu jadi fresh graduate!
Baca SelengkapnyaSebagian besar universitas Korea mengharuskan mahasiswanya untuk menyelesaikan delapan semester untuk kelulusan.
Baca SelengkapnyaPara lulusan sarjana hingga pascasarjana yang tak kunjung menadpat kerja menciptakan tren "anak-anak berekor busuk."
Baca SelengkapnyaSebanyak 60 persen perusahaan merasa kurang cocok bekerja dengan generasi Z.
Baca SelengkapnyaTerdapat beberapa hal yang perlu disiapkan fresh graduate saat mencari pekerjaan.
Baca SelengkapnyaPersaingan kerja di level para lulusan perguruan tinggi semakin ketat seiring minimnya penyerapan tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaHari Sarjana Nasional ditetapkan untuk memberikan apresiasi pada setiap lulusan.
Baca SelengkapnyaCalon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaMereka kehilangan motivasi karena ketersediaan lapangan pekerjaan formal semakin menurun.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, banyak startup yang mampu bertahan karena memiliki produk yang dibutuhkan masyarakat.
Baca SelengkapnyaPara pencari kerja pemula tersebut merasa belum mempunyai beban layaknya pencari kerja yang sudah menikah.
Baca SelengkapnyaTingkat pengangguran di Amerika tidak hanya dipengaruhi faktor tunggal.
Baca Selengkapnya