Mendag Sebut Harga Mi Instan Justru Bakal Turun di September 2022
Merdeka.com - Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan membantah akan ada kenaikan harga mi instan imbas dari mahalnya harga gandum sebagai dampak perang Rusia-Ukraina. Dia menyebut, suplai gandum dari beberapa negara akan membanjiri Indonesia. Suplai gandum akan melimpah menyusul adanya panen di Australia, Kanada, dan Amerika Serikat.
Menurut Mendag, dengan adanya panen dari sejumlah negara selain Ukraina, akan berpengaruh pada harga gandum ke depannya. Dengan demikian bisa dipastikan tidak akan ada kenaikan harga mi instan.
"Enggak (tidak akan naik harga), mudah-mudahan nanti kan, ini sudah (melimpah suplai gandum)," kata dia kepada wartawan di Kementerian Perdagangan, Rabu (10/8).
-
Gimana cara Mentan mengurangi impor? 'Apresiasi juga kepada Pak Amran yang dengan semangat untuk mengurangi impor hasil-hasil pertanian seperti beras, gula, jagung, dan seterusnya. Saya percaya kalau seluruh potensi bangsa ini didorong untuk memenuhi kebutuhan itu, pasti impor kita dapat dikurangi dan kita kembali bergantung pada hasil dalam negeri,' katanya.
-
Kenapa Kementan yakin produksi beras tahun 2023 aman? 'Jadi saya sangat yakin dengan angka produksi ini bahkan kita tidak perlu impor. Kenapa? Karena angka konsumsi beras kita hanya 25,45 juta ton yang artinya kita masih punya surplus 2,43 juta ton,' sambungnya.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Siapa yang menegaskan produksi beras di tahun 2023 aman? Komisi IV DPR RI dan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) kompak menegaskan produksi dan ketersediaan beras di tahun 2023 ini aman yakni mampu mencukupi kebutuhan nasional.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
Di sisi lain, Ukraina disebut juga telah membuka akses ekspor gandum yang dihasilkannya. Selama ini Ukraina memang menjadi salah satu pemasok gandum terbesar di dunia.
"Dulu kan gagal panennya di Australia, Kanada gagal, Amerika. Sekarang perannya sukses, apalagi sekarang Ukraina sudah mulai jual juga,” ujarnya.
Dengan pemenuhan suplai tersebut, Mendag Zulkifli menaksir tren harga gandum, maupun produk turunannya seperti mi instan akan turun pada September mendatang. "Mungkin September trennya akan turun," tukasnya.
Pernyataan ini berbeda dengan yang disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu. Dengan tersendatnya akses logistik gandum, maka, harganya akan semakin naik. Di mana berpengaruh juga pada harga mi instan.
Mentan Prediksi Harga Mi Instan Naik
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkap harga mi instan akan meningkat 3 kali lipat dalam waktu dekat. Menyusul kondisi tertahannya 180 juta ton gandum di Ukraina.
Mentan Syahrul mengatakan, ini jadi salah satu dampak perang antara Rusia dan Ukraina yang belum selesai. Ditambah kondisi konektivitas logistik yang tertahan di banyak negara.
"Belum selesai dengan climate change kita dihadapkan perang Ukraina dan Rusia, di mana di sana gandum tertimbun 180 juta ton, ndak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum besok harganya (naik) 3 kali lipat itu," kata dia mengutip webinar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Selasa (9/8).
Indonesia Kena Dampak
Ukraina jadi salah satu penyuplai gandum terbesar di dunia. Terhentinya arus logistik membuat harga komoditas gandum meningkat berkali-kali lipat. Indonesia sebagai pengimpor gandum turut merasakan dampaknya.
"Maafkan saya, saya bicara ekstrem saja ini, ada gandumnya, tapi harganya akan mahal banget, sementara kita impor terus," ujar dia.
Sebagai salah satu solusinya, Mentan Syahrul mengajak pada jajarannya untuk adanya diversifikasi pangan. Artinya, menggunakan alternatif dari bahan lain, seperti singkong hingga sorgum.
"Kalau saya sih jelas, gak setuju (selalu impor), apapun kita makan saja, singkong, sorgum, makan saja sagu. Kenapa? inilah yang menghadapi juga tantangan ini gak kecil, terutama di Kementan," paparnya.
Reporter: Arief Rahman Hakim
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa harga bahan pokok sudah turun di antaranya ayam, minyak, telur dan cabai murah.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga membeberkan penyebab harga bahan pangan, khususnya beras yang melambung dalam beberapa bulan terakhir.
Baca SelengkapnyaSusiwijono mengatakan, masalah utama beras langka dan mahal di ritel modern disebabkan adanya pergeseran masa tanam dan masa panen.
Baca SelengkapnyaSejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.
Baca SelengkapnyaBelum ada pelaku industri agro mengeluh terkait pelemahan nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaPenurunan harga beras terlihat dari menurunnya harga gabah kering panen di tingkat produsen.
Baca SelengkapnyaBapanas memperkirakan, pada panen raya kali ini produksi beras nasional akan cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaArief menekankan bahwa prioritas utama pemerintah adalah mengutamakan produksi dalam negeri, terutama menjelang panen raya jagung.
Baca SelengkapnyaHal ini merespons isu kenaikan harga minyak kita akibat kurangnya realisasi domestic market obligation (DMO) oleh produsen.
Baca SelengkapnyaKementerian Ketenagakerjaan memastikan UMP 2024 naik.
Baca SelengkapnyaPemerintah diminta serius dalam menjaga pasokan beras di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaSejak 10 Maret 2024, Pemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras premium sebesar Rp1.000 per kilogram (kg).
Baca Selengkapnya