Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Benarkah Maskapai Penerbangan Murah Tak Aman?

Benarkah Maskapai Penerbangan Murah Tak Aman? AirAsia terima A320neo. Istimewa©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Penerbangan dengan biaya murah atau dikenal dengan sebutan Low Cost Carrier (LCC) banyak menimbulkan kekhawatiran dibenak masyarakat. Kekhawatiran ini berhubungan dengan keselamatan dari pesawat yang nanti akan ditumpanginya.

Bukan tanpa sebab, masyarakat mempertanyakan keselamatan maskapai berkategori LCC. Menengok kejadian pada tahun sebelumnya, pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan QZ 8501 milik Air Asia yang jatuh pada 2014 silam. Hal yang sama juga menimpa maskapai milik Lion Air Boeing 737 Max dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh pada Oktober 2018 silam.

Tragedi pesawat jatuh ini tentu menimbulkan rasa trauma pada masyarakat. Terlebih, tragedi ini sama-sama menimpa pesawat berkategori LCC. Namun, bagaimana sebenarnya konsep dari pesawat berkategori Low Cost Carrier?

Banyak masyarakat yang mempersepsikan bahwa maskapai berkategori LCC memiliki safety yang patut dipertanyakan. LCC selalu dikonotasikan sebagai maskapai ‘murahan’ sehingga akan membahayakan keselamatan penumpang.

CEO Air Asia, Dendy Kurniawan menegaskan bahwa selama ini masyarakat memiliki konsep yang salah akan maskapai berkategori LCC, seperti AirAsia dan lainnya. Dalam semua maskapai apapun, keselamatan selalu menjadi poin utama. Yang membedakan maskapai LCC dengan maskapai full service adalah pelayanan yang diberikan terhadap penumpang.

"Bahwa yang namanya LCC ini no-frills (tidak ada tambahan). Bedanya no-frills dengan full service adalah pelayanannya pasti. Begitu kita masuk ke maskapai yang full service, kita pasti langsung ditawari berbagai macam, seperti koran, handuk, permen, minumnya mau apa. Kalau yang no-frills, tiket yang dibeli itu, yang tertera dalam base fare-nya hanya biaya untuk mengangkut kita dari poin A ke poin B," ucap Dendy Kurniawan saat ditemui Merdeka.com, Senin (9/9).

Ketika penumpang maskapai LCC membeli tiket, biasanya penumpang tidak akan mendapatkan makan, minum, bagasi (untuk penerbangan rute internasional), dan lainnya. Fokus utama maskapai LCC adalah menjual tiket dengan harga rendah dan mengantar penumpang ke tempat tujuannya. Ketika penumpang ingin menambah pelayanan lainnya, tentu mereka akan dikenakan biaya tambahan.

Hal ini berbeda ketika penumpang membeli tiket pesawat full service. Sebab, harga tiket yang dibeli sudah termasuk dalam pelayanan yang diberikan oleh maskapai tersebut. Melihat dari cost structure setiap maskapai, baik yang LCC dan full service, komponen paling besar terdapat pada fuel atau bahan bakar sebesar 40 persen.

"Fuel ini hampir 40 persen. Tidak ada pengecualian untuk maskapai besar. Artinya, biaya fuel ini dibagi rata sama semuanya, baik full service, LCC, perusahaan carter. Mereka bayarnya sama."

Komponen kedua yang paling besar adalah sewa pesawat dan maintenance pesawat. Dirinya mengungkapkan jika kebanyakan maskapai menyewa pesawat. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerugian di saat pesawat terus menghadirkan teknologi baru.

"Kebanyakan maskapai ini sewa. Jarang yang beli. Kenapa? Bukannya tidak punya uang. Beli bisa nyicil juga kok. Jadi, kalau kita beli dan dalam lima tahun ke depan ada teknologi yang baru. Kalau kita beli terus grounded begini, mau dijual ke mana? Tidak ada yang mau beli," ungkapnya.

Operating lease dinilai sebagai keputusan yang tepat bagi semua maskapai. Di saat nanti ada teknologi yang baru keluar, mereka bisa menukar dengan yang baru dan mengembalikan pesawat yang lama.

Untuk keselamatan pun, mereka tidak sembarangan dalam merekrut tenaga kerjanya. Menurutnya, pilot dan kru kabin memiliki tipe rating yang spesifik ke pesawat tertentu. Jadi, untuk bisa mengemudikan sebuah pesawat, mereka akan mengikuti simulator minimal enam bulan.

"Misalnya tipe pesawat kita Airbus A320. Jadi, pilot dan kru kabin hanya bisa menerbangkan pesawat A320. Meski mereka bisa menerbangkan pesawat apapun, tapi kalau terbang komersial, mereka harus mengikuti simulator dulu," ucapnya.

Hal ini juga berlaku kepada kru kabin. Pasalnya, ini menyangkut masalah keselamatan sehingga kru kabin pun dituntut untuk bisa bekerja secara cepat dalam mengambil keputusan bila sesuatu terjadi. Begitu juga dengan sisi teknisi. Mereka harus memiliki sertifikasi yang spesifik.

Reporter: Rhandana Kamilia

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
9 Risiko Membeli Mobil Bekas Kecelakaan, Segala Sisi Harus Dikhawatirkan
9 Risiko Membeli Mobil Bekas Kecelakaan, Segala Sisi Harus Dikhawatirkan

Risiko Membeli Mobil Bekas Kecelakaan, Segala Sisi Harus Dikhawatirkan

Baca Selengkapnya
Insiden Singapore Airlines Sebabkan Satu Penumpang Tewas, Apa Penyebab Pesawat Turbulensi?
Insiden Singapore Airlines Sebabkan Satu Penumpang Tewas, Apa Penyebab Pesawat Turbulensi?

Ini penyebab umumnya pesawat terkena turbulensi saat di udara.

Baca Selengkapnya
Kereta Cepat Jakarta-Bandung Melaju 350 Km/Jam, Ini Terjadi Jika Ada Benda Asing Mengganggu
Kereta Cepat Jakarta-Bandung Melaju 350 Km/Jam, Ini Terjadi Jika Ada Benda Asing Mengganggu

KA cepat dialiri arus listrik sebesar 27,5 kilovolt (kV) yang akan menjadi sumber penggerak melalui media pantograf yang terdapat di bagian atas kereta.

Baca Selengkapnya
Apa Itu Turbulensi pada Pesawat? Berikut Penjelasan Lengkapnya
Apa Itu Turbulensi pada Pesawat? Berikut Penjelasan Lengkapnya

Turbulensi pada pesawat adalah fenomena yang sering terjadi dan bisa dirasakan sebagai guncangan atau getaran yang tidak teratur saat penerbangan.

Baca Selengkapnya
10 Potret Mobil Travel Bawa Muatan Ekstrem, Banyak Banget sampai Menggunung
10 Potret Mobil Travel Bawa Muatan Ekstrem, Banyak Banget sampai Menggunung

Ada saja kelakuan sopir travel yang nekat membawa muatan menggunung. Simak yuk!

Baca Selengkapnya
Uji KIR Bus Pariwisata Sulit Diawasi, Ternyata Ini Alasannya
Uji KIR Bus Pariwisata Sulit Diawasi, Ternyata Ini Alasannya

Kecelakaan bus pariwisata yang ditumpangi rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5) akibat rem blong.

Baca Selengkapnya
Dampak buruk pada kendaraan akibat penggunaan busi palsu perlu dikenali
Dampak buruk pada kendaraan akibat penggunaan busi palsu perlu dikenali

Busi imitasi atau palsu menciptakan banyak efek buruk pada kendaraan, paling parah piston bisa jebol. Yuk simak!

Baca Selengkapnya
Belajar dari Kecelakaan Maut Bus SMK Lingga Kencana di Subang, Begini Tips Memilih Bus yang Aman
Belajar dari Kecelakaan Maut Bus SMK Lingga Kencana di Subang, Begini Tips Memilih Bus yang Aman

Pemilihan PO yang aman ini bisa mencegah kecelakaan maut seperti yang menimpa rombongan SMK Lingga Kencana Depok pada Sabtu (11/5).

Baca Selengkapnya
Menurut Para Ahli, Kursi Barisan Ini Paling Aman di Pesawat
Menurut Para Ahli, Kursi Barisan Ini Paling Aman di Pesawat

Pesawat diklaim sebagai transportasi paling aman dibandingkan transportasi lainnya.

Baca Selengkapnya
Membeli Mobil Bekas Taksi, Pertimbangkan Plus dan Minusnya
Membeli Mobil Bekas Taksi, Pertimbangkan Plus dan Minusnya

Sebelum membeli mobil bekas taksi wajib memperhatikan dengan cermat beberapa hal. Yuk simak!

Baca Selengkapnya
Untung Rugi Membeli Mobil Bekas Taksi.
Untung Rugi Membeli Mobil Bekas Taksi.

Membeli mobil bekas taksi perlu mempertimbangkan banyak hal. Yuk simak!

Baca Selengkapnya
Pesan Menhub Budi ke Pemudik: Jangan Naik Bus yang Pakai Sopir Tembak
Pesan Menhub Budi ke Pemudik: Jangan Naik Bus yang Pakai Sopir Tembak

Menhub Budi juga meminta para pemudik yang hendak berwisata agar tidak menggunakan bus pariwisata yang tidak layak.

Baca Selengkapnya