Beragam Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2021
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 pada hari ini. Ekonomi domestik pada periode April-Juni diramalkan akan mencapai 7 persen. Angka ini meningkat tajam dari periode sama tahun lalu yang terkontraksi sebesar 5,32 persen.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada akhir Juni 2021 mengungkapkan keyakinannya bahwa Indonesia di kuartal II 2021 akan mengakhiri tren pertumbuhan ekonomi negatif yang terjadi sejak kuartal II 2020. Dia optimis pertumbuhan ekonomi dapat menyentuh 7 persen di kuartal II 2021, setelah di kuartal I-2021, ekonomi terkontraksi hingga minus 0,74 persen.
Keyakinan Presiden karena membaiknya sejumlah indikator ekonomi seperti indeks pembelian barang untuk industri manufaktur atau purchasing manager index yang sebesar 55,3 pada Mei 2021, kemudian pergerakan positif indeks kepercayaan konsumen dan juga penjualan ritel, serta melambungnya kinerja ekspor hingga tumbuh 58 persen pada Mei 2021 atau menjadi USD16,6 miliar.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
-
Bagaimana ekonomi RI bisa tumbuh 6,22% sampai 2045? 'Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045,' kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Apa yang BPS infokan tentang Indonesia di bulan September 2024? 'Deflasi yang terjadi di bulan September 2024 ini lebih signifikan dibandingkan dengan bulan Agustus 2024, dan ini merupakan deflasi bulanan kelima yang terjadi sepanjang tahun 2024,' jelas Plt. Kepala BPS, Amalia A. Widyasanti, dalam siaran pers yang dirilis pada Selasa, 1 Oktober 2024.
"Kami masih optimistis kuartal II-2021 yang sebelumnya kuartal I 2021 minus 0,74 persen, pada kuartal II-2021 masih optimis tumbuh Insya Allah kurang lebih 7 persen," kata Presiden beberapa waktu lalu.
Optimisme Kepala Negara itu, juga didukung oleh para pembantunya. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati sendiri juga optimis pertumbuhan ekonomi akan mencapai 7,1 persen hingga 8,3 persen di kuartal II2021. Pertumbuhan ini didorong oleh pengeluaran yang berkontribusi besar terhadap PDB, seperti konsumsi rumah tangga yang diproyeksi 6 hingga 6,8 persen dan konsumsi pemerintah di 8,1 persen hingga 9,7 persen.
Investasi juga diharapkan tumbuh antara 9,4 hingga 11,1 persen, ekspor 14,9 sampai 19,7 persen dan impor 13 hingga 19,7 persen. Pertumbuhan ini juga dilandasi oleh beberapa hal, seperti indikator ekonomi dunia yang sudah membaik. PMI manufaktur global berada di level 55,8 dan di Indonesia berada di 54,6, lebih baik dibandingkan April di level 53,2.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pun demikian. Wimboh sangat optimis target pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2021 sebesar 7 persen (year on year) dapat tercapai. Ini karena meningkatnya permintaan masyarakat termasuk juga penyaluran kredit.
"Kredit yang mulai mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi di Juni 2021 sebesar 1,83 persen (year to date), sehingga prediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2021 sebesar 7 persen dapat tercapai," kata Wimboh dalam pernyataan tertulis mengenai rapat dewan komisioner OJK, Jakarta, dikutip Antara, Rabu (4/8).
Periode kuartal II atau April-Juni merupakan periode ketika pemerintah belum menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 3 Juli 2021, atau yang kemudian berganti menjadi PPKM berlevel.
Namun, diakui Wimboh, ada kendala yang memperlambat laju pemulihan ekonomi ketika memasuki Juni 2021 yang disebabkan meningkatnya kasus aktif COVID-19.
"Meningkatnya kasus aktif pada Juni 2021 menahan kembali aktivitas masyarakat tercermin turunnya kenaikan aktivitas masyarakat dari 6,7 persen (Mei 2021) menjadi 5,2 persen, dapat sedikit berpengaruh terhadap prediksi semula," ujarnya.
Sementara itu, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 6,2 persen sampai 6,7 persen dikuartal II-2021. Perkiraan ini lebih rendah dari perkiraan pemerintah yang 7 persen.
"Kami perkirakan bahwa Indonesia akan keluar dari resesi dengan ekonomi tumbuh sekitar perkiraan berkisar dari 6,2 persen hingga 6,7 persen pada kuartal II-2021," kata Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky.
Laporan LPEM FEB UI menunjukan, pertumbuhan tersebut terjadi karena memasuki triwulan II-2021 aktivitas ekonomi di Indonesia cukup kuat di tengah maraknya kasus Covid-19 sejak pertengahan Juni lalu. Sebagai indikasi pemulihan ekonomi yang signifikan, kinerja kredit meningkat tajam sepanjang April dan Mei 2021 terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi.
Pertumbuhan positif kredit konsumsi dan akselerasi inflasi inti menunjukkan daya beli mulai pulih meskipun konsumen masih enggan berbelanja. Pada bulan Juni Indonesia terus mencatatkan surplus perdagangan selama 13 bulan berturut-turut sejak Mei tahun lalu di tengah awal gelombang kedua pandemi Covid-19.
Secara keseluruhan aktivitas ekonomi pada triwulan II-2021 relatif kuat karena pelonggaran pembatasan sosial, stimulus pemerintah, serta momen Ramadhan dan Idulfitri di tengah maraknya kasus Covid-19 belakangan ini. Sehingga pihaknya memperkirakan bahwa Indonesia akan keluar dari Resesi dengan ekonomi tumbuh sekitar 6, 4 persen secara tahunan (berkisar 6,2-6,7 persen).
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo optimis perkembangan terkini menunjukkan kegiatan ekonomi pada kuartal II 2024 tetap terjaga dengan baik.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, Perry mengakui kinerja ekspor barang belum kuat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor komoditas.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 utamanya berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 4,91 persen.
Baca SelengkapnyaPerry Warjiyo mengungkapkan, kinerja ekonomi Indonesia yang tetap kuat di tengah ketidakpastian global didukung oleh bauran kebijakan BI dan pemerintah.
Baca SelengkapnyaDia bilang proyeksi ekonomi tumbuh hingga 5,5 persen ditopang oleh sektor investasi yang terus tumbuh. Khususnya investasi bangunan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 diprediksi capai 5,1 persen, didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 diramal tumbuh 5,11 persen.
Baca SelengkapnyaSelain itu, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi cukup impresif, yakni 5,11 persen di kuartal I-2024
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca Selengkapnyapenyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak dikontribusikan oleh belanja konsumsi masyarakat hingga masuknya investasi.
Baca Selengkapnya