Berangus begal garam, Menko Rizal pakai jurus sistem tarif
Merdeka.com - Pemerintah berencana mengubah sistem impor garam dari sistem kuota menjadi tarif. Cara ini agar para perusahaan importir begal garam tidak bisa lagi bermain-main.
"Artinya siapapun boleh impor asal bayar tarif. Nah tingkat tarifnya kita tentukan untuk melindungi petani garam. Supaya mereka dapat keuntungan yang lumayan. Sistem kuotanya sendiri sudah jelek," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli usai rapat koordinasi di Kantornya, Jakarta, Senin (21/9).
Menurutnya, dengan sistem kuota, kartel predator bisa tercipta. Kasus serupa pernah terjadi dalam impor bawang yang mematikan petani bawang lokal. Cara kerja kartel bawang tersebut pun persis sama yakni melakukan impor dalam jumlah besar saat petani sedang panen.
-
Dimana garam berasal? Kandungan garam ini berasal dari proses alami hujan yang memiliki sifat sedikit asam. Saat hujan jatuh ke permukaan batu, sifat asamnya akan melarutkan sejumlah kecil garam dan mineral yang kemudian mengalir ke sungai dan danau.
-
Kapan produksi garam meningkat? “Biasanya hanya 2,5 ton garam dalam sepekan. Tapi sekarang sampai 5 ton sepekan,“ ujar Kasipin.
-
Apa saja bahaya konsumsi garam? Bahaya Konsumsi Garam Berlebih Tingginya asupan garam dalam makanan dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan serius.
-
Dimana garam dibuat? Sebelum sampai ke dapur Anda, garam dibuat secara alami oleh para petani di laut.
-
Kenapa KKP menargetkan produksi garam 2,25 juta ton? Begitu juga dengan produksi garam mencapai nilai sebesar 2,25 juta ton.
-
Dimana kelebihan garam ditemukan? Kadar garam yang terlalu tinggi ini bisa terjadi karena konsumsi sejumlah kudapan atau makanan kemasan. Beberapa makanan ini memiliki kandungan garam yang sangat tinggi dan bisa berdampak pada tubuh.
Akibatnya sudah bisa ditebak, harga bawang anjlok dan membuat petani enggan menanam bawang kembali. Pada saat pasokan bawang dalam negeri menipis, para kartel tersebut bebas memainkan pasokan dan harga bawang.
"Oleh karena itu kami minta menteri perdagangan untuk mengganti sistem kuota dan tarif di perdagangan garam, tarif berapa kami persilakan untuk menghitung," kata dia.
Menko Rizal memberikan masukan kepada Kementerian Perdagangan untuk memberlakukan tarif sebesar Rp 150-200 per kilogram. Harga tersebut sudah cukup untuk melindungi para petani lokal.
"Supaya pendapatan petani lebih tinggi. Cara ini lebih bagus daripada memberikan subsidi ke nelayan. Lebih bagus mereka kita kasih subsidi lewat price policy," pungkas dia.
Sebagai informasi, rapat koordinasi tersebut dihadiri Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti, Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Menteri Perindustrian Saleh Husin serta dari jajaran Diskrimum Mabes Polri.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak pedagang nakal yang menjual kembali beras milik pemerintah.
Baca SelengkapnyaDugaan Mark Up Impor Beras, Politisi PDIP Dukung Perangi Bandit Pangan
Baca SelengkapnyaBanyak oknum penimbun beras yang ingin meraup keuntungan di tengah kenaikan harga beras.
Baca SelengkapnyaMenurut kuasa hukum, Lembong bukan satu-satunya menteri perdagangan era Presiden Jokowi yang melakukan importasi gula
Baca SelengkapnyaMendag mengaku sudah mengantongi titik-titik peredaran barang ilegal di wilayah Sumatera, Jawa, hingga Sulawesi.
Baca SelengkapnyaThomas Lembong dan Direktur PT PPI berinisial CS ditahan selama 20 hari untuk penyelidikan lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaZulkifli Hasan menganggap barang impor ilegal seperti kuman yang selalu muncul.
Baca Selengkapnya"Kami selama ini getol menolak impor beras yang bisa merugikan rakyat."
Baca SelengkapnyaPolisi mengungkap biang kerok penyaluran pupuk subsidi langka buat petani.
Baca SelengkapnyaPihaknya sempat kesulitan untuk masuk kedalam gudang beras yang telah diindikasi melakukan kecurangan.
Baca SelengkapnyaAnies-Cak Imin prihatin dengan nasib petani yang harga gabahnya murah tetapi harga beras mahal.
Baca SelengkapnyaTak hanya di Indonesia, Erick klaim kenaikan harga beras juga terjadi di seluruh dunia.
Baca Selengkapnya