Berani Berubah: Inovasi dari Kulit Sapi
Merdeka.com - Perajin kulit di Garut, Jawa Barat mempertahankan kerajinan dengan membuat inovasi baru. Tak hanya tas, jaket dan sepatu, perajin juga membuat masker dari kulit. Hal itu yang dilakukan Sanjay.
Penjualan kerajinan kulit di Garut memang sempat merosot tajam saat pandemi Covid-19. Sanjay bercerita, barang-barang dari kulit yang dijual sempat tak laku.
"Waktu pandemi, sangat susah. Soalnya pas waktu Covid itu, perekonomian di Sukaregang, teman-teman saya sangat berpengaruh. Karena pendapatan berkurang, lalu orderan sepi," kata Sanjay.
-
Siapa yang buat jaket ini? Seperti diketahui, produk ACO Jacket tercipta berkat tim dari UGM yang dipimpin oleh Wahyu Agong Nugroho Jati (Teknologi Rekayasa Mesin).Tim tersebut beranggotakan Yogi Ilham Ruswara (Teknologi Rekayasa Mesin), Genesis Junior Sumlang (Teknolgi Rekayasa Elektro), Linthang Cahya Wijaya (Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil), serta Melani Putri Pratama (Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak).
-
Apa yang unik dari produk rajutan Dwi Lim Craft? Salah satu keunikan dari produk rajutannya adalah turut mengangkat kebudayaan Banten dengan membuat karakter hewan badak.
-
Bagaimana cara menggunakan masker? Setelah semua bahan masker tercampur dengan baik, aplikasikan masker secara merata ke seluruh wajah yang telah dibersihkan sebelumnya. Pastikan untuk menghindari area sekitar mata dan bibir, karena kulit di daerah tersebut lebih sensitif terhadap bahan-bahan yang digunakan.
Namun Sanjay tak habis ide. Melihat kondisi saat ini, masker menjadi salah satu barang yang sedang dibutuhkan. Bahkan saat ini masker sudah dimodifikasi lebih modern. Termasuk masker yang dibuat Sanjay. Berbahan dasar kulit, masker buatan Sanjay tetap aman. Ada lapisan kain di dalamnya.
Sanjay menjual masker buatannya dengan cara pre order. Pembeli bisa memesan masker dengan desain yang mereka inginkan. Satu buah masker kulit dijual dengan harga Rp 75.000 sampai Rp100.000.
"Waktu itu saya coba-coba bikin masker. Nah kan waktu itu masker agak kesulitan. Nah saya pertamanya itu bikin buat pakai sendiri. Dan iseng-iseng saya foto-foto posting, teman-teman itu banyak yang suka. Dan alhamdulillah setelah itu banyak yang pesan masker dari kulit," kata Sanjay.
Tak hanya Sanjay, perajin kulit lainnya juga merasakan imbas pandemi. Lutfi, penjual bahan kulit, bercerita pabrik pengolahan kulit miliknya sempat tutup sementara karena pandemi Covid-19. Bahan-bahan kulit yang sudah diolah tak laku dijual. Alhasil ia harus merumahkan sementara 45 karyawan.
Namun Lutfi tak bisa berdiam diri. Lutfi menjual barang-barang kulit melalui online. Kini kondisi berangsur membaik. Bahan-bahan kulitnya juga mulai laku terjual secara perlahan.
"Cara survive saya tuh saya berpikir ya, memutar otak bagaimana barang yang tersedat gitu ya yang sudah ready stock itu ya cara-caranya saya membuka penjualan di-online gitu, di-online shop," kata Lutfi.
Sanjay dan Lutfi mulai membuka penjualan secara online. Pembelinya kini bukan hanya dari Garut, tetapi juga dari luar Garut. Sanjay dan Lutfi bersyukur, kini kehidupan mereka berangsur membaik dari hari ke hari.
"Dan alhamdullilah respon dari pembeli di online alhamdullilah mulai ada peningkatan gitu. Jadi salah satu cara survive-nya seperti itu penjualan dari online," kata Lutfi.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belum banyak orang yang menggeluti kerajinan karung goni bekas.
Baca SelengkapnyaBantul merupakan wilayah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang kaya potensi di sektor industri kerajinan tangan.
Baca SelengkapnyaDari ide kreatifnya ini, Ia berhasil meraup omzet hingga Rp15 juta.
Baca SelengkapnyaAda perabot rumah tangga sampai produk fashion berbahan anyaman yang mendunia.
Baca SelengkapnyaSiami membuat kain tenun secara turun temurun. Ia belajar dari ibunya yang juga seorang penenun tradisional
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Baca SelengkapnyaPragaan busana ini juga dijadikan kampanye agar warga makin mencintai lingkungan
Baca SelengkapnyaProduksi abon miliknya saat ini mencapai 2 ton per hari.
Baca SelengkapnyaDi balik keindahan kain lurik khas Klaten ini, ada semangat memanusiakan manusia
Baca SelengkapnyaNamun sekitar tahun 2014-2015, Siswanto mengalami titik terberat dalam hidupnya. Dia jatuh sakit dan bisnisnya bangkrut dan punya utang Rp1,5 miliar.
Baca SelengkapnyaGanjar meyakini, hasil produksi pengrajin batik Sukoharjo bila dibawa ke tempat yang lebih baik pemasarannya maka nilai jual ekonominya akan bertambah.
Baca SelengkapnyaPembuatan lurik tradisional ini bisa disaksikan langsung di halaman rumah warga di Kedungampel
Baca Selengkapnya