Berasal Dari Daerah Kumuh di Iran, Kini Orang Ini Jadi Pengusaha Mainan Terbesar AS
Merdeka.com - Siapa sangka, Isaac Larian (64), seorang pendiri dan CEO perusahaan mainan MGA Entertainment ialah seorang imigran yang menghabiskan masa kecilnya di daerah kumuh di Iran. Di usianya kini Isaac telah sukses menghasilkan produk mainan mendunia seperti Bratz (2001), Little Tikes (2006), dan yang terbaru adalah mainan LOL Surprise.
Larian besar di daerah kumuh di Teheran, Iran. Ayahnya memiliki sebuah toko kain kecil dan Larian kecil sudah turut membantu usaha di toko tersebut.
"Saya bekerja sejak saya berumur sembilan tahun. Saya pergi ke sekolah, lalu ke toko, lalu mengerjakan pekerjaan rumah dan tidur. Saya benar-benar tidak punya masa kecil selain itu," kata Larian, seperti dilansir dari CNN, Jumat (23/11).
-
Siapa yang membantu Ian membangun usaha? Tahun 2018, Ian membangun warung tenda di Slipi, Jakarta Barat dengan modal hasil patungan dengan kakak dan temannya.
-
Siapa yang mendirikan perusahaan ini? OCDA, yang dibentuk tahun ini oleh seseorang yang dikenal sebagai Calimar White, seorang komedian dan aktor dengan hampir 280.000 pengikut di Instagram, telah menarik perhatian banyak orang.
-
Siapa pemilik Iwank Cacing? Irwan yang notabene cukup memiliki pengalaman pekerjaan di perkantoran dan marketing, tidak menutup kemungkinan untuk bisa memiliki peluang usaha. Ia memutuskan untuk menekuni ternak cacingnya yang hanya berawal dari iseng saja.
-
Bagaimana Imel mengembangkan usahanya? Ia pun menjalani usaha ini sembari meneruskan studinya. Tak sekadar mencari pendapatan, Imel rupanya membawa misi khusus melalui usaha kue kering almond tersebut.
-
Siapa yang memimpin PT IAMI? Presiden Direktur PT IAMI, Yusak Kristian Solaeman, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada konsumen yang telah mempercayai Isuzu, sehingga perusahaan dapat terus memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia.
-
Bagaimana Haji Isam mengembangkan bisnisnya? Di tangan Haji Isam, Grup Jhonlin mengembangkan gurita bisnis mulai dari tambang batu bara, penerbangan, kayu hingga gula, dari minyak sampai energi dengan pabrik biodiesel.
Satu-satunya hiburannya adalah menonton film-film Hollywood. "Itu adalah cara saya mengetahui Amerika," katanya.
Ketika berusia 17 tahun, dia nekat meyakinkan orang tuanya untuk mengirimnya ke Amerika Serikat guna mengubah nasib. Dia meminjam USD 753 atau sekitar Rp 10,9 juta dari paman-pamannya untuk membelikan tiket pergi ke Los Angeles pada 1971.
"Saya sangat takut ketika sampai. Tak bisa berbahasa inggris dan tak ada tempat tinggal. Saya berkeliling kota sembari menangis dengan perut lapar dan tidak punya pekerjaan."
Dengan bantuan seorang teman, Larian menemukan sebuah apartemen. Dia akhirnya menemukan pekerjaan sebagai pencuci piring di sebuah kedai kopi dengan penghasilan USD 1,65 per jam. Dia kemudian menjadi seorang busboy, lalu seorang pelayan.
Setelah menabung selama hampir satu tahun, Larian mendaftar kuliah di Los Angeles Southwest College. Dia kemudian dipindahkan ke California State University.
Larian lulus pada 1978 dari California State University dengan gelar insinyur sipil, tetapi dia segera menyadari bahwa dia memiliki ambisi lain. "Saya sadar saya dilahirkan untuk menjadi pengusaha melalui pengalaman yang saya dapat selama bekerja di toko ayah saya," ujarnya.
Larian segera meluncurkan bisnis yang dinamainya Surprise Gift Wagon yang menjual produk aksesoris impor dari Asia.
Tak lama setelah itu, dia juga mulai menjual produk elektronik impor, seperti gim video genggam. Pada akhir 1980-an, perusahaan ini menjadi distributor resmi pertama Game Nintendo dan menonton videogame genggam di AS dan Larian mengubah nama perusahaan menjadi Micro Games of America.
Pada akhir 1990-an, portofolio produk perusahaan telah berkembang lebih jauh dan nama perusahaan diubah lagi menjadi MGA Entertainment.
Terobosan terbesar Larian datang pada tahun 2001 dengan peluncuran boneka Bratz. Hanya dalam waktu lima tahun, boneka-boneka itu berubah menjadi fenomena global penghasil miliaran Dolar. Di mana, para penggemarnya menamai Bratz sebagai 'anti-Barbie'. Pada puncaknya, Bratz menyumbang sebanyak 75 persen dari total penjualan MGA.
Saat ini, MGA mampu menghasilkan penghasilan mencapai lebih dari USD 1 miliar. "Saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan. Dan apa yang saya inginkan adalah terus berinovasi. Inovasi adalah hal terpenting bagi industri kami."
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut kisah hidup pengusaha beromzet yang dulunya hidup getir sampai tidur di Masjid.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah foto-foto Elon Musk saat masih muda. Ia belum punya harta sebanyak sekarang.
Baca SelengkapnyaRoman Abramovich merupakan salah satu orang terkaya di Rusia.
Baca SelengkapnyaDalam dunia hiburan, tidak jarang kita temui anak-anak artis yang terlahir dengan karunia yang luar biasa.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Haji Isam tercatat sebagai pemilik Jhonlin Group (JG) yang merupakan induk perusahaan dari beberapa unit bisnis seperti pertambangan.
Baca SelengkapnyaDia harus 'kucing-kucingan' dengan polisi Perhutani karena dianggap melakukan pencurian kayu dari pohon pinus.
Baca SelengkapnyaSetelah perjuangan dan proses yang panjang, mereka berhasil memiliki Minimarket sendiri.
Baca SelengkapnyaBekas buruh pabrik plastik yang sukses merangkak menjadi orang terkaya di Hongkong.
Baca SelengkapnyaForbes mencatat total kekayaan yang dimiliki Ellison mencapai USD139,3 miliar atau setara Rp2.163 triliun.
Baca SelengkapnyaGanjar bercerita, industri mainan tersebut dibangun sejak 2006 hanya dengan dua karyawan dan kini telah menyerap lebih dari 1.000 pekerja.
Baca SelengkapnyaTabungan orang tua Ilham bahkan ludes untuk menyuntikan modal usahanya.
Baca SelengkapnyaForbes mencatat harta kekayaan Issad mencapai USD2,5 miliar atau Rp38 triliun.
Baca Selengkapnya