Berawal dari iseng, pengrajin dari bahan baku parasut raih omzet jutaan rupiah
Merdeka.com - Pengrajin gelang dari bahan baku tali paracord atau parasut di Kampung Sewu Jebres Kota Solo yang awalnya hanya iseng membuat kerajinan tersebut, kini bisa meraup omzet hingga jutaan rupiah.
Deva Handriyan (19), pengrajin gelang paracord di Kampung Sewu RT 01/08 Jebres Solo mengatakan, kerajinan tali paracord tersebut dibuat sejak 2016 ketika masih kelas 11 SMK di Solo yang diminati hanya kalangan teman sekolah saja.
Namun, kata Deva kerajinan gelang paracord yang dibuatnya kini sudah banyak diminati masyarakat.
-
Apa saja kerajinan tangan khas Solo? Banyak Pilihan Ada banyak kerajinan tangan khas Solo, di antaranya ukiran miniatur patung, candi, keris, dan masih banyak lagi.
-
Siapa yang tertarik dengan kerajinan? Produk dari karung goni ini pun menarik perhatian kalangan muda.
-
Apa yang dibuat di desa pengrajin genteng? Di desa itu, banyak warga yang berprofesi sebagai perajin genteng, bahkan saat usianya telah lanjut
-
Kenapa kerajinan simpul populer? Kerajinan makrame juga sudah lama dikenal di Indonesia. Makrame sebenarnya tergolong pada teknik kerajinan tangan klasik.
-
Apa saja kerajinan di Karet Tengsin? Di wilayah Karet Tengsin, kerajinan yang jadi andalan adalah industri kulit dan batik Betawi.
-
Dimana kerajinan simpul berasal? Kesenian ini berasal dari Arab di awal abad pertengahan.
"Saya dari kerajinan ini, bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan omzet rata-rata hingga Rp2 juta per bulan. Bahkan, jika lagi ramai order bisa kelipatannya," kata Deva yang mengaku lulusan SMK di Solo, seperti ditulis Antara.
Dia mengatakan selain membuat aksesoris gelang, juga jam tangan dan kalung yang selalu mengikuti tren masa kini.
Menurut Deva, awalnya hanya pandai soal tali menali seperti anggota Pramuka, tetapi terus dikembangkan dan akhirnya bisa untuk lahan bisnis.
Gelang tali paracord, kata Dewa, dijual bervariasi mulai dari Rp 8.000 per buah hingga Rp 90.000 per buah tergantung tingkat kerumitan dan bahan bakunya.
"Bahan baku tali paracord yang asli dari Amerika Serikat membeli cukup mahal per meter bisa mencapai Rp 120 ribu. Namun, bahan baku yang lokal hanya Rp 40 ribu hingga Rp 60 ribu per meter," kata Deva yang kini sedang mencari perguruan tinggi untuk melanjutkan kuliah.
Menurut dia, kemampuan produksi rata-rata hanya 200 buah per bulan, karena dirinya hanya kerajinan rumah tangga dengan modal yang minim. Produksi hanya sesuai dengan pesanan yang datang dari Solo dan sekitarnya, seperti Jakarta, Lampung hingga Pulau Kalimantan.
"Hasilnya lumayan bisa untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, dan sebagian untuk keperluan sekolah," kata Deva.
Menurut dia, kerajinan hasil buatannya dengan biaya produksi sekitar 50 persen dari harga penjualannya.
"Cara memasarkan masih melalui online dan dari orderan teman-teman sekali pesanan bisa mencapai 100 hingga 200 buah," katanya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Baca SelengkapnyaUsaha yang telah dirintis sejak tahun 2009 lalu kini berkembang dan bisa mempekerjakan 10 orang karyawan
Baca SelengkapnyaMata pencaharian sebagai perajin keris telah diwariskan secara turun-temurun, melintasi berbagai era peradaban.
Baca SelengkapnyaSelain memproduksi, Dendi juga memiliki misi lain yakni ingin membantu perekonomian warga di sekitar tempat tinggalnya.
Baca SelengkapnyaDi sela-sela kesibukannya berkuliah di Universitas Boyolali, Dimas mengisi waktu dengan menggeluti usaha topeng reog gedruk.
Baca SelengkapnyaSalah satu keunikan dari produk rajutannya adalah turut mengangkat kebudayaan Banten dengan membuat karakter hewan badak.
Baca SelengkapnyaBermula dari hobi, pemudi asal Indramayu ini ciptakan kain simpul yang bernilai ekonomi tinggi
Baca SelengkapnyaUsaha ini sudah dimulai sejak masa Pandemi Covid-19 dengan modal yang minim.
Baca SelengkapnyaFatah Hasan (20) mengaku belajar membuat kerajinan dari sosok ayahnya.
Baca SelengkapnyaPembeli gazebo buatan Suherman dan para pekerjanya tidak hanya diminati di pasar Indonesia, tetapi juga menarik minat pembeli luar negeri.
Baca SelengkapnyaDari ide kreatifnya ini, Ia berhasil meraup omzet hingga Rp15 juta.
Baca SelengkapnyaUntungnya, sang ibu membebaskan dirinya untuk menjadi apa saja yang ia sukai.
Baca Selengkapnya