Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Berikut Penyebab Indonesia Masih Tertahan di Jurang Resesi pada Kuartal I 2021

Berikut Penyebab Indonesia Masih Tertahan di Jurang Resesi pada Kuartal I 2021 Indonesia dipastikan mengalami resesi. ©Liputan6.com/Helmi Fithriansyah

Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 terkontraksi minus 0,74 persen secara year-on-year (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih buruk jika dibandingkan kuartal I-2020 yang tumbuh positif sebesar 2,97 persen.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, angka ini menandakan Indonesia masih mengalami resesi.

"Tidak perlu kaget dengan pertumbuhan ekonomi yang masih kontraksi. Artinya Indonesia masih alami resesi," ujar Bhima kepada merdeka.com, Jakarta, Rabu (5/5).

Di saat Indonesia masih resesi, negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Singapura dan China sudah keluar dari resesi. Ini artinya pemulihan ekonomi Indonesia terbilang lambat.

"Konsumsi masih alami kontraksi cukup dalam -2,23 persen yoy, dan investasi juga masih negatif -0,23 persen khususnya investasi di sektor bangunan/konstruksi dan peralatan lainnya," kata Bhima.

Capaian konsumsi dan investasi menandakan masyarakat dan dunia usaha masih butuh waktu untuk rebound. Model pemulihan ekonomi juga berbentuk huruf K-shaped.

"Contohnya sektor transportasi masih terkontraksi -13,1 persen yoy disusul akomodasi dan makan minum -7,26 persen yoy. Sementara sektor infokom performa nya mengalahkan sektor lain dengan tumbuh 8,72 persen. Terjadi ketimpangan antar sektor," jelas Bhima.

Masalah lain, kata Bhima, soal belanja pemerintah yang belum optimal, pemda masih lakukan pola anggaran yang sama dengan tahun lalu yakni parkir uang di bank sebesar Rp182 triliun.

"Kalau pemda belum support maka ekonomi di daerah juga sulit pulih lebih cepat. Senses of crisis dari pemerintah terlalu rendah," tandasnya.

Mobilitas Transportasi Tertahan, Indonesia Masih di Jurang Resesi

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal I 2021 masih terkontraksi minus 0,74 persen. Dengan begitu, Indonesia masih tertahan di jurang resesi, salah satunya akibat mobilitas di sektor transportasi yang masih tertahan.

Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto mengatakan, sektor transportasi beserta pergudangan masih mengalami kontraksi terdalam secara tahunan pada triwulan pertama tahun ini.

"Sektor yang masih terkontraksi sangat dalam adalah transportasi. Transportasi dan pergudangan adalah sumber kontraksi terdalam, yakni sebesar minus 0,54 persen," jelasnya dalam sesi teleconference, Rabu (5/5).

Menurut lapangan usaha, sektor transportasi dan pergudangan selama kuartal I 2021 kemarin memang mengalami kontraksi terbesar hingga negatif 13,12 persen.

"Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 13,12 persen dipengaruhi adanya pembatasan mobilitas yang berdampak pada penurunan trafik penumpang berbagai moda transportasi dan jumlah perjalanan moda transportasi," papar Suhariyanto.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II-2024 Hanya Tumbuh 5,05 Persen
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II-2024 Hanya Tumbuh 5,05 Persen

Pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2024 hanya 5,05 persen, lebih rendah dari capaian kuartal I-2024 di angka 5,11 persen.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Melambat, Triwulan III-2024 Hanya Tumbuh 4,95 Persen
Ekonomi Melambat, Triwulan III-2024 Hanya Tumbuh 4,95 Persen

Tren perlambatan ini menjadi perhatian mengingat kondisi ekonomi global yang masih penuh tantangan, seperti ketidakpastian pasar dan perlambatan.

Baca Selengkapnya
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Turun Tipis di Kuartal III-2023, Ternyata Ini Biang Keroknya
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Turun Tipis di Kuartal III-2023, Ternyata Ini Biang Keroknya

Pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III-2023 sebesar 4,94 persen (yoy), lebih rendah dari periode yang sama di tahun 2022 sebesar 5,17 persen.

Baca Selengkapnya
7,2 Juta Penduduk Indonesia Masih Jadi Pengangguran, Wamenkeu: Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi
7,2 Juta Penduduk Indonesia Masih Jadi Pengangguran, Wamenkeu: Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

7,2 Juta Penduduk Indonesia Jadi Pengangguran, Wamenkeu: Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Baca Selengkapnya
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah

Per Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja

Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Indonesia Diklaim Kuat tapi Ternyata Rapuh, Ini Buktinya
Ekonomi Indonesia Diklaim Kuat tapi Ternyata Rapuh, Ini Buktinya

Kinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Bongkar Penyebab Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Ekspektasi Pemerintah
Sri Mulyani Bongkar Penyebab Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Ekspektasi Pemerintah

Menurut asumsi pemerintah, Indeks Keyakinan Konsumen masih tumbuh positif untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.

Baca Selengkapnya
Data BPS: Ekonomi Indonesia Salip AS dan Jepang, Tapi Keok dari China dan India
Data BPS: Ekonomi Indonesia Salip AS dan Jepang, Tapi Keok dari China dan India

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Indonesia Diprediksi Tak Capai 5 Persen di 2024, Inflasi Aman?
Ekonomi Indonesia Diprediksi Tak Capai 5 Persen di 2024, Inflasi Aman?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tak mencapai target pemerintah karena dipengaruhi gejolak ekonomi global.

Baca Selengkapnya
Harga Komoditas Anjlok, APBN Defisit Rp21,8 Triliun di Mei 2024
Harga Komoditas Anjlok, APBN Defisit Rp21,8 Triliun di Mei 2024

Realisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani: APBN Tekor Rp93,4 Triliun di Juli 2024
Sri Mulyani: APBN Tekor Rp93,4 Triliun di Juli 2024

APBN pada Juli mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya