BI bakal naikkan suku bunga acuan, ini kata Bos BTN
Merdeka.com - Rencana Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate dinilai dapat menekan pelemahan Rupiah terhadap Dollar AS. Namun demikian, hal tersebut dapat dilakukan apabila bank sentral sudah tidak memiliki pilihan lain.
"Kalau menurut kami itu adalah satu satunya, andai cara yang lain belum bisa dilakukan. Ya saya kira pasti akan ke arah meningkatnya suku bunga," ujar Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Maryono di Gedung BTN, Jakarta, Senin (14/5).
Pelemahan Rupiah terus terjadi dalam beberapa waktu belakangan bahkan sempat menyentuh level Rp 14.000 per USD. Bank Indonesia pun telah melakukan berbagai intervensi salah satunya dengan melepas cadangan devisa ke pasaran.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Kapan Redenominasi Rupiah direncanakan? Indonesia telah mencanangkan agenda redenominasi rupiah sejak tahun 2010, dan wacananya masih berlanjut hingga saat ini.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Bagaimana mekanisme redenominasi Rupiah? Bank Indonesia sebenarnya sudah pernah memaparkan hal ini kepada DPR beberapa tahun lalu melalui Rancangan Undang-Undang Redenominasi.
-
Mengapa BI mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
Lebih lanjut, Maryono menambahkan, pihaknya belum dapat memprediksi berapa besaran basis poin kenaikan suku bunga yang harus dilakukan agar Rupiah kembali normal. Dia mengatakan, Bank Indonesia pasti memiliki pertimbangan nilai yang tepat.
"Iya itukan policy yang akan di lakukan BI. Banyak cara yang akan dilakukan di dalam membuat suatu policy untuk antisipasi turunnya nilai Rupiah. Antara lain menaikkan bunga acuan BI rate. Tapi itu (besarannya) Bank Indonesia nanti yang tentukan," jelasnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan. Hal ini sebagai respons untuk mengendalikan nilai tukar Rupiah yang tengah melemah hingga tembus 14.000 per USD.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengatakan, hal tersebut akan dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada pertengahan bulan ini. "BI kan sudah sampaikan bahwa nanti di RDG tanggal 16-17 Mei ada RDG bulanan untuk tentukan arah kebijakan moneter," ujar dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/5).
Dalam memutuskan kenaikan suku bunga acuan, BI akan melihat data-data yang ada, mulai dari inflasi hingga pergerakan arus modal global. Kebijakan bank sentral AS juga akan dijadikan bahan pertimbangan.
"Dan BI sudah sampaikan di pers rilis bahwa BI akan melihat kepada data untuk inflasi, ekspor impor, neraca pembayaran. Tentu kita juga lihat bagaimana arus modal di dunia, kita juga lihat bagaimana arah kebijakan AS yang akan naik Juni," kata dia.
Selain itu, BI juga akan melihat bagaimana pergerakan suku bunga acuan di negara-negara lain. Diakui Mirza, saat ini sejumlah negara telah menaikkan suku bunganya sebagai respons atas kebijakan bank sentral AS.
"Juga suku bunga negara tetangga. Malaysia naik, Korea naik, Australia naik. Nanti kita akses. Kalau memang diperlukan kenaikan suku bunga ya kita harus melakukan adjusment," ungkap dia.
Dengan upaya yang dilakukan BI serta adanya langkah dari pemerintah, dia berharap nilai tukar Rupiah bisa kembali menguat, di bawah 14.000 per USD. "(Rupiah bisa di bawah 14.000?) Bisa," tandas dia.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaBank sentral mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DDR) di level 6 persen.
Baca SelengkapnyaPutusan mempertahankan suku bunga acuan ini dibuat untuk menjaga tingkat inflasi nasional agar terkendali, seiring pergolakan ekonomi di tingkat global.
Baca SelengkapnyaPenurunan suku bunga ini bagian dari upaya penguatan dan stabilitas nilai tukar Rupiah untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.
Baca SelengkapnyaPerry memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunganya selama 3 bulan kedepan secara berturut-turut hingga akhir tahun.
Baca SelengkapnyaKe depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaGubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar Rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.
Baca SelengkapnyaPada bulan November 2024, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level enam persen.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Bank Indonesia masih berfokus pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaSaid mengaku persoalan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negeri Paman Sam ini kerap membuat sakit kepala.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca Selengkapnya