BI Diproyeksi Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan kembali memangkas suku bunga acuannya pada tahun ini. Hal ini seiring dengan tingkat inflasi yang rendah dan adanya kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut tercermin dari real interest rate Indonesia yang tinggi dan yield spread antara obligasi Pemerintah Indonesia dengan US treasury yang masih lebar," kata Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan, di Jakarta, Selasa (20/8).
Katarina melanjutkan, penurunan suku bunga BI dapat tercapai dengan dukungan stabilitas neraca pembayaran (balance of payment/BoP). Sedangkan BoP dan perbaikan defisit neraca transaksi dapat dicapai dengan meningkatnya PMA atau penanaman modal asing.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Kapan BNI Sekuritas akan merevisi target harga BRI? Bahkan valuasi BBRI disebut menarik akibat adanya tren kenaikan suku bunga sehingga pihaknya akan kembali melakukan reviu.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Bagaimana cara pemerintah menekan inflasi? Lantaran yang paling penting adalah pertumbuhan inflasi intinya.Menurutnya, jika inflasi meningkat maka langkah yang dilakukan pemerintah adalah menekan inflasi dengan mengendalikan harga pangan (volatile food). Sebab, harga pangan menyumbang cukup besar terhadap inflasi.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 7%? 'Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi,' ujar Bahlil saat Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat, Kamis (17/7).
"Dibandingkan negara ASEAN lainnya, penetrasi PMA terhadap PDB Indonesia merupakan yang terendah yaitu sekitar 1,9 persen. Stabilitas politik dan reformasi kebijakan yang terjadi pasca putusan MK mengenai pilpres diharapkan dapat mendorong masuknya PMA," ujarnya.
Selain itu, dia juga memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed juga akan melonggarkan kebijakannya, akibat adanya ketidakpastian di pasar global terkait konflik dagang, geopolitik, hingga kebijakan suku bunga menekan sentimen bisnis dan tingkat inflasi global.
"Inflasi yang rendah dan terus berada di bawah target membuat The Fed mengubah postur kebijakannya menjadi lebih akomodatif. Kondisi ini menciptakan lower rate for longer (tingkat suku bunga di level rendah secara berkepenjangan)," tuturnya.
Oleh sebab itu, pemotongan suku bunga The Fed akan membawa mayoritas bank sentral di dunia untuk ikut melanjutkan pelonggaran moneter. "Pelonggaran moneter global akan memberikan dukungan bagi perekonomian global dan Indonesia di paruh kedua 2019, terutama jika tensi dagang AS-China ada perbaikan," ujarnya.
"Selain itu, penurunan Fed Rate akan menopang pasar saham global terutama negara berkembang karena secara historis, 245 hari setelah penurunan suku bunga 1989, 1995, 1998, 2001 dan 2007 pasar saham Asia menunjukan kinerja yang lebih tinggi secara rata-rata dibandingkan pasar AS (S&P 500), yaitu 19,9 persen dibanding 6,7 persen," tandasnya.
Reporter: Bawono Yadika
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perry memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunganya selama 3 bulan kedepan secara berturut-turut hingga akhir tahun.
Baca SelengkapnyaKebijakan suku bunga BI akan terus mempertimbangkan sejumlah faktor, terutama pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaPenurunan suku bunga ini bagian dari upaya penguatan dan stabilitas nilai tukar Rupiah untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Bank Indonesia masih berfokus pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaKe depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaProyeksi Bank Indonesia tersebut didasarkan oleh tiga indikator utama, yakni perekonomian global cenderung melambat.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia melihat inflasi di Amerika Serikat mendekati inflasi jangka menengah.
Baca SelengkapnyaDengan demikian, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility 7 persen.
Baca Selengkapnyaproyeksi penurunan suku bunga ini berdasarkan hasil analisis dengan sejumlah pelaku pasar keuangan.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.
Baca Selengkapnya