Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

BI klaim pelemahan Rupiah masih lebih baik dibanding negara lain

BI klaim pelemahan Rupiah masih lebih baik dibanding negara lain

Merdeka.com - Bank Indonesia mencatat pelemahan Rupiah hingga akhir Oktober 2015 hanya mencapai 9,5 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lain. Selain itu, volatilitas pergerakan mata uang Rupiah juga lebih kecil dibandingkan dengan volatilitas mata uang negara lain.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan sejak awal Oktober 2015, Rupiah bergerak dalam tren menguat. Tren ini ditopang dari meningkatnya aliran masuk modal asing sejalan dengan sedikit meredanya ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed, serta optimisme pasar terhadap berbagai respon kebijakan yang ditempuh BI, pemerintah, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Kami menilai pelemahan yang terjadi pada nilai tukar Rupiah sampai saat ini juga tidak memberikan dampak berlebihan pada kegiatan ekonomi," ujarnya di JCC, Jakarta, Selasa (24/11).

Sedangkan, pertumbuhan ekonomi yang terendah di tahun 2015 yaitu sebesar 4,67 persen pada triwulan II-2015, masih lebih tinggi dibandingkan dengan capaian negara-negara lain. Walaupun, terjadi penurunan dibandingkan pencapaian tahun lalu.

Bahkan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 kembali meningkat menjadi 4,73 persen, sehingga BI memperkirakan untuk keseluruhan tahun 2015 pertumbuhan ekonomi dapat berada pada kisaran 4,7-5,1 persen.

"Dalam pandangan kami, kondisi ini menjadikan Indonesia tetap sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi paling stabil dalam skala negara berkembang," jelas dia.

Agus menegaskan pengaruh pelemahan kurs terhadap inflasi juga masih terkendali terutama pasca penghapusan subsidi BBM.

Namun secara umum, Agus menambahkan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dinilai stabil di tengah perlambatan ekonomi global. Hal tersebut tercermin dari ekonomi Indonesia yang masih bertumbuh walaupun melambat.

"Kondisi Indonesia tetap sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi paling stabil dalam skala negara berkembang," sebut dia.

Agus mengatakan, setiap langkah BI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan reformasi kebijakan pemerintah yang dijalankan sejak tahun lalu. Mulai dari reformasi subsidi BBM, Pelayanan Terpadu Satu Pintu, percepatan proyek infrastruktur, hingga berbagai paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi pada beberapa bulan terakhir.

"Kami memandang sinergi kebijakan yang ditempuh telah mampu memberikan kontribusi yang optimal pada terjaganya ketahanan ekonomi nasional," pungkas dia.

(mdk/sau)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Rupiah Terus Anjlok, BI: Masih Lebih Baik dari Krisis Moneter 1998
Rupiah Terus Anjlok, BI: Masih Lebih Baik dari Krisis Moneter 1998

Bank Indonesia terus melakukan berbagai inovasi untuk meredam segala tekanan terhadap rupiah.

Baca Selengkapnya
Kurs Rupiah Melemah Menuju Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Beri Penjelasan Begini
Kurs Rupiah Melemah Menuju Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Beri Penjelasan Begini

Menurut Sri Mulyani, banyak masyarakat Indonesia yang melihat pelemahan Rupiah itu dari nominalnya terhadap USD.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Komentari Pelemahan Nilai Tukar Rupiah: Negara Lain Lebih Parah
Sri Mulyani Komentari Pelemahan Nilai Tukar Rupiah: Negara Lain Lebih Parah

Menyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.

Baca Selengkapnya
Rupiah Nyaris Tembus Rp16.000, BI Klaim Masih Lebih Baik dari Ringgit Malaysia
Rupiah Nyaris Tembus Rp16.000, BI Klaim Masih Lebih Baik dari Ringgit Malaysia

Nilai tukar (kurs) Rupiah berada di level Rp15.618 per USD.

Baca Selengkapnya
Ternyata Rupiah Menguat Bukan Gara-Gara Demo, Begini Penjelasan Bank Indonesia
Ternyata Rupiah Menguat Bukan Gara-Gara Demo, Begini Penjelasan Bank Indonesia

Jika dibandingkan dengan demo besar-besaran zaman dulu, rupiah saat ini tidak seanjlok dulu.

Baca Selengkapnya
Nilai Tukar Rupiah Kembali di Bawah Rp16.000, Asalkan Bisa Penuhi Syarat Berikut Ini
Nilai Tukar Rupiah Kembali di Bawah Rp16.000, Asalkan Bisa Penuhi Syarat Berikut Ini

Mengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).

Baca Selengkapnya
Kurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Kurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.

Baca Selengkapnya
BI Klaim Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Bath Thailand hingga Won Korea, Ini Datanya
BI Klaim Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Bath Thailand hingga Won Korea, Ini Datanya

Kebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.

Baca Selengkapnya
Rupiah Nyaris Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Nilai Pelemahan Mata Uang Negara Lain Lebih Parah
Rupiah Nyaris Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Nilai Pelemahan Mata Uang Negara Lain Lebih Parah

Pelemahan Rupiah terhadap mata uang Negara Paman Sam hanya 2,34 persen.

Baca Selengkapnya
BI Klaim Penguatan Rupiah Lebih Baik dari Won Korea dan Ruppe India
BI Klaim Penguatan Rupiah Lebih Baik dari Won Korea dan Ruppe India

Perry mencatat, nilai tukar Rupiah menguat 0,78 persen menjadi Rp15.330 per USD hingga 17 September 2024 dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2024.

Baca Selengkapnya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.

Baca Selengkapnya
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Menko Airlangga: Karena Ekonomi Amerika Membaik
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Menko Airlangga: Karena Ekonomi Amerika Membaik

Pelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.

Baca Selengkapnya