BI: Meski melemah, ekonomi RI masih lebih baik dibanding negara lain
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) mencatat, proses pemulihan ekonomi Indonesia masih terus berlanjut pada triwulan II-2017 meskipun tidak sekuat perkiraan semula. Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi masyarakat yang melemah seiring dengan melambatnya pertumbuhan penjualan ritel.
"Pengamatan BI dari hasil data itu sektor konsumsi ritel itu masih agak lemah, memang ada penguatan harga komoditas, penguatan ekspor yang mana itu dapat tercermin pada penguatan permintaan masyarakat tapi ternyata recovery ya tidak sekuat yang diperkirakan semula. Maka dari itu kenapa untuk angka kuartal II kami melihat telat saja dibanding kuartal I," kata Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, di Gedung BI, Jumat (21/7).
Mirza menilai, tingkat konsumsi masyarakat turun saat Ramadan lalu dan sangat mempengaruhi pertumbuhan ritel pada kuartal II-2017
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Kenapa BRI menilai kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan? Dirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
-
Kenapa inflasi tinggi merusak daya beli? Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali dapat merusak daya beli masyarakat, menyebabkan ketidakpastian ekonomi, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
-
Kenapa konsumsi beras di Indonesia turun? Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, mengatakan jika diselisik lebih jauh, data konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia mengalami penurunan.
"Orang BI terus mencermati pertumbuhan ekonomi yang agak lemah ini karena konsumsi yang lemah tersebut kita lihat nanti angka kuartal II GDP-nya yang keluar Agustus, kita cermati terus dan cermati perkembangan eksternal kita lihat nanti bagaimana kebijakan BI ke depan merespons ekonomi yang agak lemah. Sudah recover tapi recoverynya belum seperti yang diharapkan," lanjutnya.
Selain itu, kredit bermasalah perbankan juga turut menyumbang rendahnya angka pertumbuhan ekonomi, padahal dari sisi Investment Grade dan belanja pemerintah sudah dinaikkan.
"Kenapa recoverynya tidak seperti yang diharapkan ya memang karena kalau kita lihat perbankannya sendiri memang dihadapkan pada kredit bermasalah yang mana mereka masih perlu lakukan restrukturisasi, makin cepat perbankan melakukan restrukturisasi kredit memberikan neracanya maka semakin siap bank memberikan kredit baru," ujarnya.
Meski demikian, Mirza menegaskan bahwa angka pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik dari negara lain.
"Karena kita ini pertumbuhan ekonomi 5,0 persen kuartal 1 dan mungkin juga kuartal 2 sekitar itu ya bukan pertumbuhan ekonomi yang jelek dibandingkan negara-negara tetangga, tapi memang belum setinggi yang seperti kita harapkan ya misal kalau kita ingin tumbuh setinggi 5,2 persen atau 5,3 persen kalau di semester 1 nya baru 5,0 persen kan artinya belum sesuai harapan tapi bukan sesuatu yang jelek begitu," tegasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani menjelaskan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama.
Baca SelengkapnyaData Bank Indonesia mencatat, indeks penjualan riil atau IPR pada Februari 2024 tercatat 214,1.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan retail di Indonesia hanya tumbuh sebesar 3,2 persen hingga kuartal II-2023 (year on year).
Baca SelengkapnyaKendati begitu, Perry mengakui kinerja ekspor barang belum kuat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor komoditas.
Baca SelengkapnyaProyeksi peningkatan penjualan ritel tersebut dilihat dari indeks keyakinan konsumen pada Juli 2024.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia terus melakukan berbagai inovasi untuk meredam segala tekanan terhadap rupiah.
Baca SelengkapnyaJika dibandingkan dengan demo besar-besaran zaman dulu, rupiah saat ini tidak seanjlok dulu.
Baca SelengkapnyaPasca serangan Iran ke Israel nilai tukar rupiah terus melemah, namun Ekonom BCA mengungkap fakta lain penyebab mata uang garuda anjlok.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjelaskan, dari sisi komponen, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,91 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal II-2024.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani ungkap penyebab PMI manufaktur Indonesia turun drastis.
Baca SelengkapnyaKemenangan presiden terpilih Trump dan partai republik Amerika Serikat diperkirakan akan meningkatkan tensi perang dagang.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca Selengkapnya