BI: Naiknya suku bunga AS tak timbulkan gejolak berlebihan
Merdeka.com - Baru saja keputusan Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga AS sebesar 0,25 basis poin menjadi 0,50 persen. Kenaikan ini menjadi hasil akhir untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS lebih tinggi dari sekarang.
Keputusan ini tentunya menimbulkan reaksi, tak kecuali di Indonesia. Bank Indonesia mengatakan keputusan tersebut tak ada gejolak yang berarti di pasar keuangan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas melihat kondisi ini justru menjadi akhir dari satu ketidakpastian dalam perekonomian global. Hal ini yang mendorong reaksi pasar keuangan pasca diumumkan, termasuk Indonesia.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Apa yang membuat timnas Indonesia harus waspada? Namun, Indonesia harus tetap waspada karena Socceroos memiliki kualitas dan level permainan yang sangat baik.
-
Kenapa risk awareness penting bagi bankir? Menurut Sunarso, risk awareness perlu ditingkatkan mengingat situasi perbankan yang begitu dinamis. “Maka menjadi penting [peningkatan risk awareness yang baik], untuk menjaga sustainability industri keuangan khususnya perbankan,“ ujarnya di sela-sela acara sharing ‘Visionary Leadership During Uncertainty’ yang diselenggarakan oleh Bankers Association for Risk Management.
-
Kenapa Pertamina perlu antisipasi gejolak ekonomi global? Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barel.'Harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat,' lanjut dia.
-
Apa yang menjadi tantangan ekonomi global bagi BRI? Tantangan Perlambatan Ekonomi Global Sejak Tahun Lalu Berbagai tantangan ketidakpastian ekonomi, seperti kondisi perekonomian yang dihantui resesi dan perlambatan ekonomi global sejak tahun lalu.
-
Bagaimana BRI menanamkan risk awareness? Oleh karena itu, lanjut Sunarso, risk awareness perlu terus diajarkan agar dapat menjaga bankir dalam menjalankan profesinya.
"Secara umum kalau ada keputusan pasti mengurangi ketidakpastian," ujar dia di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (16/12).
Menurut Ronald, keputusan tersebut tidak terlepas dari antisipasi yang dilakukan oleh dunia, baik dari Bank Sentral AS yang sudah mengkomunikasikan sejak lama dari sebelumnya, maupun dengan otoritas di masing-masing negara dan termasuk kalangan pelaku pasar keuangan.
"Sudah lama dikasih sinyal oleh The Fed bahwa pasar sudah memperkirakan itu, akan naik di Desember dan makin lama mendekati Desember sinyal itu semakin kuat dan kita ikuti bersama-sama," jelas dia.
Kendati demikian, Ronald menilai perlu ada kewaspadaan terhadap berbagai risiko lain salah satunya perlambatan ekonomi Tiongkok, karena ada berpengaruh besar ke Indonesia khususnya sektor rill.
"Faktor-faktor yang menentukan ekonomi dunia selalu ada karena selama ini ukuran ekonomi AS, China menentukan dan Eropa juga menentukan," kata dia.
Untuk itu, Bank Indonesia akan terus memantau reaksi pelaku pasar pasca keputusan tersebut. Selain itu, BI akan mengeluarkan instrumen apabila ada gejolak yang timbul akibat kenaikan suku bunga The Fed tersebut.
"Kalau risiko selalu ada mau ada keputusan atau tidak, kita tunggu saja. Nanti kita lihat, ini baru beberapa reaksi saja," pungkas dia.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaKondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaErwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Reporter Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar Rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaBank of England di Inggris dan The Fed di Amerika Serikat menurunkan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaPenurunan suku bunga AS umumnya digunakan untuk merangsang ekonomi ketika ada ancaman resesi.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah tidak lebih buruk dibandingkan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea .
Baca SelengkapnyaKebijakan suku bunga BI akan terus mempertimbangkan sejumlah faktor, terutama pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaKondisi ini diperparah dengan langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang diperkirakan akan kembali menahan suku bunga untuk memperkuat ekonomi AS.
Baca SelengkapnyaDari sisi eksternal, penguatan mata uang dolar AS di dekat level tertinggi selama satu bulan terakhir dipicu oleh kebijakan The Fed selaku Bank Sentral AS.
Baca Selengkapnya