BI perlu antisipasi perkembangan fintech
Merdeka.com - Pimpinan Fintech Office Bank Indonesia (BI) Yosamartha mengatakan, ke depan fungsi bank secara universal bakal diagregrasi oleh fintech. Dengan begitu, pembayaran, simpan dan pinjam dan lainnya akan diganti dengan fintech.
"Dan hal itu sudah terjadi saat ini. Ada fintech yang fokus sebagai agregator dan lainnya. Nah, bisa saja dalam lima sampai 10tahun ke depan, seluruh fungsi fintech bisa melebur menjadi satu dan fungsi bank universal bisa menjadi fintech universal," katanya.
Dia menambahkan, di Jerman setiap fintech harus tunduk pada aturan mereka, maka di Inggris bisa diakomodir. Sedangkan di Indonesia, BI harus bisa mengantisipasi perkembangan fintech.
-
Bagaimana BRI mendorong digitalisasi finansial? Lewat kegiatan ini, BRI terus mendorong sosialisasi pemakaian QRIS BRI sebagai wujud edukasi digitalisasi finansial kepada masyarakat.
-
Mengapa BI mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Mengapa BRI fokus pada digitalisasi? Hal ini untuk menjawab tantangan yang harus dihadapi oleh BRI terkait pemanfaatan data yang begitu besar untuk menumbuhkan kinerja. Karena kami menyadari mayoritas nasabah BRI adalah UMKM yang perlu edukasi dan sosialisasi untuk pemanfaatan teknologi perbankan secara khusus',
-
Apa saja yang dibutuhkan untuk transformasi digital di Indonesia? Ada dua hal yang menjadi poin penting. Pertama, talenta dan yang kedua adalah infrastruktur digital.
-
Bagaimana cara BRI mendorong transformasi digital? Terdapat beberapa strategi yang dilakukan BRI dalam mendorong transformasi digital tersebut. Pertama, dengan mendorong digitalisasi proses bisnis internal. Dalam hal ini, BRI berupaya menyederhanakan proses bisnis dan meningkatkan efisiensi. Lalu selanjutnya, BRI mendorong new business model demi mendorong penciptaan value.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
"Kita bisa diskusi dengan pebisnis fintech karena layanan kami one stop.service. Lalu asssestment, kami mencoba menciptakan model bisnis fintech. serta koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder, mengingat fintech itu masih multiotoritas. Kami juga ada regulator sandbox. Saat ini sekitar 99% model bisnis fintech sudah kita okein kecuali startup makanya kami membuka diskusi," terangnya.
Sedangkan Geert Warlop, Deputy Director TrueMoney International menyebut, pihaknya tertarik berbisnis di Indonesia karena potensinya yang besar. Masih ada sekitar 64% penduduk yang belum bankable dengan jumlah penduduk yang besar.
TrueMoney sendiri sudah ada di Indonesia sejak tahun lalu dengan mengandalkan 400 karyawan. Yang menarik, TrueMoney memanfaatkan jasa agen untuk mengembangkan layanan. Saat ini TrueMoney memiliki sekitar 16.000 agen.
"Kami masih mengandalkan agen, karena kami ingim menjangkau orang yang belum bankable," jelasnya.
Untuk mengembangkan bisnis ini TrueMoney juga membuka kesempatan kerjasama dengan pihak lain di fintech, seperti yang sudah dilakukan dengan Coca Cola. Kerjasama ini juga bisa sampai di seluruh jaringan TrueMoney. Saat ini TrueMoney sudah ada di enam negara Asia Tenggara. (mdk/hrs)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK).
Baca SelengkapnyaProgram ini diharapkan mendorong adopsi fintech dan meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan, manfaat.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan AS.
Baca SelengkapnyaDirut BRI tegaskan bankir perlu memiliki risk awareness yang baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Baca SelengkapnyaPerusahaan Teknologi Keuangan Digital, Trans Digital Cemerlang (TDC) menyambut baik acara Indonesian Fintech Summit & Expo 12-12 November 2024 lalu.
Baca SelengkapnyaHingga kuartal III-2023, industri fintech di Indonesia mendominasi hingga sekitar 33 persen dari total pendanaan perusahaan fintech di Asia Tenggara.
Baca Selengkapnyapenerapan GRC terintegrasi dapat mensinergikan aspek governance structure, risk management dan compliance, serta environment dan social.
Baca SelengkapnyaPeraturan aset kripto dituangkan dalam Permendag No. 99/2018 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Aset Kripto.
Baca SelengkapnyaDengan kolaborasi yang solid, sektor keuangan dapat mengatasi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang menuju visi besar Indonesia Emas 2045.
Baca SelengkapnyaSaat ini masih di tahap penelitian dan akan menuju fase menengah.
Baca SelengkapnyaNilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai USD 146 miliar pada tahun 2025. Angka tersebut menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaBRI telah memiliki strategi dalam menjaga data nasabah.
Baca Selengkapnya