BI sebut kebijakan Menteri Susi buat ekonomi Sulut melemah
Merdeka.com - Sektor usaha perikanan di Sulawesi Utara (Sulut) saat ini tercatat sedang menurun. Padahal, sektor ini merupakan mata pencaharian utama hampir seluruh masyarakat setempat.
Selain akibat cuaca yang sedang tidak menentu, produktivitas masyarakat Sulut mengalami penurunan karena pemberlakuan beberapa aturan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Aturan tersebut yakni moratorium perizinan kapal eks asing dan pelarangan transhipment sejak 2014, serta kewajiban pengukuran ulang untuk kapal-kapal nelayan.
-
Kenapa tangkapan ikan nelayan Pantura menurun? Penurunan tangkapan ikan, tekanan tengkulak, dan penguasaan komoditas untuk kegiatan ekonomi membuat masyarakat nelayan Jawa masa kolonial praktis tidak dapat berkembang menjadi masyarakat yang lebih makmur.
-
Bagaimana angin muson mempengaruhi perikanan di Sumut? Di sisi lain, perikanan juga mengalami dampak dari angin muson karena perubahan pola arus laut yang membawa hasil laut ke perairan yang berbeda.
-
Dimana daya beli petani Sulut membaik? Daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Mengapa petani udang di Kebumen merugi? Hal ini membuat para petani tambak rugi puluhan juta rupiah. Mesin sirkulasi yang seharusnya berfungsi kini dibiarkan karena tak ada lagi air. Sejumlah kolam memang masih beroperasi.
-
Bagaimana cara nelayan Tarakan meningkatkan ekonomi? Dia menambahkan, selain perlindungan sosial, mereka juga mendapatkan beragam kegiatan yang menjadi langkah perbaikan ekonomi nelayan. Program- tersebut sesuai dengan Undang Undang No 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.
-
Siapa yang ikut membantu KKP dalam mendorong ekonomi nelayan? Bersama Gerakan Ingat Selamat Layar Indonesia (GISLI), KKP menggelar workshop PUG pada 30 Juli 2023 di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur.
Aturan-aturan tersebut berkontribusi terhadap menurunnya pasokan ikan akibat tidak adanya kapal penangkap ikan. Sehingga berimbas kepada pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.
Kepala Bank Indonesia Sulawesi Utara, Peter Jacobs mengatakan, menurunnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang berada di angka 6.12 persen tahun 2015, disebabkan oleh menurunnya produksi ikan.
"Memang pertumbuhan ekonomi Sulut agak melambat karena turunnya produksi ikan," kata Peter kepada merdeka.com, Jumat (18/3).
Peter menilai, masyarakat Sulawesi Utara sangat bergantung pada kejelasan pemerintah mengenai aturan-aturan yang diterapkan di sektor perikanan. "Setelah kejelasan kebijakan moratorium dan transhipment, perikanan di sulut diharapkan akan segera meningkat," imbuh Peter.
Apabila pemerintah telah melakukan sinkronisasi aturan di sektor kelautan dan perikanan, Peter memproyeksi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2016 akan meningkat dibandingkan tahun lalu.
"Kami memperkirakan PE Sulut 2016 naik menjadi 6,33 persen," tutur Peter.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meskipun terjaga positif selama 38 bulan beruntun, Sri Mulyani melihat tren ekspor dan impor mulai terjadi pelemahan.
Baca SelengkapnyaProduksi beras menurun akibat fenomena el nino, sehingga dibutuhkan beras impor.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaDikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pengangguran karena para pengusaha mengurangi pekerjanya, karena menurunnya pendapatan perusahaan.
Baca SelengkapnyaTren harga sejumlah komoditas di pasar internasional mengalami kemerosotan.
Baca SelengkapnyaBerbeda dengan ekonomi di Nusa Tenggara Timur yang tumbuh positif sebesar 0,09 persen, juga ekonomi di Bali sebesar 2,59 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani ungkap penyebab PMI manufaktur Indonesia turun drastis.
Baca SelengkapnyaKinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.
Baca SelengkapnyaSalah satunya dengan melakukan sinergi lintas kementerian/lembaga, termasuk dengan Bank Indonesia (BI) untuk insentif likuiditas.
Baca SelengkapnyaKondisi ini diperparah dengan para pelaku industri pengolahan susu (IPS) yang mengimpor bukan dalam bentuk susu segar.
Baca SelengkapnyaKinerja ekspor Provinsi Bangka Belitung pada Februari hanya USD18,76 juta atau setara Rp298,42 miliar.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, Faisol menilai hal ini justru menjadi peluang bagi industri dalam negeri seperti pabrik smelter nikel.
Baca Selengkapnya